Mengolah atau Menghilangkan Sampah Digital

sampah-digital-1Ketergantungan teknologi saat ini, baik untuk kebutuhan pribadi maupun kebutuhan organisasi, memiliki nilai yang sangat tinggi. Untuk keperluan pribadi saat ini seolah-olah tidak dapat dipisahkan antara pemilik dan perangkat digital. Sehingga muncul sebuah istilah yang cukup unik yaitu “lebih baik ketinggalan dompet daripada ketinggalan gadget”, hal ini sudah menunjukkan betapa tergantungnya kita dengan perangkat digital tersebut meskipun aktifitas yang dilakukan hanyalah untuk bersosialita dengan mengubah status di facebook, intip cuitan seseorang di tweeter dan lain sebagainya. Sedangkan untuk organisasi sudah menjadi standar umum untuk melakukan segala aktifitas (tugas atau pekerjaan kantor) selalu menggunakan perangkat kerja digital baik personal komputer maupun perangkat bergerak. Aktifitas tersebut kerap dilakukan untuk melakukan tukar menukar informasi, data bagi perusahaan ataupun data lain yang terkait dengan urusan kantor.

Dibalik kegiatan tersebut, hampir dapat dipastikan bahwa setiap aktifitas tersimpan data ke dalam perangkat digital kita. Kebiasaan buruk yang tidak kita sadari adalah “rajin menyimpan tapi tidak rajin melakukan bersih-bersih” sehingga jika kita buka simpanan data tersebut maka pasti ditemui data dalam jumlah yang sangat besar (banyak). Istilah besar lebih tepat digunakan untuk data karena dampak yang dirasakan dengan adanya tumpukan data ini adalah “besaran” tersebut mempengaruhi kapasitas simpanan perangkat dan berdampak pada performa (unjuk kerja) dari perangkat. Contoh nyata dan sering kali dirasakan dari hal ini yang umum terjadi pada perangkat telepon genggam pintar dimana jika sudah mengalami besaran data tersebut maka secara otomatis muncul pesan peringatan bahwa kapasitas simpanan sudah mendekati batas dan diharapkan pemilik segera melakukan tindakan bersih-bersih.

Melalui tulisan ini mari kita berhenti sejenak dan mencoba peduli dengan adanya tumpukan data yang kita miliki untuk diolah atau dihilangkan sama sekali agar tidak menjadi sampah digital.

 

Sebelum membahas lebih lanjut tentang apa yang sebaiknya dilakukan, maka kita tinjau dahulu terminologi “sampah” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) . Dalam KBBI didefinisikan bahwa sampah adalah barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi. Artinya kriteria sebuah benda dikatakan sebagai sampah jika benda tersebut menurut pemiliknya sudah tidak diperlukan kembali atau tidak akan digunakan kembali.

Sedangkan yang dimaksud dengan “Sampah Digital” menurut definisi yang dikutip dari tulisan Wesiyadi di sebuah tulisan online beralamat di http://www.kompasiana.com/maswes/sampah-digital-di-dunia-internet_56c31c5bd17a61ff07a1f720 adalah data yang sudah tidak digunakan lagi namun tetap disimpan dalam media digital (komputer pribadi, tablet atau handphone).

 

Apa saja yang disebut dengan Sampah Digital ?

 

Untuk menjawab pertanyaan di atas adalah sangat simple, yaitu kita sudah menyimpan data apa saja selama ini. Data disini adalah data dalam bentuk digital mulai dari dokumen digital kita, foto digital sampai dengan film digital dimana kesemua ini disebut dengan data multimedia dan yang paling umum digunakan sejak dunia internet memasyarakat adalah (akun) email. Selain itu ada lagi yang dapat dikategorikan sampah digital namun banyak masyarakat awam yang tidak menyadari yaitu “jejak digital” yang tertinggal di perangkat digital kita yang biasa disebut dengan history data. Sebenarnya masih banyak lagi yang dapat dikategorikan sampah digital di dalam dunia maya namun beberapa yang sudah disebutkan di atas paling tidak sudah mewakili.

Setelah mengetahui tipe data apa saja yang dimaksud disini, pembahasan berikutnya adalah perangkat digital apa saja yang kita miliki dan sering digunakan untuk melakukan akses data tersebut, apakah cukup telepon genggam pintar saja, atau sudah bervariasi dengan tambahan komputer pribadi, tablet, kamera digital sampai dengan televisi pintar (yang dapat digunakan akses internet). Perangkat inilah yang “tidak sengaja” digunakan oleh semua orang menciptakan “sampah digital” baik secara pribadi. organisasi maupun sampah yang berdampak pada orang lain.

Sampai pembahasan ini diharapkan kita semua menyadari bahwa sebenarnya kita telah “berkreasi” membuat sampah namun dalam bentuk yang berbeda yaitu “Sampah Digital”. Pertanyaan selanjutnya, apa yang dapat dilakukan dengan sampah-sampah ini ?

 

Solusi Pertama Menghilangkan Selamanya

 

Sebagaimana layaknya sebuah sampah non digital, maka salah satu cara yang dilakukan dengan menghilangkan (bahasa halus dari “membuang”) data tersebut tentu saja dengan persyaratan utama bahwa data tersebut memang benar-benar TIDAK AKAN DIGUNAKAN atau DATA TERSEBUT SUDAH MEMILIKI CADANGAN (Versi terakhir). Untuk data yang tersimpan pada sebuah gadget kita dengan tujuan supaya tidak mengakibatkan performa turun maka data tersebut juga dihilangkan dengan catatan data yang dirasa masih penting sudah disimpan dalam media penyimpan lain, baik itu penyimpanan sekunder (flashdisk, memory card atau harddisk). Untuk data yang berhubungan dengan organisasi sebaiknya BUKAN dihilangkan namun di”aman”kan pada media simpanan khusus yang dimiliki oleh organisasi tersebut, atau paling tidak diserahkan pada pihak yang lebih tepat dengan data-data tersebut.

