Lenggang Jakarta – Menyusuri Jejak Kemashyuran Masa Lalu

Diantara jeda waktu yang sangat ketat, karena deadline laporan penelitian, saya pikir perlu sejenak mengambil waktu untuk menuliskan sesuatu yang menyegarkan. Mumpung belum begitu lama, terpikir untuk menuliskan hasil jelajah di seputar Glodok dan Petak Sembilan, Jakarta Barat.

Jakarta sebagai Ibu Kota Indonesia, menyimpan banyak tempat cantik dan eksotik untuk dikunjungi. Jadi kalau waktu terbatas, dana terbatas, jangan kuatir, ada beberapa alternatif murah meriah untuk menyegarkan pikiran dari kepenatan pekerjaan sehari-hari. Saya mulai dari Glodok dulu. Aksesnya mudah, bisa naik bis Trans Jakarta jurusan Kota, turun halte Glodok. Atau naik CL turun Stasiun Kota, kemudian naik angkot sebentar menuju Glodok. Saya janjian dengan beberapa teman dengan meeting point Pantjoran Tea House, sala satu gedung tua di kawasan Glodok yang dijadikan restoran ala minum teh jaman dulu. Kemudian kita jalan menuju belakang, masuk ke salah satu gang kecil yang dulu bernama Gang Gloria. Ada salah satu resto jadul yang mashyur nian sejak tahun 1927, Tak Kie namanya. Terkenal dengan es kopi dan nasi timnya. Datanglah sejak pagi kalau ingin mencicipi nasi tim yang terkenal itu. Sambil menunggu beberapa teman lain bergabung, kami pun mencoba mie ayam dan beberapa jajanan jadul seperti, kue bulan “Sin Hap Hoat” rasa kedjoe, kue so pia (bakpia) “Sin Yen”, dan lo poh phiang isi jeruk kietna, plus permen susu. Acaranya makin seru karena pemilik Tak Kie ikut bergabung, dan bercerita sejarah resto ini.

Selanjutnya kami bergerak menuju resto yang gak kalah jadul “Wong Fu Kie”, dengan menu yang hot yaitu ayam jahe. Peer banget menemukan resto yang terletak di Gang Perniagaan Timur II ini. Menyusuri pertokoan sepanjang Petak Sembilan, yang penuh dengan apotik tradisional, jajanan, peralatan jadul, dan bersaing dengan segala macam jenis kendaran lalu lalang plus bongkat muat barang. Finally ketemu…., di gang kecil, eksotik, dan penampakannya gak kliatan banget kayak restoran. Mana dapurnya di depan boo…, lucu ya. Langsung pemilik menawarkan beberapa menu spesial yang menjadi andalan resto ini, akhirnya terpilih gurame, mie pangsit, lindung (belut), pokcay, dan ayam rebus. Nama versi Cina-nya susah ya, enggak apal….. Kalau mau pilih yang non halal pun ada :D. Begitu makanan lengkap disajikan, langsung diserbu abis akibat laper banget, lanjut foto-foto dengan pemilik resto yang mengatakan bahwa resto ini sudah berdiri sejak 60 tahun lalu.

Dari Wong Fu Kie, kami bergerak ke Pempek 99 nan mashyur di belakang pertokoan Asemka. Karena perut sudah kenyang, maka pempek cukup dibungkus, lagian restonya penuh sekali, tidak menyisakan tempat satupun yang kosong. Langsung pulang? Belum waktunya…, mampir dulu ke warung mie kangkung, yang ternyata sudah tutup karena abis dan kesorean. belum rejeki deh… Akhirnya setelah beli beberapa jajanan dan sovenir lucu-lucu, kami berpisah dan merencanakan kemana next trip buat Geng Ayam Jahe berikutnya.

Tunggu episode berikutnya pada Edisi Lenggang Jakarta yaaa…., selamat piknik.




Fiqh Islam – H. Sulaiman Rasyid

Bab XV  
H. Sulaiman Rasyid. 1988. Fiqh Islam (Hukum Fiqh Lengkap). Dewan Pustaka Fajar: Kuala Lumpur.




