THE LAST PROCESS OF MAKING AN ESSAY By Drs. Ignatius Septo Pramesworo, M. Ed. TESOL

I understand that the process of writing an essay needs practices. As stated in my previous writing, writing an essay requires three elements. The first one is the organization on how I make my own essay. The second element is related to my English language. Eventually, the last element is the process of making my essay. When I write an essay usually I found my thesis. After that I make my spider web. Making a spider gives me a clear clarification of the ideas: main ideas and supporting ideas. By having spider web, I am able to have an opportunity to put my mind into what I am going to write. I can identify my bubbles, such as: definition, preparation, and examples. Based on the spider, I could make an outline, either topic outline or sentence outline. I usually choose an outline that I consider fit and suitable with my essay. By using the outline, I know the content of my introduction or introductory paragraph, body of paragraphs, and closing paragraph. It seems now I am ready to write and I should know I have to connect all the ideas and use transitional signals that are important in my writing. The latter has a purpose to smooth my essay. Lastly, I should manage and check the vocabularies and grammar used so my sentences will be error-free and efficient. The essay will be comprehensive and has only one thesis statement.




Enzo Ferrari oleh Edy Sukarno

ENZO FERRARI

Sabtu 1 Oktober 2016 saya menyempatkan diri untuk olah raga jalan pagi di bilangan AEON Serpong.  Tanpa sengaja saat akan pulang, di salah satu area parkir sebuah mal atau komplek usaha saya lihat begitu banyak mobil-mobil sport buatan Itali yang akan berparade.  Bagi saya sangat nyaman usai jalan pagi, menghirup udara segar, nonton mobil-mobil bagus, berjumpa banyak orang  dan berkenalan.  Salah satu teman baru yang langsung terasa akrab sebut saja namanya Yakob.  Dia sudah cukup lama bekerja di show room Ferrari sehingga bisa bercerita bagaimana kiat marketing di Ferrari.  Kendati belum tentu sepenuhnya valid apa yang dia katakan, namun sepanjang celotehannya hemat saya baik, maka cermat mencernanya itu biasa saja atau bisa jadi bermanfaat.

Salah satu celotehannya yang saya garis bawahi yakni untuk setiap calon pembeli Enzo Ferrari (salah satu tipe Ferrari yang konon di Indonesia pemiliknya kurang dari 5 orang dan harganya kurang lebih Rp14 milyar) akan ditanya dengan berbagai macam pertanyaan yang harus dijawab lugas.  Pertanyaan tersebut antara lain (alias baru sebagian kecil):

Mengapa beli Enzo Ferrari?

Apakah sebelumnya sudah pernah pakai Ferrari?

Darimana tahu Ferrari?

Warna Ferrari apa yang disukai?

Kapan akan dikendarai Ferrarinya?

Ferrarinya nanti akan dipakai sendiri atau anggota keluarga yang lain juga diperkenankan mengendarainya?

Darimana dananya pembelian Ferrari tersebut?

Ternyata  pertanyaan yang bertubi-tubi diarahkan kepada calon pembeli tersebut dimaksudkan untuk disimak cermat atau dikaji dalam oleh pihak Ferrari sehingga pada akhirnya mampu merancang layanan terbaik pasca beli yang akan menyamankan Sang Pembeli di kemudian hari.  Selain dihujani banyak pertanyaan, pembelipun dipersilahkan masuk duduk di dalam Ferrari untuk disettingkan pada posisi duduk ternyaman dan diterangkan secara detail penggunaan berbagai panel instrumen yang terdapat dalam Enzo Ferrari.  Skenario itu semua semata-mata untuk mengoptimalkan kiat menjual barang di mana mutu produk, teknik promosi dan tekad memuaskan pembeli menjadi satu konsep yang utuh.