 

Solusi Kedua Mengolah Sampah menjadi Data Bernilai.

 

Membaca judul di atas, mungkin timbul pertanyaan apakah mungkin atau bagaimana caranya ??? Kembali kepada analogi dunia nyata, bahwa saat ini juga mulai muncul usaha baru (biasa disebut dengan “usaha kreatif”) dengan melakukan reproduksi sampah yang dikenal dengan Recycle dimana dari usaha ini para kreator (sebutan pihak yang secara kreatif berkreasi) melihat peluang baru dengan olahan sampah yang ada dapat dijadikan produk baru yang memiliki nilai lain dari bentuk asal sampah tersebut.

Dalam dutxt-dt-miningnia teknologi (Information Communication Technology – ICT), hal sama dapat juga dilakukan namun secara prinsip BUKAN mengolah data menjadi “bentuk” baru namun menggali tumpukan data yang ada untuk diolah menjadi sumber informasi baru yang selama ini belum tereksploitasi. Cara kedua ini sebenarnya tidak seratus persen mengolah “sampah digital” namun lebih tepatnya mengolah “tumpukan data” (yang kadang tersimpan sudah beberapa tahun). Dalam dunia ilmu bidang teknologi informasi cara kedua ini cukup banyak dilakukan khususnya oleh perusahaan karena dalam usahanya melakukan penggalian informasi yang dapat dihasilkan lagi dengan informasi yang lebih baru. Salah satu ilmu yang dimaksud adalah Data Mining dimana dengan metode ini data yang ada diharapkan dapat menghasilkan sebuah informasi baru yang “tersembunyi” dari setumpukan data yang ada.

 

 

Akhirnya, dengan bertambahnya pengetahuan kita tentang “sampah digital” ini pilihan yang harus dilakukan bersama adalah “apakah kita akan menyimpan data tersebut selamanya sampai perangkat yang kita miliki tidak mampu lagi menampung bahkan tidak dapat beroperasi ? “ atau “kita tata kembali data yang ada tersebut untuk kebaikan diri sendiri atau organisasi dan lingkungan” dengan pilihan menghilangkan atau mengolah untuk manjadi nilai baru ?”. Semua kembali kepada kebijakan kita selaku pemiliki data tersebut, namun yang penting meski di dunia maya alangkah baiknya kita tetap menjalankan kata bijak “kebersihan daripada iman” , “buanglah sampah pada tempatnya” dan “Olah sampah menjadi informasi yang bermanfaat”

 

Salam Pengetahuan.

Penulis.

M. ISNIN FARIED

 

Sumber Gambar :

https://static01.nyt.com/images/2015/12/03/technology/03techfix-illo/

http://copyrightuser.org/wp-content/uploads/2013/06/

 




Transformasi Menjadi Organisasi Pembelajar

Urgensi Menjadi Organisasi Pembelajar

Perubahan organisasi-organisasi masa kini menjadi organisasi pembelajar (learning organization) mreupakan suatu kondisi “sine qua non.” Zaman telah berubah, organisasi-organisasi pun harus berubah. Jika tidak berubah, ada resiko kehilangan elan, bahkan terancam eksistensinya.

Masyarakat abad 21 disebu tsebagai masyarakat pengetahuan (knowledge society). Di dalam masyarakat ini, ekonomi pengetahuan merupakan pilar penting bagi kemajuan masyarakat. Hanya dengan melakukan pembelajaran bersama secara terus-menerus, organisasi dapat meningkatkan kapabilitasnya di dalam memenuhi tunutan konsumen secara unggul.

Marquardt (1996) menjabarkan organisasi pembelajar yang mampu menjawab tantangan2 di abad 21 dengan lebih baik sebagai berikut.

… learning organisation is an organisation which learns powerfully and collectively and is continually transforming itself to better collect, manage, and use knowledge for corporate success. It empowers people within and outside the company to learn as they work. Organisational learning refers to how organisational learning occurs, the skills and processes of building and utilising knowledge.

Pengetahuan kolektif dan kapabilitas menciptakan serta memperbaharui dan medayagunkan pengetahuan merupakan kunci sukses. Merujuk Marquardt (1996), hal ini perlu didukung oleh seluruh komponen organisasi pembelajar, yaitu (1) pembelajaran organisasi yang cerdas dan tangguh; (2) orang-orang, baik pimpinan organisasi dan staf maupun konsumen dan segenap mitra bisnis yang memiliki kematangan pribadi dan model mental yang sehat serta selalu mau belajar dan meningkatkan kapabilitas individual dan kolektif; (3) pengorganisasian yang fleksibel dan kenyal sehingga memampukan organisasi mampu menghadapi kompleksitas dan turbulensi lingkungan bisnis; (4) pengetahuan yang dapat diciptakan, disimpan, didesiminasikan, dan didayagunakan secara unggul; dan (5) penggunaan teknologi yang mampu mendukung pembelajaran dan penciptaan pengetahuan serta pelayanan yang bernilai tambah unggul, khususnya pendayagunaan teknologi informasi dan komunikasi.

Dengan menekankan perubahan paradigma di dalam menilai perkembangan bisnis, Peter M. Senge (1990) memperkenalkan organisasi pembelajar sebagai organisasi dimana orang-orang senantiasa belajar bersama untuk menciptakan hal-hal yang benar-benar mereka inginkan. Definisi selengkapnya adalah sebagai berikut:

 

…. a learning organization is “an organization where people continually expand their capacity to create the results they truly desire, where new and expansive patterns of thinking are nurtured, where collective aspiration is set free, and where people are continually learning how to learn together (Senge, 1990).