PEMBELAJARAN 24/7 (Bagian Kedua)

Setelah kita mengetahui apa itu pembelajaran 24/7, seperti pada pada bagian pertama tulisan ini, selanjutnya mari kita mulai lakukan dengan mengikuti tahapan berikut.

Tahapan Pembelajaran 24/7

  1. Tahap Satu:

Tahapan pertama yang harus kita lakukan untuk menjalankan pembelajaran 24/7 dengan menggunakan Edmodo adalah mempelajari apa saja fasilitas dan pilihan yang dimiliki Edmodo untuk pembelajaran 24/7. Kemudahan yang diberikan dan ditawarkan oleh Edmodo antara lain:

  • Unggah materi / link
  • Poling
  • Membuat Tugas (assignments)
  • Membuat “quizzes”
  • Memulai forum diskusi
  • Membuat Agenda Harian
  • Menjawab pertanyaan siswa diluar jam sekolah
  • Connect with parents/students
  1. Tahap kedua

Setelah mempelajari fitur-fitur yang dimiliki Edmodo, kita mulai menyiapkan materi pembelajaran. Setelah materi pembelajaran disiapkan lakukan:

  • Unggah materi/link
  • Mengurangi foto copy materi tambahan
  • Unggah catatan kelas
  • Math notes
  • Contoh review dari ekspektasi hasil kerja
  • Videos of tutorials/from class
  • Membuat pengumuman jadwal kegiatan/tugas/kuis/tes
  1. Tahap Ketiga

Membuat pooling (Create polls)

Polling digunakan untuk mendapatkan umpan balik dari siswa dengan cepat.  

  1. Tahap Keempat:

Membuat tugas (Create Assignments)

  • Upload dokumen (MS Word, PDF, MS Excel, MS PowerPoint, MS Publisher, drafting programs, PhotoShop, image files, music files)
  • Komputer untuk mengunduh, harus memiliki aplikasi untuk membaca tipe file tersebut.
  • Ukuran file tidak lebih dari 100 MB
  • Tugas dapat dinilai dimana saja (selama ada koneksi internet)
  • Nilai dapat dimasukan di Edmodo.
  • Dapat memberikan komentar untuk siswa.
  • Siswa dapat melihat kembali.
  1. TAHAP Kelima

Membuat Kuis (Create Quizzes)

  • Tuliskan Kuis diEdmodo.
  • Multiple choice, matching, true/false, fill in the blank, short answer
  • Edmodo langsung memberikan nilai kecuali short answer.
  • Tugas dapat untuk individu siswa atau kelompok
  1. TAHAP Keenam

Membuat forum diskusi (Create Discussion Forums)

  1. TAHAP Ketujuh

Post Agenda

  • Absensi siswa
  • Homebound students
  • ISS students
  • OSS students
  • Orang tua (parent) dapat terkoneksi dengan kelas
  1. TAHAP Kedelapan

CONNECT!

  • Memberikan tugas untuk siswa dan orang tua
  • Memberikan catatan
  • Menjawawb pertanyaan siswa diluar jam sekolah
  • Mendorong siswa menggunakan aplikasi diluar jam sekolah
  • SIswa dapat menyampaikan sesuatu kepada pengajar melalui Edmodo

 

 

Catatan: Pada Edmodo, Siswa tidak bisa saling mengirimkan pesan dan orang tua tidak bisa menyampaikan pesan kepada siapa pun (hanya sebagai pemantau)




Cara mudah menyimpan video dari FB

Terkadang saat Anda sedang membuka aplikasi Facebook di gawai pintar (smart phone), dan menemukan video yang menarik, Anda kemudian ingin menyimpannya sebagai dokumen pribadi. Tetapi untuk menyimpannya Anda menemukan kesulitan, karena tidak menemukan tombol simpan video di gawai.