Bandingkan dengan saat kita membuka tabungan di Bank Mandiri yang notabene menjadi Bank Pemerintah terbesar saat ini.  Customer servicenya akan menjelaskan teramat rinci tentang apa-apa yang dianggap pantas disampaikan kepada kita, seperti:

Penabung akan mendapat buku tabungan

Kegunaan lain dari buku tabungan

Suku bunga yang berlaku untuk tabungan

Berbagai fasilitas jika menjadi penabung di Bank Mandiri

Jika buku tabungan hilang

Beban administrasi yang ditanggung penabung

Kartu debet yang melengkapi penabung

Meskipun sama-sama mendapat penjelasan yang terinci, namun ada perasaan yang berbeda dari keduanya.  Pembeli Enzo Ferrari sangat puas diminta menjawab berbagai pertanyaan dan amat menikmati untuk mendengar berbagai penjelasan spesifik “njelimet” tentang panel instrument mobil sport mewah tersebut.  Sebaliknya, jika kita membuka rekening tabungan misalkan, setoran awal Rp500 ribu saja, akan mendapatkan penjelasan yang cenderung bertele-tele dari customer service (bak kita buta huruf ?).  Padahal  sebetulnya cukup dibuatkan buku panduan yang dikemas apik dan diberikan kepada setiap penabung yang selanjutnya bisa menelaahnya sendiri.

Inti narasi, kita harus menjiwai tuntas terhadap barang dagangan kita.  Kalau barang yang kita jual bernilai tinggi dan captive marketnya jelas, maka mutu layanan prima menjadi suatu kebutuhan mutlak.  Namun jika barang kita “biasa saja or generik”, maka layanan yang berlebihan menjadi mubazir dan gampang disebelin orang karena pada umumnya orang merasa kurang nyaman jika harus mendengarkan puluhan retorika murahan.




WHEN WRITING AN ESSAY, I SHOULD WRITE USING CLEAR, ERROR FREE SENTENCES.

In writing a good essay, I must understand English language for writing. By comprehending the language I am able to organize and connect particular evidence prepared. These evidences will be in the supporting paragraphs of my essay. This means I should start my essay with an introductory paragraph and it will be closed successfully with a comprehensive concluding paragraph. The process of writing an essay involves three ways. They are the methods of organizing an essay. Moreover, I should have an ability to write my essay using transitional expressions and other connecting words. I also have to understand right vocabularies and grammar that are going to be used. By having implemented these three ways, I expect I could write my essay better.




THE ORGANIZATION OF MAKING AN ESSAY By Drs. Ignatius Septo Pramesworo, M. Ed. TESOL

When I am going to write an essay, I should perform two important elements. They are, the first, I should establish my point or thesis. The second element is I should prepare some supporting ideas that assist my main point. These supporting ideas should be provided by specific evidence. After that I continue my preparation by considering two other basic elements that underline my writing. I could say they are my third and fourth elements. The third element is I must organize and relate the specific evidence. The fourth element is I have to write using clear and error-free sentences. So an essay can be stated good if I can convey my thesis in a clear and perfect way. Moreover, I should be able to connect my own thesis with all specific and particular explanations, details or reasons that I have prepared.




HOW CAN I WRITE A BETTER ESSAY? By Drs. Ignatius Septo Pramesworo, M. Ed. TESOL

Writing an essay can be either easy or complicated. It will depend on a lot of condition. If I have prepared everything related to my essay then I can say I am ready to write a good essay. However, if I am still thinking my essay supporting details, my examples or even my ideas for my essay, I should then be careful. I will think that writing an essay in English language can be difficult. When I write an English essay, I have to consider three elements. The first one is the organization on how I make my own essay. The second element is related to my English language. For example, I have to consider the vocabularies and grammar that are going to be used. Finally, the last element is the process of making my essay. Now, I will discuss my elements one by one.




Pangan, Papan, Akal Budi

Seorang filsuf Cina, Konfusius pernah menyampaikan ungkapan yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia akan berbunya seperti berikut. “Jika kamu membuat rencana untuk satu tahun, tanamlah padi. Jika kamu membuat rencana untuk 10 tahun, tanamlah pohon. Jika kamu menbuat rencana untuk 100 tahun, didiklah anak-anakmu”.

Jika ungkapan itu dijabarkan lebih jauh, tampaknya apa yang diungkapkan oleh Konfusius itu tidak jauh berbeda dengan apa yang dipaparkan oleh Maslow beberapa ratus tahun kemudian. Paling tidak ada tiga tahapan di dalam membangun sebuah masyarakat. Tahap yang paling dasar adalah memenuhi kebutuhan pangan, kemudian memenuhi kebutuhan papan, dan terakhir adalah memenuhi kebutuhan akal budi.