Penekanan atas penggunakan paradigma organisme yang hidup di dalam memahami organisasi pembelajar menghasilkan suatu pendekatan yang berpusat pada disiplin pemikiran kesisteman (systems thinking). Secara utuh, hal ini saling terkait dengan empat disiplin lainnya berupa personal mastery, mental models, team learning, shared vision.

Kondisi Organisasi dan Upaya Transformasi Menjadi Organisasi Pembelajar

Seorang pakar organisasi pembelajar membagi organiasi menjadi empat kelompok berdasarkan kecenderungannya pada pembelajaran kolektif. Kelompok I, organisasi pembelajar, yaitu organisasi yang pimpinan dan para staf sama-sama memiliki kemauan dan kemampuan yang berkembang baik dalam melakukan pembelajaran kolektif.

Kelompok II, organisasi yang mengalami kekecewaaan (frustrated organization). Pimpinan pada organisasi sangat baik di dalam pembelajaran organisasi tetapi karyawan-karyawannya tidak mampu melakukannya.

kelompok III, organisasi yang menimbulkan kekecewaan (frustrating organization). Pada organisasi ini, situasi sebaliknya terjadi. Para staf sangat baik di dalam melakukan pembelajaran kolektif namun hal ini tidak dapat diimbangi oleh kelompok pimpinan. Kelompok pimpinan justru sangat yakin dan lebih terampil dalam menerapkan pendekatan organisasi yang berakar pada birokrasi.

Kelompok IV, organisasi yang stagnan. Organisasi ditandai oleh ketidakmampuan belajar kolektif baik di kalangan pimpinan maupun di kalangan staf. Organisasi ini tentu lebih berat situasinya di dalam menghadapi persaingan yang semakin meningkat.

 

Pertanyaannya adalah bagaimana transformasi dapat dilakukan terhadap masing-masing organisasi dari tiga kelompok yang bukan-organisasi pembelajar? Secara teoretis, dapat dikatakan bahwa transformasi hendaknya dilakukan secara holistik: baik dari segi sisi lunak maupun dari sisi keras; baik pada level mikro (individu) maupun pada level makro (keseluruhan organisasi).

Upaya-upaya yang perlu dilakukan adalah melalui perubahan paradigma dari segenap kalangan di dalam organisasi. Perubahan pola pikir kolektif juga perlu dilakukan. Hal ini dapat dilakukan melalui upaya memperjelas visi, misi, dan nilai-nilai organisasi agar selaras dengan perkembangan zaman. Selanjtunya dilakukan pembelajaran dalam tim yang didasari oleh kesaling-percayaan dan keterbukaan. Perubahan sistem penugasan, penilaian kinerja, sistem perngupahan, dan budaya organisasi sangat diperlukan untuk mengekspresikan penghargaan yang tinggi terhadap manusia sebagai aset yang paling penting dan mewujdukan rasa keadilan di dalam organisasi.

Pada akhirnya, pemimpin merupakan presedens atau pihak yang sangat menentukan. Mereka harus mampu menjadi menjalankan tugas-tugas  servant ledaership.  Mereka bertanggung jawab untuk mengembangkan suatu kepemimpinan yang menyeluruh (overall leadership). Ketika setiap individu menerima tanggung jawab sebagai pemimpin di bagiannya masing-masing, maka organiasi memiliki kekenyalan yang diperlukan untuk beradaptasi dan unggul dalam lingkungan yang senantiasa berubah dengan cepat.

 

 

 

 




Aplikasi Voice to SMS Berbasis Android

Hello World …

Ketemu lagi dengan saya … jangan bosan ya untuk belajar coding sederhana, karena ada pepatah “Practice Makes Perfect”.

Kali ini kita akan belajar untuk membuat aplikasi “Voice to SMS”, tetap berbasis android dan menggunakan AppInventor.

Mari kita mulai,

Ketik ai2.appinventor.mit.edu di browser untuk membuka aplikasi app inventor.
Klik “Create” button pada App Inventor website.
Log in to App Inventor dengan gmail (atau google) user name dan password.
Klik “Continue” untuk menutup splash screen.
Start new project.
Beri nama project dengan “VoiceToSMS”.
Sekarang kita berada pada layar Designer.

Buat tampilan seperti di bawah ini pada layar Designer :

screen-shot-2016-10-12-at-20-46-16

 

Tampilan Code Blocks

screen-shot-2016-10-12-at-20-29-26

Jika sudah selesai connect dengan menggunakan AI Companion, Emulator atau USB untuk melihat hasil output aplikasi yang telah kita buat.

Jika sudah selesai dan tidak ada error klik build aplikasi untuk install file apk ke device smartphone atau tablet android.

Aplikasi Voice to SMS sudah terinstall dan dapat digunakan di smartphone atau tablet kita.

images-6

Happy Coding …




Bisnis Moderen, Keberlanjutan Bumi, dan Invisible Hand

Bisnis moderen telah membawa manusia pada taraf peradaban yang sangat maju. Hal ini terutama dimungkinkan oleh penemuan dan pendayagunaan teknologi yang semakin canggih. Kemajuan-kemajuan yang didorong oleh dunia bisnis memungkinkan peningkatan kemakmuran.

Pada saat yang bersamaan, dunia bisnis juga dapat dikatakan menjadi pihak yang paling bertanggung jawab atas kesenjangan-kesenjangan sosial dan kerusakan ekosistem yang pada gilirannya dapat mengancam eksistensi umat manusia pada planet bumi. Kesenjangan-kesenjangan sosial-ekonomi kian melebar di antara “the haves” dan “the haves not.” Kesenjangan ini terutama terjadi di antara negara-negara maju dan negara-negara yang tertinggal atau yang lebih keren disebut sebagai “emerging economies.”

