Tax Amnesty Bagaikan Hujan Di Musim Kemarau

Palu DPR telah diketuk sebab mayoritas anggota dewan sepakat dengan RUU Tax Amnesty. Hal ini berarti sudah tersedia payung hukum bagi pemilik aset yang selama ini menyimpan kekayaannya di luar negeri dan atau yang melakukan usaha di luar negeri untuk kembali berusaha di dalam negeri.

Pengesahan UU Tax Amnesty disambut secara gembira oleh pemerintah, sebab hal tersebut meningkatkan optimisme yang amat tinggi dari pemerintah, sampai-sampai Bapak Presiden Jokowi pada selasa malam tanggal 28 Juni 2016, segera memerintahkan Menteri terkait untuk mempersiapkan berbagai instrumen investasi yang nantinya akan menampung capital inflow yang diekpektasi jumlahnya sangat signifikan. Berdasarkan hasil survey Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), terdapat sekitar Rp 2.000 triliun aset pengusaha yang terparkir di luar negeri. Apabila diperkirakan 20% saja uang masuk, berarti akan terdapat capital inflow sebesar Rp 400 triliun. Capital inflow tersebut pertama-tama ditujukan untuk membiayai proyek infrastruktur demikian tutur Bapak Presiden Jokowi.

Seiring dengan itu IHSG juga merangkak naik merespon ekspektasi capital inflow tersebut, sebab apabila jumlah uang yang masuk bertambah banyak maka secara otomatis tingkat suku bunga akan menurun. Bersamaan dengan pengesahan UU Tax Amnesty, DPR juga mengesahkan APBN-P menjadi Rp 2.028 triliun. Kenyataan pula bahwa penerimaan negara yang hingga kini baru mencapai sekitar Rp 419,2 triliun menjadikan ekspektasi penerimaan sebagai akibat adanya Tax Amnesty menjadi sangat bermakna. Sebab akan tersedia sekitar 819,2 triliun dana segar yang diharapkan dapat menggerakkan roda perekonomian. Sehingga capital inflow sebagai akibat pengesahan UU Tax Amnesty dapat diibaratkan sebagai Hujan Ditengah Musim Kemarau. (Salam PPAk)




Pasca Inggris keluar dari Uni Eropa (Domino Effect of Brexit)

Pasca hasil pemungutan suara yang memenangkan keinginan sebagian besar rakyat Inggris, melalui mass media baik cetak maupun elektronik kita ketahui hasilnya bahwa akhirnya Inggris keluar dari Uni Eropa. Uni Eropa (UE) yang terbentuk pada tahun 1992 dirasakan oleh sebagian masyarakat Inggris menjadi beban bagi negaranya. Sebuah kenyataan bahwa terdapat selisih hampir 1,4 juta yang menginginkan Inggris keluar dari UE karena menganggap bahwa UE tidak membawa sesuatu yang bermanfaat secara signifikan. Data yang paling menakjubkan adalah bahwa ternyata mayoritas pemilih Brexit berusia diatas 35 tahun.

Seperti kita ketahui sebagai akibat keluarnya Inggris tersebut, pasar modal global mengalami turbulensi. Beberapa komoditi seperti harganya anjlok minyak dan tembaga hampir 4%, kecuali logam mulia yang harganya meningkat. Peningkatan juga terjadi pada mata uang US $  serta Yen Jepang yang meningkat secara signifikan sedangkan Poundsterling anjok secara signifikan sekitar 30%. Belum pernah kondisi ini terjadi selama beberapa dekade belakangan ini. Rupiah pun terdepresiasi terhadap US $. IHSG mengalami terkoreksi sekitar 2%

Tenaga kerja asing yang selama ini bekerja di Inggris mulai merasa cemas, sebab banyak tenaga kerja dari UE yang memenuhi lapangan kerja di Inggris. Tak terkecuali pencinta sepakbola liga Inggris, bahwa nantinya liga Inggris tidak dengan mudah dimasuki oleh pemain asing lagi. Mereka akan mengutamakan pemain binaan klub.

Bagi Indonesia, suka tidak suka akan ada reaksi pasar. Pertanyaan yang paling perlu untuk dicermati adalah, bagaimana dengan kebe rlangsungan  proyek/janji proyek yang sudah ada atau yang akan ada antara pemerintah RI dengan Inggris. (Salam PPAk)

 




Dampak referendum (Brexit)) di Inggris terhadap posisi mata uang euro

Saat ini sedang berlangsung perhitungan suara di Inggris. Hasil perhitungan sementara menunjukkan kemenangan bagi rakyat Inggris yang mengkehendaki keluar dari uni Eropa. Posisinya lebih dari 11 juta pemilih yang menginginkan keluar (Brexit), sedang kan yang ingin mempertahankan tetap bergabung sekitar 10 juta pemilih.