Jangan takut, ada cara mudah untuk menyimpannya. Namun, Anda membutuhkan sebuah komputer. Baiklah.. tanpa panjang lebar, Anda dapat mencoba melakukan cara ini:

  1. Buka browser
  2. Ketikkan m.facebook.com di address bar
  3. Masukkan userid dan password
  4. Cari video yang ingin di download
  5. Jalankan (play) video yang ingin di download
  6. Klik kanan di video tersebut
  7. Pilih save as
  8. Beri nama dan pilih tempat untuk menaruh video

Voila!! Anda sudah mengunduh video




What Leadership Looks Like in Different Culture

Harvard Business Review

What Leadership Looks Like in Different Culture
By Tomas Chamorro-Premuzic and Michael Sanger
May 06, 2016

What makes a great leader? Although the core ingredients of leadership are universal (good judgment, integrity, and people skills), the full recipe for successful leadership requires culture-specific condiments. The main reason for this is that cultures differ in their implicit theories of leadership, the lay beliefs about the qualities that individuals need to display to be considered leaders. Depending on the cultural context, your typical style and behavioral tendencies may be an asset or a weakness. In other words, good leadership is largely personality in the right place.

Research has shown that leaders’ decision making, communication style, and dark-side tendencies are influenced by the geographical region in which they operate. Below we review six major leadership types that illustrate some of these findings.

Decision Making
The synchronized leader. Follow-through is key to being seen as leadership material in regions such as Northeast Asia (e.g., Mainland China, South Korea, and Japan), Indonesia, Thailand, the UAE, and much of Latin America (Mexico, Brazil, Colombia, Chile). In order to ascend the organizational ranks, such leaders must seek consensus on decisions and drive others through a keen process orientation. Business cycles can take longer as a result. But once all stakeholders are onboard, the deal needs to close fast or there is risk of jeopardizing the agreement. Synchronized leaders tend to be prudent and are more focused on potential threats than rewards.

The opportunistic leader. Leaders who self-initiate and demonstrate flexibility on how to achieve a goal tend to be more desirable in Germanic and Nordic Europe (Germany, the Netherlands, Denmark, Norway), the UK, Western countries on which the UK had substantial cultural influence (the U.S., Australia, and New Zealand), and Asian countries that based their governing and economic institutions on the British model (India, Singapore, Malaysia, Hong Kong). More or less individualistic, these leaders thrive in ambiguity. However, checking in frequently with team members is advised to ensure others keep up with changing plans. Opportunistic leaders tend to be ambitious risk takers.

Communication Style
The straight-shooting leader. In some regions employees expect their leaders toconfront issues straightforwardly. In Northeast Asia and countries like the Netherlands, excessive communication is less appealing in the leadership ranks — people just want you to get to the point. Accordingly, task-oriented leaders are preferred. Impromptu performance review meetings with direct reports occur more commonly in these locations, and leaders address undesirable behaviors from team members as soon as they are observed. Straight-shooting leaders tend to be less interpersonally sensitive.

The diplomatic leader. In certain countries communication finesse and careful messaging are important not only to getting along but also to getting ahead. In places like New Zealand, Sweden, Canada, and much of Latin America, employees prefer to work for bosses who are able to keep business conversations pleasant and friendly. Constructive confrontation needs to be handled with empathy. Leaders in these locations are expected to continuously gauge audience reactions during negotiations and meetings. These types of managers adjust their messaging to keep the discussion affable; direct communication is seen as unnecessarily harsh. Diplomatic leaders tend to be polite and agreeable.

Dark-side tendencies
The “kiss up/kick down” leader. When organizations emphasize rank, emerging leaders tend to develop unique coping skills. It is a leader’s job to implement mandates from above with lower-level employees. If overused, this strength can lead to a “kiss up/kick down” leadership style, characterized by excessive deference or sudden attention to detail when reporting up, and issuing fiery directives or refusing to compromise when commanding subordinates. Though never a good thing, this derailer is tolerated more in certain countries, such as Western Asia (Turkey, India, UAE), Serbia, Greece, Kenya, and South Korea. “Kiss up/kick down” leaders tend to be diligent and dutiful with their bosses but intense and dominating with their reports.