Peperangan yang dashyat yang dapat terjadi apabila kesenjangan sosial-ekonomi mencapai suatau level yang tidak dapat ditenggang lagi sudah menjadi perhatian dari sebagian kalangan. Program-program sosial-ekonomi yang diprakarsai oleh berbagai pemerintahan dan bisnis-bisnis dari negara-negara maju maupun yang diprakarsai oleh badan-badan internasional untuk membantu percepatan pertumbuhan dan pemerataan ekonomi di negara-negara sedang berkembang dapat dipahami sebagai upaya mencegah terjadi kekacauan yang berskala luas karena keterbatasan sumber daya ekonomi dan pemerataannya yang dinilai tidak adil.

Kemajuan ekonomi-material abad keduapuluh dan abad keduapuluhsatu mengakibatkan suatu kemunduran yang makin serius terhadap kondisi eksosistem planet bumi. Pembabatan hutan dan penggunaan bahan bakar dari fosil  yang masif dan dalam waktu yang panjang telah berdampak pada pemanasan global dengan segala konsekuensinya. Mencairnya es di daerah kutub semakin meningkat dan dapat menimbulkan bencana yang besar bagi umat manusia.

Laporan Tempo.co tertanggal 12 Maret 2015 mewartakan laporan tim ilmuwan yang dipimpin ahli geologi asal Denmark, Nicolaj Krog Larsen yang menunjukkan hilangnya es sebesar 100 gigaton per tahun karena pencairan gletser di Greenland.  Tim tersebut melaporkan juga bahwa akibat dari pelelehan tersebut adalah naiknya permukaan air laut  setinggi 16 sentimeter, suatu kenaikan yang  cukup besar. Tidak jaug berbeda,  pencairan es di Kutub Utara telah mencapai 400 gigaton per tahun selama 25 tahun terakhir.Tidak mustahil pada akhirnya bumi mengalami ketidak-seimbangan dan terbalik sehingga dapat mengubah eksistensi umat manusia di planet bumi secara radikal.

Baru-baru ini, ilmuwan-ilmuwan dari National Academy of Sciences mengungkapkan fakta temuan yang  cukup mencengangkan. Hasil penelitian mereka menunjukkan bahwa umat manusia bakalan terancam akan kekurangan persediaan air pada tahun 2060 (http://tekno.liputan6.com/read/2367704/2060-persediaan-air-bumi-bakal-habis)s.

Diungkap, semua kandungan air di wilayah utara Bumi bertumpu kepada tumpukan salju yang mencair.

Sumber:  http://tekno.liputan6.com/read/2367704/2060-persediaan-air-bumi-bakal-habis

 

Sanggupkah Invisible Hand Berfungsi?

Berhadapan dengan kondisi kerusakan bumi yang semakin berat dan mengancam kelestarian bumi dan eksistensi umat manusia, upaya-upaya untuk mengubah paradigma dan pendekatan bisnis yang peduli pada keberlanjutan keutuhan ciptaan pada planet bumi menjadi perhatian dari semua kalangan. Setiap individu, terutama mereka yang memiliki dan mengendalikan perusahaan-perusahaan raksasa yang berkonrtibusi signifikan terhadap kerusakan ekosistem mestinya mengambil tanggung jawab utama.

Kapitalisme yang dihidupi oleh dunia bisnis konon digerakkan oleh sebuah tangan ajaib yang tersembunyi (an invisible hand) yang senantiasa menyeimbangkan kepentingan diri sendiri dengan kepentingan masyarakat secara umum. Jika benar demikian, mengapa kerusakan-kerusakan lingkungan hidup yang disebabkan oleh perusahaan-perusahaan raksasa tidak dapat diimbangi dengan adanya pencipataan kebaikan-kebaikan sosial dan lingkungan hidup yang mampu menjaga kesimbangan alam yang sehat?

Menurut Bapak ilmu ekonomi Adam Smith yang mengenalkanya, invisible hand membuat manusia mampu menahan diri untuk berbagi meskipun kondisi alamiahnya bersifat senantiasa mementingkan diri sendiri (selfish). Istilah ini hanya digunakan satu kali di dalam karyanya yang terbit pada tahun 1759, yaitu The Moral Sentiment. Begitu juga hanya digunakan satu kali dalam bukunya The Wealth of Nations yang terbit pada tahun 1776.

Persoalannya, hal yang disebut sebagai invisible hand yang bekerja secara ajaib untuk menjamin keutuhan ciptaan dan keberlanjutan bumi melalui penyeimbangan kepentingan pribadi untuk memaksimumkan keuntungan bisnis dan kepentingan umum, bahkan kepentingan seluruh planet, masih memerlukan pendefinisiannya.

Apakah hal ini berkaitan dengan kehendak bebas? Jika demikian, bagaimana kehendak bebas dari para kapitalis dan pengelola bisnis-bisnis raksasa dapat didayagunakan untuk mengembangkan dunia bisnis yang bertanggung jawab atas perbaikan alam yang telah mengalami kerusakan? Bagaimana pula kehendak bebas dari masyarakat yang menjadi konsumen dikembangkan dan didayagunakan untuk menahan diri dari konsumsi produk-produk yang merusak lingkungan hidup, bahkan dihasilkan gerakan konsumen untuk mendorong berkembangnya bisnis-bisnis yang cinta lingkungan?