Apabila keputusan pemerintah Inggris memilih keluar dari Eropa, banyak kemungkinan yang terjadi seperti posisi dollar euro  terhadap mata uang lainnya besar kemungkinan akan juga dipengaruhi.

Mungkin saat ini amat tepat bagi pakar-pakar ekonomi dan keuangan Perbanas Institute untuk berkiprah memberikan analisis atas peristiwa tersebut.(Salam PPAk)

 




Kiat-kiat Googling

1. Gunakan tanda minus untuk menghilangkan kata tertentu
2. Tulis “site:” untuk mengarah pada situs tertentu
3. Gunakan * untuk kata yang kita lupa
4. Tulis + untuk mencari kata/frasa yang memiliki lebih dari 1 makna
5. Gunakan “related:” untuk mencari situs yang mirip-mirip
6. Tulis “…” untuk kisaran harga
7. Gunakan tanda kutip “…” untuk frasa, bukan kata-kata yang terpisah
8. Tulis “filetype” untuk menemukan jenis file tertentu
https://www.facebook.com/lifehackorg/videos/1296939480334958/




PENGGALAN PEMASARAN jilid 1

I.

Kebutuhan misalnya pendidikan

Keinginan misalnya pendidikan ekonomi atau informatika

Pembeli aktual jasa pendidikan adalah lulusan SMA

Pembeli potensial jasa pendidikan adalah siswa SMA kelas 2 dan sebelumnya

Sitem pemasaran moderen untuk jasa pendidikan berawal dari siswa SMA memilih pendidikan kemudian masuk ke pasar tenaga kerja

Manajemen permintaan menemukan permintaan siswa SMA

Konsep produksi seperti menjual jasa pendidikan dengan menyediakan sarana dan prasarana

Konsep produk seperti menjual jasa pendidikan dengan akreditasi dari berbagai insitusi terkenal

Konsep penjualan seperti menjual jasa pendidikan di SMA dan pameran pendidikan

Konsep pemasaran seperti menjual jasa pendidikan lebih baik dari pesaing

Konsep pemasaran sosial seperti menjual jasa pendidikan dengan nilai yang superior

Tantangan pemasaran jasa pendidikan teknologi, konsumen, rekanan, dan dunia kerja

Teknologi pemasaran digunakan untuk database (inside)dan tailored service (outside)

II.

Jika perusahaan bekerja tanpa perencanaan yang bersumber dari visi dan misi akan mengakibatkan tidak ada koordinasi dan pengawasan serta antisipasi

Perencanaan diawali dari visi dan misi, tujuan dan sasaran, disain portofolio bisnis, perencanaan pemasaran

Portofolio bisnis dievaluasi dengan menggunakan BCG atau menggunakan GE SBPG

Penetrasi pasar misalnya mencari siswa SMA ke berbagai penjuru

Pengembangan pasar misalnya mencari siswa SMA yang berkeinginan setelah selesai kuliah dapat langsung diterima kerja atau menjadi wira usaha

Pengembangan produk misalnya membuka jurusan yang sesuai dengan kebutuhan pasar

Diversifikasi misalnya membuka lembaga pelatihan kerja atau lembaga wira usaha

Segmentasi pasar seperti membagi siswa SMA yang berkeinginan sesuai dengan kebutuhan pasar

Target pasar seperti membagi siswa SMA yang akan dipilih untuk mengikuti pendidikan tertentu

Posisi pasar seperti menetapkan suatu lembaga pendidikan sebagai tempat mendidik calon sarjana yang siap tahu atau siap pakai atau siap usaha

Pemimpin pasar misalnya PTN

Penantang pasar misalnya PTS

Pengikut pasar misalnya PTS yang menjadi PTN atau PTN khusus menjadi PTN umum

Perelung pasar misalnya STAN, sekolah pilot dll

Kinerja pemasaran sangat bergantung kepada keputusan startegi, struktur organisasi, SDM, pelaksanaan program, budaya dan suasana.

III.

Lingkungan pemasaran mikro terdiri dari lingkungan internal yang kondusif (artinya tidak ada perbedaan mencolok antara marketing dengan unit kerja lain), pemasok (buku dan sarana prasarana), reseller, pelanggan(siswa SMA),  pesaing sesama PT, masyarakat.