The passive-aggressive leader. Some leaders become cynical, mistrusting, and eventually covertly resistant, particularly under stress. These reactions usually occur when the individual is forced to pursue an objective or carry out a task without being won over or in the absence of sound rationale. Though being overtly cooperative while maintaining a level of skepticism can be beneficial in group settings, these behaviors can also hinder execution. Leaders with this style are more widely accepted in Indonesia and Malaysia, where it doesn’t seem to impede their advancement. Passive-aggressive leaders tend to be critical and resentful. Ironically, their aversion to conflict often generates a great deal of conflict.

To be sure, it is possible for any individual to adjust their leadership style to fit the relevant context. However, it requires a great deal of effort to go against one’s natural tendencies and predispositions, and habits are hard to break. It is also important to take into account the culture of the organization, which requires a much more granular level of analysis to identify the qualities that promote and inhibit success. When senior leaders succeed, they often redefine culture in a way that is a direct reflection of their own personality. Thus culture is mostly the sum of the values and beliefs of influential past leaders.

 

Tomas Chamorro-Premuzic is the CEO of Hogan Assessment Systems, a Professor of Business Psychology at University College London, and a faculty member at Columbia University.

Michael Sanger is an Industrial/Organizational Psychologist and Senior Strategist in the Global Alliance division of Hogan Assessment Systems.

https://hbr.org/2016/05/what-leadership-looks-like-in-different-cultures?referral=03566&cm_mmc=email-_-so-_-summerreading-_ summerreading_20160630_so&utm_source=sales_promo&utm_medium=email&utm_campaign=summerreadingFUP_25percent_20160630#




Melamar Gaya Baru

Ini contoh lamarannya

Melamar via artikelhttp://link.springer.com/article/10.1007/s00227-016-2905-z

Ini contoh undangan pernikahannya https://dosen.perbanas.id/undangan-pernikahan/




Met Idul Fitri 1437 H / 2016 M

Tiolina Dan Keluarga mengucapkan :

https://2.bp.blogspot.com/-Brnv80ip81I/VogUXi0KxnI/AAAAAAAAAKs/rotv4sCjbtQ/s1600/lebaran-eilfauzi.jpg

 




Ketika Tuhan Sedang Tertawa Lebar

Ketika saya mengunggah foto di media sosial, seorang teman bertanya, kalau Bumi Pasundan diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum, lalu tempat yang kamu kunjungi diciptakan Tuhan ketika sedang apa? Tertawa lebar, itu jawab saya spontan. Nah gara-gara itu maka muncullah ide untuk menulis catatan perjalanan tempat-tempat yang saya kunjungi, tempat-tempat indah yang diciptakan ketika Tuhan sedang tersenyum lebar. Ada 3 tempat yang akan saya tulis di sini, Pantai Ora di Pulau Seram, Maluku; Sailing di Taman Nasional Komodo, NTT; dan Explore Takabonerate, Sulawesi Selatan. Siapa tahu tulisan ini menjadi referensi buat teman-teman yang berencana untuk travelling, khususnya ke Indonesia bagian timur.

1. Pulau Seram yang sama sekali tidak seram.
Sayup-sayup lagu Indonedia Tanah Air Beta lirih terdengar di telinga, ketika pilot memberikan pengumuman bahwa tak lama lagi pesawat akan mendarat di Ambon. Rasanya tak sabar buat melanjutkan travelling ke salah satu pulau besar di Kepulauan Maluku ini. Pulau Seram, adalah tujuan travelling saya di tahun ini. Pulau yang menyimpan keindahan pantainya, dan kini akan saya kunjungi adalah Pantai Ora di daerah Sawai. Pantai cantik dengan air yang sangat bening ini sangat terkenal di kalangan traveller jelajah Indonesia. Pantai yang dikenal dengan Maldive-nya Indonesia.