Ataukah yang dimaksudkan dengan invisible hand adalah kekuatan alam semesta atau Sang Pencipta aalam semesta? Jika hal ini yang dimaksudkan, persoalannya adalah bagaimana umat manusia dan dunia bisnis mengenali hukum-hukum alam dan batas-batasnya yang perlu dijaga untuk menjamin keberlanjutan bisnis dan sekaligus planet bumi di mana manusia hidup? Jika yang dimaksudkan adalah kekuasaan ilahi, maka terdapat tantangan yang besar bagi para kapitalis dan eksekutif bisnis untuk memahami peran manusia berhadapan dengan lingkungan hidup sebagai titipan yang harus diwariskan kepada generasi-generasi berikutnya selama mungkin.

Pada akhirnya perlu dikemukakan bahwa bisnis moderen merupakan sebuah capaian umat manusia yang mencerminkan kemajuan peradaban. Akan tetapi keyakinan bahwa kemajuan bisnis berkembang berdasarkan bahan bakar pengejaran kepentingan pribadi akan diseimbangkan dengan kepentingan umum, bahkan dengan kepentingan keberlanjutan planet bumi, oleh invisible hand begitu saja dan melalui suatu operasi yang bekerja secara otomatis perlu untuk dikritisi. Mengharapkan bekerjanya invisible hand tanpa pertanggungjawaban dari para kapitalis dan eksektuif-eksekutif bisnis-bisnis moderen untuk memperbaiki kondisi lingkungan hidup yang telah rusak bukanlah suatu pandangan hidup yang dapat diterima. Visible hands diperlukan untuk mempercepat keefektifan bekerjanya invisible hand.




HOW TO MARKET INTERNAL INFORMATION

HOW TO SAVE SINKING SHIP

 

  1. Don’t fail to realize that’s not people problem but management problem
  2. Transparency weekly meeting to find 360 degree feed back
  3. Monthly performance review
  4. Rationalized position
  5. Managers choose the best staff
  6. Make teamwork to top employee
  7. Make positive working environment make greater job satisfaction
  8. Be uncluttered
  9. Create customer experience (Make Reliability a Reality)
  10. Upgrade exterior signage made clearly visible hub of its neighborhood.

 

SIGN OF SINKING SHIP

  1.  Outdated  job standards and requirement
  2. Lack of employee training to serve customer
  3. Not adequate protection tools
  4. Not have emergency back up

http://blog.impraise.com/360-feedback/how-to-save-a-sinking-ship-lessons-from-yahoo-performance-review

 




MASA DEPAN PEMASARAN

Manajemen puncak telah mengakui bahwa pemasaran masa lalu telah sangat boros dan menuntut pertanggungjawaban lebih dari pemasaran.

A) Ke depan, ada sejumlah imperatif untuk mencapai keunggulan pemasaran:

  • Pemasaran harus “holistik” dan kurangi
  • Pemasar harus mencapai pengaruh yang lebih besar dalam perusahaan jika mereka menjadi arsitek utama dari strategi bisnis.
  • Pemasar harus terus menerus menciptakan ide-ide baru jika perusahaan ingin mencapai kesejahteraan dalam ekonomi hiper-kompetitif.
  • Pemasar harus berusaha mengetahui wawasan pelanggan dan memperlakukan pelanggan yang berbeda tapi tepat.
  • Pemasar harus membangun merek mereka melalui kinerja, lebih dari sekedar
  • Pemasar harus menggunakan perangkat elektronik dan membangun informasi yang unggul dalam sistem komunikasi.

B) Hasilnya dalam tahun-tahun mendatang dapat dilihat:

  • Kematian departemen pemasaran dan munculnya pemasaran holistik
  • Kematian pemasaran bebas belanja (free shopping) dan kebangkitan pemasaran ROI
  • Kematian intuisi pemasaran dan kebangkitan ilmu marketing
  • Kematian pemasaran manual dan munculnya pemasaran otomatis
  • Kematian pemasaran masal dan munculnya pemasaran presisi

C) Untuk mencapai perubahan ini, satu set keterampilan baru dan kompetensi yang dibutuhkan. Dituntut kecakapan di berbagai bidang seperti:

  • Manajemen hubungan pelanggan (CRM)
  • Manajemen hubungan Partner (PRM)
  • Database marketing dan data mining
  • Contact center management dan telemarketing.
  • Pemasaran PR (termasuk event dan pemasaran sponsorship)
  • Membangun merek dan manajemen aset merek.
  • Experiential marketing
  • Komunikasi pemasaran terpadu
  • Analisis Profitabilitas oleh segmen, pelanggan, dan saluran



Bagaimana Media Sosial Menghubungkan Setiap Orang

Fenomena sosial media merupakan “Virus” yang tidak ada habisnya, dimana adanya sosial media membantu orang terhubung dengan orang lainnya tanpa dibatasi ruang dan waktu. Berbagai sosial media yang umumnya kita kenal saat ini seperti Website, Twitter, Facebook, Instagram, Line, Path bahkan Whatsapp menjadi sangat booming sehingga membuat orang terhipnotis untuk menggunakan media tersebut untuk sekedar narsis atau bahkan berbagi informasi.

jejaring

Kondisi diatas kemudian secara langsung berpengaruh pada cara konsumen untuk berkomunikasi dengan produsen atau marketer (pemasar). Mereka memanfaatkan media sosial untuk melakukan interaksi yang bersifat dua arah. Hal ini tentu sangat bermanfaat bagi konsumen, karena selain sifat informasi yang inteaktif, sosial media juga memungkinkan adanya komunikasi langsung yang terjadi sehingga memudahkan konsumen untuk dapat menanyakan secara langsung mengenai produk yang diinginkan.

Keberadaan sosial media ini juga membantu produsen yang selama ini tidak memiliki “LAPAK” offline untuk turut berpartisipasi dalam menawarkan produk dan jasa yang mereka miliki bagi konsumen. Seperti halnya globalisasi yang memiliki arti borderless (tanpa batas) hal ini juga teraplikasi langsung dalam fenomena sosial media pada saat ini. Lokasi atau toko secara nyata tidak wajib dimiliki, namun dengan memiliki account dimedia sosial sudah dapat menjadi “LAPAK ONLINE” yang sangat menguntungkan bagi seluruh produsen.