Lingkungan pemasaran makro terdiri dari lingkungan demografi (jumlah kelahiran, perubahan struktur keluarga, pergeseran geografis), ekonomi (perubahan pendapatan dan perubahan pola konsumsi), sumber alam, teknologi, politik, dan budaya.

IV.

Pentingnya informasi adalah untuk mengetahui keadaan lingkungan, persaingan, dan kebutuhan konsumen.

Kebutuhan informasi yang bernilai akan menekan biaya

Informasi dapat diperoleh dari data internal, intelijen, riset

Informasi terbagi  atas rutin dan non rutin (situasi khusus)

Riset terbagi atas observasi, survei, dan eksperimen

V.

Perilaku konsumen siswa SMA dipengaruhi oleh faktor pemasaran dan lingkungan

Faktor budaya misalnya budaya bersekolah akan menimbulkan kelas sosial baru

Faktor sosial misalnya informasi sekolah bersumber dari grup referensi dan keluarga

Faktor pribadi misalnya agar bisa mendapatkan pekerjaan harus sekolah

Faktor psikologi misalnya motivasi, persepsi, sikap untuk sekolah

Maslow hierarchy needs

Habitual behavior kuliah ikut kebiasaan orang tua atau orang lain

Variety seeking behavior kuliah ikut kebiasaan tetapi ada keinginan lain

Dissonance reducing buying behavior memilih kuliah dari PT tetapi yang terkenal

Complex buying behavior memilih kuliah ada tempat tinggal dan bisa langsung kerja

Proses pembelian jasa pendidikan diawali kebutuhan mau dimana kuliah

Mencari informasi dari berbagai sumber (pribadi, publik, pengalaman)

Memilih alternatif sesuai dengan kalkulasi, logis, intuisi, atau konsultasi

Pembelian memilih PT berdasarkan pendapat orang lain atau karena adanya faktor lain

Perilaku pasca pembelian dalam proses belajar mendapatkan nilai lebih dari yang diharapkan

Pembeli akhir terhadap suatu produk biasanya karena produk tersebut tidak diharapkan untuk dibeli tetapi sudah tersedia.

VI.

Mass marketing misalnya para siswa SMA

Segment marketing misalnya siswa SMA yang ingin memperdalam ilmu ekonomi

Niche marketing misalnya siswa SMA yang ingin memperdalam ilmu keuangan atau akuntansi

Micromarketing misalnya siswa SMA yang ingin memperdalam ilmu pajak

Local marketing misalnya membuka kelas berdasarkan daerah

Individual marketing misalnya membuka program khusus syariah

Evaluasi segmen pasar melihat ukuran pasar dan pertumbuhannya

Ketertarikan segment bergantung kepada pesaing, pengganti, dan kekuatan konsumen

Keunggulan PT ybs ada dimana

Pemasaran masal misalnya memasarkan ke semua SMA

Pemasaran diferensiasi misalnya memasarkan ke siswa SMA yang mempunyai minat dan bakat yang sama

Pemasaran konsentrasi misalnya memasarkan ke siswa SMA yang ingin memperdalam ke masalah keuangan

Penentuan posisi PT di masyarakat berdasarkan perencanaan yang matang untuk keuntungan terbesar pada pasar yang dituju misalnya PT yang hanya mendidik menjadi akuntan (STAN) dan sekolah pilot.

Product differentiation misalnya tempat kuliah yang asri

Services differentiation misalnya layanan sarana dan prasaran yang baik

Image differentiation misalnya seragam, suasana, kegiatan yang berragam

Personal differentiation misalnya penampilan human resources yang berbeda

VII

Convinience products misalnya kuliah bisa dimana saja

Shopping products misalnya kuliah di PT yang terkenal

Specialty products misalnya kuliah di PT khusus

Product quality attribute misalnya pengawasan kualitas

Feature product attribute misalnya PT berbeda dengan pesaingnya

Product style dan design attribute misalnya penampilan

Service profit chain: Internal service quality, satisfied and productive service employee

Managing service quality: watch service performance closely

Managing service productivity: utilize technology

Maturity stage of PLC: modifying market (mencari pasar baru dengan mendatangi daerah baru) or product (membuka program baru atau sistem kuliah baru) or marketing mix(metode pemasaran media sosial)

 




Aksi Kolaborasi dari Sharing Economy*)

 

Siapa tidak kenal gojek? Dimana-mana terlihat warna hijau mendominasi jalanan kota Jakarta, pasukan dengan warna hijau daun pisang muda menderu, bergerak lincah, menderu, meliuk menembus kepadatan lalu lintas, sembari membawa penumpang di boncengan sepeda motornya.   Bagi banyak penumpang, gojek sangat membantunya mencapai tujuan di tengah kepadatan jalanan yang sudah “menggila”.   Pasukan hijau ini mewarnai jalanan dalam arti yang sebenarnya.