Dari bandara Pattimura Ambon, perjalanan dilanjutkan menuju ke Pelabuhan Tuhelu dan mampir ke Pantai Natsepa untuk menikmati sarapan nasi kuning khas Ambon. Sampai di Pelabuhan Tulehu perjalanan dilanjutkan ke Pelabuhan Amahai di Masohi yang ditempuh sekitar 2 jam dengan kapal cepat. Dari Pelabuhan Amahai, lanjut perjalanan darat kurang lebih 2 jam dengan kondisi jalan yang penuh dengan tikungan dan tanjakan. Apalagi pak supir sepertinya mantan pembalap F1 semua, sehingga rute tersebut pun dilalui dengan nyaris tanpa mengurangi kecepatan. Sampai akhirnya sampailah kita di Desa Saleman. Dari Desa Saleman, kita masih lanjut dengan kapal boat sekitar 20 menit untuk sampai di lokasi. Tapi semua itu terbayar sudah…., rasa takjub dan puji syukur yang luar biasa setelah sampai ke pantai Ora yang dikelilingi oleh pegunungan Manusela yang tampak gagah dan penuh dengan pepohonan hijau. Lautnya sangat bening, sampai koral di dasarnya pun kelihatan. Pantai di sekitarnya memiliki gradasi warna yang keren, putih, kuning, hijau, dan biru. Sebagian pantai memiliki gugusan karang yang tak kalah cantik, dan sumber air tawar yang ada di tepi pantai, seru!!!

Pantai Ora1
Landscape Pantai Ora

Disana ada beberapa penginapan yang dapat dipilih, Ora Resort Beach, Lisar Bahari, dan lain sebagainya. Kesamaannya adalah penginapan ini dibangun di atas laut, dengan air yang jernih sehingga bias berenang kapan saja. Kalau kita tebarkan makanan dari atas maka ikan-ikan beraneka warna akan muncul berebutan, suatu pemandangan yang luar biasa buat kita yang setiap hari didera dengan keruwetan kota besar. Selain bersantai di pantai, kegiatan lain yang bisa dilakukan disana adalah snorkeling, trekking di desa Saleman untuk melihat keindahan pantai dari atas, menjelajahi gua sepanjang gugusan karang, dan mabok lobster hihihi….. Disana lobster murah banget, silakan puas-puasin deh. Dan karena posisi pantai ini ada di teluk, maka kondisi air relatif tenang, karena hampir sepanjang hari kegiatan kita selalu menggunakan kapal boat, jadi cukup tenanglah untuk manusia darat seperti kita.

Pantai Ora2
Trekking di Saleman

Yang perlu diantisipasi, listrik disini hanya nyala dari jam 6 sore sampai jam 6 pagi. Air tawar tersedia sangat cukup. Dan disini sinyal lancar loh, jadi tetap bisa mantau e-learning dan tetep bisa liburan. Jadi bu dosen tetap bisa liburan dan mahasiswa bahagia. Jangan lupa nikmati kuliner khas Maluku, papeda dan kuah ikan kuning, plus jus gandaria untuk menyegarkan perjalanan yang cukup jauh ini.

Pantai Ora3
Laut yang sangat bening di Sawai

2. Bertabur bintang di Langit Komodo
Tinggal di kapal, digoyang-goyang ombak? Itu pertanyaan awal saya sebelum memutuskan untuk Live on Boat saat sailing di Taman Nasional Komodo. Mabuk gak ya? Tapi sudahlah, mabuk urusan belakangan, landscape cantik yang terbentang sepanjang taman nasional itu jauh lebih menarik. Perjalanan ini diawali dengan kecemasan karena beberapa penerbangan dari Bandara Ngurah Rai dibatalkan karena erupsi dari anak gunung Rinjani. Tapi akhirnya pesawat take off tepat waktu dari bandara Ngurah Rai, Denpasar, dan setelah 1 jam dan 35 menit, ukul 7.45 sampailah kita di terminal kedatangan Bandara Komodo. And the journey start here….

Pulau pertama yang dikunjungi adalah Pulau Kanawa. Panas dari musim kemarau yang cukup panjang di tahun ini tidak menyurutkan niat menikmati pemandangan di pulau ini. Untuk dapat melihat lanscape keseluruhan pulau maka kita harus trekking ke atas bukit. Kebayang ya, tanjakan terjal dan panas menyengat, tapi maju terus pantang mundur. Sampai di atas kita bisa pemadangan yang indah, tampak dari jauh Pulau Flores yang dikelilingi oleh air laut yang biru. Pulau Kanawa ini dikelola oleh perorangan. Tapi pengunjung boleh berfoto dan menikmati pemandangan di pulau tersebut. Turun trekking kami lanjut snorkeling. Salah satu guide menemani saya snorkeling dan menunjukkan arah dimana tempat terumbu karang yang bagus.