Salah satu media yang sedang booming saat ini adalah instagram. Karakteritsik dari informasi yang ada diintstagram dapat membantu produsen untuk memposting barang atau layanan yang mereka punya dengan dilengkapi gambar dan spesifikasi produk.Kemudian dengan segera respon dari konsumen yang puas atau tidak puas dengan suatu produk dapat memberikan testimoni langsung. Testimoni tersebut kemudian menjadi penghubung antara konsumen baru dan potential customer, seperti yang ada pada gambar dibawah ini :

img_2264img_2263

Adanya sosial media memberikan keuntungan langsung tanpa perlu mengelurkan biaya dalam jumlah besar.




Kontradiktif Pasar Wisata oleh Edy Sukarno

Indonesia dikenal indah alamnya dengan sangat banyak obyek-obyek wisata di berbagai pelosok tanah air.  Bali sangat terkenal dan menjadi destinasi utama para wisatawan manca negara.  Namun menyimak berita di harian Bisnis Indonesia 12 Oktober 2016, saya tercengang nian.  Ditulis di situ bahwa Pemerintah Jepang bakal meningkatkan turis asal Indonesia sebanyak 25% pada tahun ini.  Direktur Eksekutif Japan National Tourism Organization Hideki Tomioka menyatakan tahun lalu realisasi turis dari Indonesia ke Jepang sebanyak 200.000 kunjungan.

Usaha promosi yang dilakukan antara lain melalui fam trips serta menggandeng sejumlah public figure dari Indonesia untuk membuat video promosi di Negeri Sakura.  Tahun ini penyanyi Afgan akan membuat video clip lagunya di Jepang timpal Hideki.  Jepang yang sudah menyandang negara termaju di Asia berkat produk-produk otomotif dan infrastruktur, terbukti sangat ambisi untuk mampu menarik wisatawan-wisatwan dari Indonesia.  Berdasarkan data TCVB, tiga negara tujuan wisatawan dari Indonesia adalah Jepang, Singapura dan Australia.

Bagaimana saya nggak tercengang.., di benak yang terlintas justru kebalikannya.  Wisatawan dari Jepang menjadi salah satu terget Pemerintah Indonesia untuk menambah sumber devisa negara.  Dengan fakta seperti di atas, menunjukkan Rakyat Indonesia yang notabene belum sepenuhnya makmur sejahtera ternyata sudah dijadikan target market Pemerintah Jepang untuk destinasi wisata mereka.  Di samping itu, juga mencerminkan jamaknya status sosial rakyat bukanlah kendala berarti bagi Jepang untuk menetrasi pasar wisata.

Kiranya kita perlu mawas diri/introspeksi bagaimana semestinya bersikap dalam mengelola kekayaan bumi pertiwi ini.  Candi Borobudur, Danau Toba, Tanah Toraja, Laut Indonesia Timur dan masih banyak lagi pemandangan alam yang begitu indah seharusnya ditangani dengan baik sehingga mampu menjadi primadona wisata yang handal.  Rakyat jelata perlu literasi maksimal mengenai dunia wisata yang mampu menangkap keindahan dan kekayaan sejati alam Indonesia, sehingga menciptakan paradigma puaskan dan tuntaskan dulu melancong di negeri sendiri baru negeri lain.




Khusnuzon kepada Allah SWT

Akhir-akhir ini saya sedang gemar membaca buku Notes from Qatar yang ditulis oleh Muhammad Assad seorang Enterpreneur muda yang lulusan S2 Qatar dengan bidang ilmu Islamic Finance. Tulisan-tulisan yang dituangkan dalam bukunya berisi tentang perjalanan beliau mendapat beasiswa dan selama belajar di Qatar. Berbagai kejadian yang dialaminya dalam mendapatkan beasiswa baik S1nya di Malaysia maupun S2nya di Qatar serta berbagai pengalaman selama menempuh pendidikannya di negeri orang selalu disikapi dan dituangkan dalam sudut pandang yang positif. Yang lebih mengagumkan, apapun kejadian dalam hidupnya selalu disyukuri dan dikaitkan dengan falsafah hidupnya yang bersandarkan pada Al-Qurán dan hadist.

Salah satu yang dipesankan dalam tulisannya adalah tentang sikaf positive thinking atau khusnudzon kepada Allah SWT. Hal tersebut mengingatkanku pada suatu kejadian di bulan syawal atau pasca iedul fitri 2015. Pada suatu hari di masa liburan iedul fitri tersebut ada Whats App (WA) dari seorang teman dosen dari Universitas Airlangga (Unair) bernama ibu Nisfu Laila yang kebetulan saat itu sebagai Kaprodi Ekonomi Syariah di Universitas Airlangga. Isi WA beliau adalah mengajak saya untuk mengikuti acara call for Paper yang diadakan Unair di Lombok, NTB. Saya awalnya keberatan mengikuti ajakan beliau karena disamping harus mempersiapkan paper dalam waktu singkat juga karena terkendala oleh biaya. Kampus saya bekerja sudah tidak memberikan fasilitas bagi dosen yang ingin menjadi peserta atau presenter/pemateri acara call for paper, yang berarti segala biaya yang ditimbulkan dari acara tersebut menjadi tanggung jawab pribadi saya sebagai dosen.