Untuk mengembangkan pangan tidak diperlukan perencanaan jangka panjang, cukup perencanaan jangka pendek saja. Namun, untuk mengembangkan akal budi dibutuhkan perencanaan jangka panjang, dan untuk itu, pendidikan menjadi hal yang berperan di dalamnya. Sebuah bangsa yang masih berorientasi kepada pangan cenderung melakukan kegiatan-kegiatan jangka pendek, sedangkan bangsa yang berorientasi kepada akal budi, akan cenderung melakukan kegiatan-kegiatan jangka panjang.

Pemenuhan pangan dan papan terwujud pada kesejahteraan (welfare), sedangkan pemenuhan akal budi terwujud pada kebahagiaan (well-being). Dengan demikian, bangsa yang menetapkan kesejahteraan sebagai tujuan utamanya cenderung berorientasi kepada pencapaian tujuan jangka pendek, sedangkan bangsa yang menetapkan kebahagiaan sebagai tujuan utamanya cenderung berorientasi kepada pencapaian jangka panjang.




COBIT untuk memastikan keamanan sistem informasi dengan DS5

Untuk memastikan keamanan system dapat dilakukan Auidt system dengan menggunakan COBIT 5. Indikator yang dapat menentukan tingkat keamanan system yang digunakan oeh sebuah perusahaan dapat dilihat dari bobot nilai yang ada pada maturity level hasil perhitungan yang dilakukan pada saat audit.

Ekspektasi  bobot yang diharapakan ditentukan terlebih dahulu oleh pimpinan yang bertanggung jawab pada keamanan system informasi. Setelah itu dilakukan pelaksanaan audit dengan menggunakan checklist yang sudah ditetapkan. Audit dilakukan dengan melakukan wawancara kepada karyawan perusahaan yang terlibat dalam keamanan system. Urutan setiap pertanyaan mengikuti  daftar pertanyaan yang sudah ada pada checklist.

Pengelompokkan kapabilitas perusahaan dalam pengelolaan proses TI dari level nol (non-existent (belum tersedia) hingga level lima atau optimized (teroptimasi). Hal yang perlu diperhatikan adalah level tersebut bukan dimaksudkan sebagai kenaikan sekuensial yang harus dipenuhi mulai dari tingkatan terendah sampai tertinggi.

Berikut adalah contoh pelaksanaan audit pada proses TI DS5 “memastikan keamanan system”

Keterangan :

Keterangan Isian :

STS         = Sangat Tidak Sepakat

SS           = Sepakat Sedikit

SST         = Sepakat sebagian besar

S              = Sepakat

DS5 Menjamin keamanan system

Yang perlu diingat :

  1. Setiap proses pada tingkat kedewasaan, harus dihitung tingkat kepatutannya
  2. Menghitung tingkat kepatutan adalah jumlah bobot dari setiap soal pada leve proses dibagi jumlah soal pada kriteria untuk setiap level proses
  3. Sealnjutnya model pelaporan ikuti seperti contoh yang dilampirkan untuk audit pada ds5

 

    Apakah sepakat ?
0 Pertanyaan STS SS SST S NILAI
Level Kriteria 0 0.33 0.66 1  
0

Non Existent

  1. Organisasi tidak mengenali kebutuhan keamanan TI.
  2. Akuntabilitas dan tanggungjawab untuk menjamin keamanan belum dibagi-bagi.
  3. Pengukuran dukungan pengelolaan keamanan TI tidak diimplementasikan.
  4. Tidak ada laporan keamanan TI dan tidak ada proses untuk merespon keamanan TI.
  5. Ada kekurangan dalam mengenali proses administrasi keamanan sistem.
  X

 

 

 

X

 

x

 

 

X

 

 

 

 

 

x

 

  0.33

 

0.66

 

0.33

 

0.33

 

0.66

    Tingkat Kepatutan 0,46
   

 

   
    Apakah sepakat ?
1 Pertanyaan TSS ST DTT S NILAI
Level Kriteria 0 0.33 0.66 1  
1

Initial/Ad-hoc

  1. Organisasi mengenali kebutuhan untuk keamanan TI.
  2. Kesadaran mengenai kebutuhan keamanan TI bersifat individual.
  3. Keamanan sistem dilakukan secara reaktif.
  4. Keamanan sistem tidak diukur.
  5. Apabila ada pelanggaran keamanan TI akan terjadi saling tunjuk, karena tanggungjawabnya yang tidak jelas.
  6. Respon pada keamanan dan pelanggaran TI tidak dapat diprediksi.
         