Setelah makan siang yang sedap, kapal berjalan lagi menuju pulau kedua yaitu Gili Lawa. Sebelum berangkap trip saya sudah browsing sedikit mengenai medan trekking Gili Lawa ini. Sepertinya akan jadi medan terberat selama perjalanan. Agak menjelang sore kapal bersandar di tepi pulau Gili Lawa. Akhirnya satu persatu dari kami turun ke pantai dan terlihat jelaslah rute trekking yang aduhai itu. Awalnya sih rada ragu-ragu ya buat lanjut ke atas, tapi no way return lah. Rutenya memang aduhai, bahkan sering tidak menyisakan tempat landai untuk berdiri tegak. Dan, finally…., sampailah kita pada puncak Gili Lawa tersebut. Landscape yang terhampar bener-bener kece badai…, sepadan dengan perjuangannya. Kita di atas sampai sunset tiba, pelan-pelan matahari turun, walaupun tidak sempurna karena tertutup awan. Tapi sensasinya luar biasa, warna orange, merah, dan biru membaur membuat lukisan yang luar biasa indah, hihihi…tiba-tiba jadi romantis ya. Malam benar-benar turun ketika kami tiba di kapal. Sampai kapal kami istirahat sambil menunggu makan malam disiapkan. Ada seekor rusa yang turun ke pantai untuk minum, ada hamparan bintang, paket lengkap!!! Setelah makan satu persatu gantian mandi, bebersih, dan bersiap untuk tidur. Mabuk kah karena kapal goyang-goyang? Kayaknya udah gak sempat mikir mabuk deh, capek, jadi lanjut tidur aja. Kekuatiran saya pun tidak terbukti.

Komodo1
Pulau Gili Lawa

Dalam perjalanan menuju Pulau Komodo, kita bertemu dengan serombongan ikan pari manta. Ikan ini dikenal ramah dengan manusia, akan tetapi yang boleh turun untuk snorkeling adalah yang lancar berenang, karena arus dan laut yang cukup dalam. Sampai di pulau Komodo, yang dikenal dengan nama Loh Liang (Teluk Komodo) kami sudah siap ditemani oleh beberapa ranger, yang akan menemani tour sepanjang pulau ini. Kita ambil medium trek, dari 3 tipe trekking yang ditawarkan. Beberapa kali kita berpapasan dengan komodo selama trekking. Ngeri-ngeri sedap ya ternyata melihat komodo secara aslinya. Pemandangan pantai seputar pulau Komodo ini luar biasa indah. Bukit coklat akibat musim kemarau bersanding dengan pantai dengan air warna biru tosca, eksotis!!! Selain pulau Komodo, pulau Rinca adalah juga pulau habitat asli komodo yang dikenal dengan nama Loh Buaya (Teluk Buaya). Jadi di pulau ini selain harus waspada dengan komodo, juga harus waspada dengan buaya. Ini adalah trekking paling uji nyali, karena udah ngos-ngosan tetap harus waspada, karena bisa sewaktu-waktu bertemu komodo atau buaya, ahaaa!!!!!

Komodo2
Pemandangan eksotis Pulau Komodo

Pink Beach, adalah tujuan berikutnya untuk snorkeling. Pantainya warna merah muda, karena ada serpihan karang warna merah yang terhampar sepanjang pantai. Sehingga dari jauh kliatan warna pink. Pasir pantainya halus, airnya bening. Visibility-nya juga bagus, air jernih, sehingga sesi foto underwater pun cakep disini.