Namun, karena teman saya tersebut agak memaksa saya agar ikut acaranya, maka saya mulai berfikir untuk mengikuti acara tersebut. Saya mulai meringkas skripsi mahasiswi saya yang temanya agak menarik dan mengkomunikasikan kepada mahasiswi tersebut jika skripsinya akan saya jadikan paper dan sepakat untuk memperbaharui data yang dipakai dengan menambahkan periode penelitian. Alhasil dalam tempo sekitar tiga hari paper yang dibutuhkan siap dikirim melalui email panitia call for paper, tentunya dengan terlebih dahulu membayar biaya untuk menjadi peserta call for paper dan seminar. Selanjutnya saya memesan tiket pesawat PP Jakarta-Lombok-Jakarta dan  saya komunikasikan pada teman dari Unair bahwa saya sudah membayar biaya pendaftaran seminar dan call for paper dan sudah memesan tiket Jakarta-Lombok-Jakarta. Tentunya semua biaya itu saya keluarkan dengan memakai uang pribadi, saya fikir tidak apalah toh hasil positif mengikuti acara tersebut juga saya yang akan menikmati, dan yang terpenting saya dapat bersilaturahim dengan teman-teman di lingkungan ekonomi syariah dan terutama bisa berjumpa dengan kawan baik saya yang mengajak saya mengikuti acara tersebut. Namun demikian, saya tetap agak berat harus mengeluarkan biaya untuk penginapan sekitar tiga malam disana plus biaya makan setelah acara usai, mengingat dana yang saya miliki terbatas karena baru usai Iedul Fitri. Tapi entah mengapa saya punya keyakinan bahwa Allah SWT akan menolong saya, bagaimanapun caranya.

Saya kemudian mengontak ibu Nisfu Laila atau lebih tepatnya sahabat saya yang menjadi organizing committee dan mengajak saya untuk hadir di acara tersebut. Kami pun mengobrol berbagai hal sampai kemudian saya mengutarakan jika saya belum mencari penginapan untuk acara disana. Jawaban yang diberikan teman saya sungguh membuat saya terkejut tetapi sekaligus membuat hati saya plong. Beliau menganjurkan agar saya tidak usah mencari penginapan dan menawarkan untuk menginap di kamarnya. Awalnya saya menolak secara halus namun pada akhirnya saya setuju setelah beliau menyampaikan jika beliau memang sendirian di kamarnya (tidak ada panitia lain yang sekamar dengannya). Satu masalah selesai, dan saya bersyukur item biaya yang harus saya keluarkan sudah berkurang satu. Sungguh Allah Maha Kaya dan Maha Pemurah.

Singkat kata satu malam sebelum acara dimulai saya sudah sampai di hotel tempat nanti acara berlangsung. Saya pun akhirnya banyak bertemu dengan teman-teman Unair yang saya kenal, otomatis kami langsung saling menyampaikan selamat hari raya Iedul Fitri dan saling maaf memaafkan, karena memang masih terasa suasana Iedul Fitri. Keesokan harinya kami mengikuti acara pembukaan dan seminar seharian. Saat acara seminar berlangsung saya bertemu dengan kawan lama dari STEI Tazkia bernama ibu Murniati Muchlisin yang baru lulus Ph.D dari University of GlasGow – Inggris dan sedang menemani promotor disertasinya bernama Dr. Muhammad Hudaib yang menjadi salah satu narasumber di acara tersebut. Beliau sangat antusias saat melihat saya karena beliau tahu saya paling gemar mengabadikan moment apapun dalam suatu acara dengan camera Hand Phone. Saya masih ingat saya pernah mengabadikan beliau saat presentasi di acara Forum Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah (FREKS) yang diadakan Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) dan diselenggarakan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saat itu beliau menjadi pemenang pertama dalam acara tersebut dengan total hadiah sebesar Rp.15.000.000,00. Hasil dokumentasi HP tersebut saya kirim ke beliau via WA, dan tentunya beliau senang karena memiliki dokumentasi moment bersejarah dalam hidup beliau sebagai pemenang lomba pada acara FREKS tersebut.

Kembali ke acara call for paper, singkat kata di hari kedua kami yang mengirim paper harus presentasi yang dikelompokkan sesuai dengan bidang ilmu atau tema yang kami bahas, dan pelaksanaannya dilakukan di gedung pascasarjana Universitas Mataram (Unram). Kami menuju ke lokasi dari hotel kami menginap dengan bis yang telah disediakan oleh panitia, begitupun saat acara selesai kami kembali dengan bis tersebut. Saat akan kembali ke hotel dari Unram ternyata saya bertemu dengan ibu Murniati yang dari STEI Tazkia dan tempat duduk kami bersebelahan. Kami ngobrol berbagai hal dan diakhir pembicaraan beliau bertanya pada saya, apakah saya memiliki rencana khusus untuk malam itu? Saya jawab saya akan mencari makan saja diluar hotel karena fasilitas makan malam memang tidak disediakan oleh panitia. Tidak diduga karena jawaban saya tersebut ibu Murniati mengajak saya menemani dia makan malam di rumah salah satu mantan komisaris Bank BPD NTB yang merupakan relasi beliau dan memiliki hubungan yang sangat baik dengan STEI Tazkia. Saya pun tidak menolak ajakan beliau dan janjian bertemu di lobby hotel setelah melakukan ibadah sholat magrib. Singkat kata kami pun pergi ke rumah relasi beliau (sebut saja Bapak Zulham) dan disambut dengan sangat baik oleh keluarganya dengan hidangan makan malam khas Lombok. Kembali saya bersyukur dalam hati Allah Maha Pemurah.