Gojek, dan juga uber dan grab adalah contoh nyata dari perwujudan aplikasi teknologi yang dikembangkan berdasarkan prinsip open source.    Open Source adalah istilah yang digunakan pada sebuah software atau perangkat lunak yang bisa digunakan oleh siapa saja.   Secara sederhana dapat dikatakan bahwa cara penggunaan open source adalah dengan membuka source codenya (sumber kode program), untuk kemudian diubah, atau diperbaiki sesuai dengan kebutuhan pengguna.  Itulah salah satu kelebihan open source, ditambah dengan fitur yang banyak dan bervariasi.   Pemanfaatan open source secara maksimal ini tidak dikenakan biaya, karena Software Open Source berlisensi GPL (General Public Licence).

Open source sendiri saat ini banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan, karena harganya yang murah dan cenderung tidak berbayar, salah satunya adalah aplikasi gojek.  Dengan ide yang cemerlang, open source kemudian dikembangkan oleh gojek menjadi sebuah komoditi yang berbasis sharing economy.   Kenapa tidak?

Kejelian penerapan prinsip berbagi menghasilkan suatu kolaborasi antara berbagai sumber daya.  Gojek menawarkan layanan aplikasi open source.  Para penggojek, drivers, menawarkan motor miliknya, dan kepemilikan SIM-nya.  Pengguna gojek membutuhkan jasa layanan yang prima dan “pribadi” sifatnya.   Dengan demikian terjadilah prinsip berbagi, sharing.  Gojek membantu meningkatkan penghasilan bagi para driversnya.   Gojek memberikan banyak kemudahan bagi para pelanggannya, untuk berpindah tempat di kota sekaliber Jakarta sekalipun.

Aplikasi open source ini mudah di download dengan mudah di appstore atau iosstore tanpa harus bayar softwarenya, sehingga kemanfaatan dirasakan saling menguntungkan antara penyedia layanan, konsumen, dan pelaku layanan.  Aksi kolaborasi pun menjadi rapi terjalin.   Nah kalo dunia ekonomi sudah memberikan contoh aksi berbagi, bagaimana dengan kita?

Tak ada yang tidak bisa.  Mari berbagi …

Catatan:

*) Tulisan ini dikembangkan dari tulisan Jhon Favo, sebagi pemenuhan salah satu tugas di kelas Teori Organisasi Umum, yang difasilitasi oleh penulis.

**) Diinspirasi dari Seminar “From Open Source to Sharing Economy” yang diadakan oleh FTI, Rabu, 25 Mei 2016,  di Unit 5,  lantai 6, Perbanas Institute jakarta, Jl. Perbanas, Karet, Kuningan, Setiabudi, Jakarta.  Keynote speaker oleh Ir. Betti S. Alisjahbana.




Himbauan Tanpa Harmoni oleh Edy Sukarno

Jika kita mencermati kondisi pasar saat ini dan rajin mendengar berita, terdengar dan terkesan ada upaya-upaya pemerintah mengintervensi pasar. Spontan sayapun terkesima gamang.  Betapa tidak?  Sebab apa yang saya pernah pelajari selama ini tentang dasar-dasar ekonomi, khususnya mengenai mekanisme pasar, terbukti itu hanya teori yang “tidak relevan” dengan arah kebijakan atau himbauan yang dicetuskan oleh pemerintah sekarang (baca Jokowi !).  Di saat saya termenung diam dan seakan lunglai harapan, terbayang sosok malaikat jatuh dari surga turun ke dunia dan menyapa saya: “Manakah isu yang tidak relevan itu Ed ?”  Nah, narasi berikut ini intinya merupakan hasil obrolan saya dengannya sebelum dia terbang balik ke surga.