Salah satu highlight sailing di Taman Nasional Komodo ini adalah Pulau Padar. Rute trekking Pulau Padar tidak securam di Gili Lawa, relatif lebih landai. Ada beberapa tempat yang berpasir sehingga harus tetap hati-hati. Begitu sampai atas, masya allah cantiknya. 3 teluk yang membentuk lekukan cantik ini bener-bener membuat capeknya ilang deh. Keren bangeett….. Dari Pulau Padar kami beranjak ke Pulau Kelor, sebelum kembali ke Labuhan Bajo. Island hopping di pulau-pulau seputaran taman nasional ini memang keren, dan cukup menguras tenaga. Selama sailing air tawar yang tersedia terbatas, listrik hanya nyala malam hari saat generator kapal dinyalakan. Sinyal telepon seluler lancar.

Komodo3
Trekking di Pulau Padar

3. Takabonerate, surga yang jatuh ke bumi
Pernah dengarkah Takabonerate? Yang pasti di peta gak ada. Takabonerate adalah salah satu atol tercantik di dunia, yang masih masuk dalam wilayah Kepulauan Selayar, propinsi Sulawesi Selatan. Takabonerato merupakan taman laut yang memiliki atol tercantik setelah Kwajifein di Kepulauan Marshall dan Suvadiva di Kepulauan Maladewa. Tahu atol kan? Gugusan pulau yang membentuk cincin, dan di situlah keindahan under water berada. Berhubung saya gak bisa diving, cukuplah dengan snorkeling ajah. Itupun sudah sangat cantik sekali.

Taka1
Island hopping di Taman Nasional Takabonerate

Perjalanan ke Takabonerate ini asli gokil banget deh. Dari Jakarta pesawat ke Makassar, dan dari Makassar lanjut pesawat ke Selayar. Penerbangan ke Selayar dari Makassar hanya ada 3x seminggu, selasa, kamis, sabtu dengan waktu tempuh sekitar 35 menit. Sebenarnya bisa aja menggunakan kapal dari Tanjung Bira menuju Dermaga Pattumbukang, tapi jauh lebih lama. Dari Dermaga Pattumbukang menuju pulau Rajuni di Takabonerate itu 4 jam dengan perahu kayu bermotor, seperti kapal kayu yang biasa kita lihat di Muara Angke. Tambah 1 jam lagi untuk menuju ke Pulau Tinabo. Jadi siapkan segala amunisi untuk menghalau kebosanan selama perjalanan ini.

Taka2
Pulau Tinabo, airnya sempurna!

Highlight dari Takabonerate adalah taman bawah laut dan pantainya yang luar biasa indah. Mengingat lokasi yang jauh, maka pengunjung masih jarang, sehingga keindahan pulau dan terumbu karangnya masih terjaga dengan baik. Terumbu karang yang berwarna-warni, dan ikan yang beraneka warna menambah indahnya taman bawah laut di Takabonerate ini. Island hopping di Taman Nasional Takabonerate ini sangat indah. Air laut relatif tenang, sehingga acara snorkeling di seputar pulau Tinanja menjadi kegiatan yang sangat menyenangkan. Taman laut yang indah, dengan kombinasi wall dan terumbu karang yang beraneka bentuk dan warna. Pantai pasir timbul menjadi salah satu tujuan untuk bersantai selanjutnya. Serasa pantai pribadi, dengan laguna panjang dan tenang. Kalau beruntung, kita dapat bertemu dengan rombongan ikan lumba-lumba. Atau bermain dengan baby shark sepanjang pantai di pulau Tinabo.

Taka3
Sebagian dari keindahan taman laut Takabonerate

Sunset dan sunrise –nya sempurna. Sebagai orang yang nyaris tidak pernah memandang langit. Bangun pagi menjemput matahari, dan menemaninya kembali ke peraduan di sore hari adalah kemewahan. Secangkir kopi pun tanpa terasa abis. Air tawar disini sangat terbatas sekali, dan yang pasti tanpa sinyal. Tempat yang tepat untuk istirahat dan melepaskan diri dari hiruk pikuk kota. Best place to escape!!!

Taka4
Sunset di Tinabo

Cantik!!!! Cuma itu yang bisa diungkapkan. Percaya kan kalau Tuhan menciptakan tempat ini ketika sedang tertawa lebar. 😀