Berdasarkan obrolan kami selama di rumah bapak Zulham akhirnya saya mengetahui jika STEI Tazkia memiliki program beasiswa dengan mengumpulkan siswa/siswi SMU terbaik di daerah Bapak Zulham tinggal dan bekerjasama dengan BPD Mataram dalam hal pendanaan beasiswanya dengan syarat setelah lulus kuliah para siswa/siswi penerima beasiswa tersebut harus siap bekerja di Bank BPD NTB. Disamping itu STEI Tazkia pun memiliki suatu program pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang disebut Baitul maal wat tamqin yang ruang lingkup usahanya memberikan pembiayaan kepada usaha-usaha home industry yang kebanyakan dikelola oleh para wanita dan proses pemberian pembiayaan tersebut dilakukan secara tanggung renteng oleh seluruh anggota. Kami pun merencanakan dengan salah satu alumni Tazkia yang pernah menerima program beasiswa akan berkunjung ke sentra kerajinan tanah liat pada suatu daerah di Lombok yang merupakan binaan dari Baitul maal wat tamqin  Tazkia. Rencana tersebut akan dilakukan keesokan harinya dan di hari terakhir saya berada di Lombok.

Keesokan harinya saya sempat makan pagi di hotel dengan ibu Nisfu Laila Unair dan berfoto bersama untuk kenang-kenangan. Saat makan pagi tersebut saya menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada beliau karena sudah mempermudah saya dengan memberikan kesempatan menginap berdua di kamarnya.  Saya katakan saya belum tentu dapat membalas kebaikan beliau dan hanya Allah SWT adalah sebaik baik pemberi balasan.

Jawaban beliau sangat mengejutkan saya dan membuat saya terharu mendengarnya. Ibu santai saja, saya berbuat baik pada ibu bukan untuk ibu koq, tapi untuk diri saya sendiri, karena hakekatnya saat saya berbuat baik pada siapapun sebetulnya sedang berbuat baik untuk diri saya sendiri. Selain itu jika kita ingin mendapat kemudahan untuk diri kita, maka permudahlah urusan orang lain. Masyaa Allah sambal berkaca-kaca saya memeluk beliau dari samping karena saat kita makan tersebut duduknya bersebelahan. Sungguh saya kehilangan kata-kata saat itu dan kalimat itu sampai saat ini tersimpan dalam lubuk hati yang paling dalam. Kembali lagi saya bersyukur dan berucap dalam hati Allah Maha Baik dan Maha Mencukupkan kebutuhan hambanya.

Tidak lama HP saya berdering dan ternyata dari ibu Murniati Tazkia yang mengabarkan jika beliau sudah menunggu di lobby hotel dan siap berangkat ke sentra kerajinan tanah liat di daerah Lombok Barat (jika tidak salah). Saya pun pamit kepada ibu Nisfu Laila dan sekali lagi mengucapkan terima kasih atas kebaikan beliau. Setelah berpelukan dan cipika cipiki saya pun meninggalkan beliau tentu dengan harapan akan bertemu kembali di lain waktu dan kesempatan.

Saat berjalan sambil menggerek koper menuju lobby saya bergumam dalam hati saya sendiri, sungguh luas rezeki Allah di dunia ini, dan tidak harus dalam bentuk materi atau uang yang kita terima, tetapi bisa dalam bentuk apapun. Dalam hal ini, rezeki yang saya terima adalah kemudahan berupa fasilitas penginapan gratis yang diberikan Allah SWT melalui teman saya ibu Nifu Laila yang saat itu bertindak sebagai ketua panitia di acara tersebut. Sungguh syukur yang tidak terhingga saya panjatkan dalam hati kepadaMu ya Rabb. Semoga saja rasa syukur yang saya panjatkan akan menambah keimanan saya, menambah keyakinan bahwa apa yang Kau gariskan dalam hidup saya juga merupakan takdir yang harus saya jalani dan selalu berbaik sangka (khusnudzon) kepadaMu. Sebab sesuai dengan firman-Mu dalam hadist Qudsi sebagai berikut “Aku adalah apa yang hamba-Ku sangkakan kepada-Ku. Jika dia berfikir baik tentang-Ku maka itu yang dia dapat, dan jika dia berfikir buruk tentang-Ku maka itu yang dia dapat.” (Muttafaq ‘alaih). Seperti cerita yang saya alami, saya berkeyakinan Allah SWT akan menolong saya terkait dana yang terbatas sedangkan saya harus memiliki dana lebih untuk membayar penginapan dan makan setelah acara usai. Ternyata terbukti Allah memang manolong saya dengan caraNya.

Semoga semua kejadian yang saya alami akan menambah keinginan dalam diri saya untuk lebih mendekatkan diri kepadaMu. Hal ini sesuai dengan hadist Qudsi lainnya yang berbunyi “Barang siapa mendekat pada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta. Barangsiapa mendekat pada-Ku sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Jika hamba-Ku itu mendatangani Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan berlari.” (Muttafaq’alaih). Melalui tulisan ini saya berharap akan tetap mengingatkan diri saya bahwa janji Allah SWT itu pasti dan kita akan merasakannya melalui kejadian-kejadian sehari hari jika sungguh-sungguh meyakininya dan berusaha selalu berhusnudzon dan lebih mendekatkan diri padaNya. Insyaa Allah.

Jakarta, 12 Oktober 2016




WHEN WRITING AN ESSAY, I SHOULD WRITE USING CLEAR, ERROR FREE SENTENCES. By Drs. Ignatius Septo Pramesworo, M. Ed. TESOL

In writing a good essay, I must understand English language for writing. By comprehending the language I am able to organize and connect particular evidence prepared. These evidences will be in the supporting paragraphs of my essay. This means I should start my essay with an introductory paragraph and it will be closed successfully with a comprehensive concluding paragraph. The process of writing an essay involves three ways. They are the methods of organizing an essay. Moreover, I should have an ability to write my essay using transitional expressions and other connecting words. I also have to understand right vocabularies and grammar that are going to be used. By having implemented these three ways, I expect I could write my essay better.