    Tingkat Kepatutan 0.20
             
    Apakah sepakat ?
2 Pertanyaan TSS ST DTT S NILAI
Level Kriteria 0 0.33 0.66 1  
             
2

Repeatable but intuitive

  1. Tanggungjawab dan akuntabilitas untuk keamanan TI diberikan pada koordinator keamanan TI, walaupun hak dan wewenang dari manajemen koordinator terbatas.
  2. Kesadaran akan kebutuhan keamanan dibagi-bagi dan terbatas.
  3. Walaupun informasi yang relevan mengenai keamanan dihasilkan oleh sistem, tetapi tidak dianalisa.
  4. Layanan dari pihak ketiga tidak mengatur keamanan spesifik yang diperlukan organisasi.
  5. Kebijakan keamanan telah dilakukan, tetapi kemampuan dan peralatan masih terbatas.
  6. Laporan keamanan TI tidak lengkap.
  7. Disediakan pelatihan mengenai keamanan tetapi inisiatifnya berasal dari individu.
  8. Keamanan TI dilihat sebagai tanggungjawab dari domain TI dan bisnis dan tidak melihatnya sebagai hal yang dominan.
         
    Tingkat Kepatutan 0.40

 

 

    Apakah sepakat ?
3 Pertanyaan TSS ST DTT S NILAI
Level Kriteria 0 0.33 0.66 1  
3

Define process

  1. Ada kesadaran keamanan yang dilakukan oleh manajemen.
  2. Prosedur keamanan TI didefinisikan dan disesuaikan dengan kebijakan keamanan TI.
  3. Tanggungjawab untuk keamanan TI dilakukan dan dipahami, tetapi belum ditegakkan secara konsisten.
  4. Ada perencanaan keamanan TI dan solusinya dianalisa dengan faktor resiko.
  5. Laporan keamanan tidak berisi fokus bisnis yang jelas.
  6. Testing keamanan dilakukan secara ad hoc (untuk tujuan tertentu) misal pengujian gangguan/intrusion.
  7. Pelatihan keamanan disediakan untuk TI dan bisnis tetapi belum diatur dan dijadwalkan secara formal.

 

         
    Tingkat Kepatutan 0.3
             
    Apakah sepakat ?
4 Pertanyaan TSS ST DTT S NILAI
Level Kriteria 0 0.33 0.66 1  
4

Manage and measureable

  1. Tanggungjawab untuk keamanan TI telah diatur, dilakukan, dan ditegakkan.
  2. Resiko keamanan TI dan pengaruhnya telah dianalisa dan dilakukan secara konsisten.
  3. Kebijakan keamanan dan pelatihan dilengkapi dengan dasar keamanan yang spesifik.
  4. Metode yang digunakan dalam memperkenalkan kesadaran keamanan bersifat perintah.
  5. Identifikasi user, bukti otentik, dan otorisasi telah distandarisasi.
  6. Sertifikasi keamanan telah diberikan pada staff yang bertanggungjawab untuk mengaudit dan mengatur keamanan.
  7. Testing keamanan dilakukan sesuai standar dan proses formal untuk meningkatkan tingkat keamanan.
  8. Proses keamanan TI dikoordinasikan dengan seluruh fungsi keamanan organisasi.
  9. Laporan keamanan TI disesuaikan dengan sasaran bisnis.
  10. Pelatihan keamanan TI dilakukan untuk bisnis dan TI.
  11. Pelatihan keamanan TI direncanakan dan diatur untuk merespons kebutuhan bisnis dan menjelaskan resiko keamanan.
  12. KGI dan KPI untuk pengaturan keamanan telah didefinisikan tetapi belum diukur.
         