Teman-temanku yang baik…, seperti apa yang sempat kuutarakan di Raker tempo hari bahwa yuuk kita bentuk or ada semacam roundtable discussion sebagai wadah aspirasi kita yang ditujukan ke pemerintah melalui obrolan-obrolan ringan namun punya makna konkret dan kondusif.  Kali ini saya memulainya di blog ini yaa.. dan tolong nan mohon jangan dinilai sebagai corong luapan emosi atau protes terhadap politisi atau rezim yang tengah berkuasa.  Namun, anggaplah sebagai bentuk kepedulian sosok dosen Perbanas untuk berjuang dengan pendekatan pragmatis logis bagi upaya menggapai ketentraman jiwa kita semua di bulan suci Ramadhan ini.  Dambaan saya, ke depannya akan disusul oleh teman-teman yang lain mengkritisi  perekonomian Nusantara sesuai perspektif dan peminatannya.  Ilmu ekonomi kan kental dengan asumsi, tidak usah merisaukan ketajaman analisis, yang penting jangan terlalu menyimpang dari pakem pengetahuan ekonomi yang secara konvensional sudah diterima.

Dua komoditas yang belakangan ini saya amati adalah daging dan minyak.  Sayangnya apa yang saya sampaikan ini belum sepenuhnya didukung oleh data yang 100% valid, sebab sebatas berasal dari liputan di harian Kompas dan Bisnis Indonesia.  Pemerintah berupaya via operasi pasar agar harga daging di bawah Rp 80.000,-  Kala itu Sang Malaikat juga sempat bertanya, “bisakah itu tercapai ?” kujawab: ” wallahualam!” Yang lebih kutekankan dan kukatakan padanya kenapa Pak Jokowi mudah bilang: “negara lain, bisa kok kita nggak bisa !”.  Hemat saya, pola pikir seperti itu (membandingkan dengan negeri lain) kurang pas atau terlalu menyederhanakan berbagai variabel pembentuk harga. Dengan kata lain, itu hanya menghimbau tanpa menelaah variabel bebas lainnya yang sangat berpengaruh terhadap terciptanya harga pada suatu komoditas. Janganlah kita mencari “pembanding” atau benchmark secara serabutan untuk tata niaga pasar rakyat.  Di Singapura importir bebas mendatangkan daging, di NKRI importir dibatasi dengan dalih kita juga harus memproteksi peternak sapi.  Di samping itu, Rakyat Singapore jelas punya pola makan dan selera yang berbeda dengan kita.  Oleh karena itu perilaku harga daging di Singapore tentu berbeda sekali dengan di sini.  Menghimbau supaya harga daging di sini semurah di Singapore, itu jelas himbauan tanpa harmoni alias tak selaras dengan berbagai variabel ekonomi makro !

Indonesia konon sebagai eksportir terbesar Crude Palm Oil (CPO).  Tapi mengapa harga minyak kini merangkak naik di bulan suci ini?  Bukankah petani kelapa sawit sudah cukup mengikuti semua rekomendasi pemerintah?  Yang sekarang mencuat isunya tentang minyak ini,  ternyata begitu complicatednya rantai pasokan atau rantai distribusi di negeri ini yang itu semua lebih banyak dinikmati oleh pengusaha kakap ketimbang para petani di desa-desa. Yang membuat miris Sang malaikat (termasuk saya) adalah bahwa para petani tetap saja merasa tidak ada rejeki yang nomplok baginya sehubungan dengan lonjakan harga minyak di bulan Ramadhan ini.  Yang dapat berkat nomplok itu pengusah-pengusaha besar.  Dengan demikian tata niaga kita dewasa ini masih jauh dari semangat sila ke lima Pancasila – keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Saya dan malaikat pun akhirnya menyudahi pertemuan dan berkesimpulan bahwa:

  1. Pemerintah perlu belajar keras bagaimana cara menata perekonomian yang profesional, jangan sembarang bikin parameter tanpa kajian dan jangan segan mendengar pemikir-pemikir dari IKPI Perbanas yang mau berpikir tanpa pamrih.  Ingat setiap kebijakan hendaknya terkait dan terukur dengan potensi ekonomi yang ada di bumi pertiwi ini.
  2. Mutiara kata “yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin” harus mampu dicerna cermat oleh rezim yang berkuasa,  lantas bikin langkah perbaikan yang akomodatif bagi petani, peternak, pengusaha dan konsumen yang semuanya specnya tergolong rakyat jelata bukan politisi !

Demikianlah wahai sobat, terimakasih kalian sudah sudi membaca tulisan ini.  Maklumi saja secara ikhlas apabila kedapatan hal-hal yang kurang berkenan.

 

Wassalam,

 

Edy Sukarno