    Tingkat Kepatutan 0.5

 

 

    Apakah sepakat ?
5 Pertanyaan TSS ST DTT S NILAI
Level Kriteria 0 0.33 0.66 1  
5

Optimised

  1. Keamanan TI merupakan gabungan tanggungjawab bisnis dan manajemen TI diintegrasikan dengan sasaran bisnis.
  2. Kebutuhan keamanan TI telah didefinisikan, dan disertakan dalam perencanaan keamanan yang telah disetujui.
  3. User dan customer ditingkatkan akuntabilitasnya dalam mendefinisikan kebutuhan keamanan, dan fungsi keamanan diintegrasikan dengan aplikasi pada tahap desain.
  4. Insiden keamanan disesuaikan dengan prosedur formal yang didukung oleh tools otomatis.
  5. Penugasan keamanan secara periodik telah dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas implementasi perencanaan keamanan.
  6. Informasi mengenai ancaman dan gangguan dikumpulkan dan dianalisa secara sistematis.
  7. Kontrol yang memadai untuk mengurangi resiko dikomunikasikan dan dilakukan.
  8. Testing keamanan, akar penyebab permasalahan dianalisa dan diidentifikasi yang digunakan untuk peningkatan proses keamanan.
  9. Proses keamanan dan teknologi disesuaikan dengan perluasan organisasi.
  10. KGI dan KPI untuk pengaturan keamanan dikumpulkan dan dikomunikasikan.
  11. Manajemen menggunakan KGI dan KPI untuk menyesuaikan perencanaan keamanan dalam proses peningkatan yang berkelanjutan.
         
    Tingkat Kepatutan 0.3

 

Menghitung tingkat kedewasaan adalah :

Merupakan hasil bagi antara total nilai kriteria dibagi dengan  jumlah petanyaan

DS5
LEVEL KEDEWASAAN TINGKAT KEPATUTAN KONTRIBUSI TIAP LEVEL NILAI
0 0.3 0 0
1 0.2 0.3 0.06
2 0.4 0.7 0.28
3 0.3 1.0 0.3
4 0.5 1.3 0.65
5 0.3 1.7 0.51
Tingkat kedewasaan Proses TI = 1.8

 

 

Penjelasan penulisan berikutnya adalah membuat laporan hasil audit

FORMAT DALAM PEMBUATAN LAPORAN

  1. Latar belakang pelaksanaan audit
  2. Tim Auditor
  3. Temuan –temuan

 

No Fakta/Temuan Potensial Resiko Rekomendasi
       
       
       

 

  1. Penjelasan temuan-temuan
  2. Pelaksanaan audit dengan menggunakan check list
  3. Grafik Radar
  4. Kesimpulan



JANGAN SALAH MENGAMBIL KEPUTUSAN (Lanjutan)

 

Pada blog sebelumnya telah dijelaskan dan dicontohkan pelunasan sebagian jika alternatif 1 yang dipilih, yaitu jika Henny memilih angsuran dengan skema jumlah angsuran lebih kecil dan jangka waktu tetap.

Pada blog kali ini saya memberikan contoh jika skema 2 yang dipilih, yaitu jika Henny menginginkan jumlah angsuran tetap dan jangka waktu lebih pendek, maka skedul amortisasi pinjaman adalah sebagai berikut,

henny-pinjaman

Kesimpulan: Dengan contoh kasus ini para mahasiswa dapat menentukan keputusan mana yang harus dipilih yang tentunya disesuaikan dengan kemampuan finansial yang ada.

Sebagai catatan pada skedul tersebut angsuran hanya diberikan contoh hanya sampai pada angsuran ketiga. Untuk angsuran selanjutnya dapat diteruskan sendiri sebagai latihan.

Semoga contoh yang singkat ini bermanfaat dan dapat dijadikan contoh pada kehidupan nyata.




OBLIGASI PILIHAN INVESTASI

 

 

Pasar modal merupakan tempat bertemunya pemilik modal (investor) dan peminjam modal. Metode dalam pasar modal digandrungi banyak investor akhir-akhir ini karena biaya yang dikeluarkan lebih rendah dari pada sistem perbankan, Karena dapat menghilangkan spread atau selisih antara tingkat bunga pinjaman yang dipinjam oleh perusahaan (emiten) dengan tingkat bunga simpanan investor. Bagi investor, pasar modal dapat memberikan alternativ investasi yang lebih variatif. Sedangkan untuk emiten, pasar modal dapat memberikan sumber pendanaan lain untuk menjalankan operasional perusahaan maupun ekspansi perusahaan. Modal yang diperjualbelikan di pasar modal terbagi menjadi dua bagian, yaitu debt capital (obligasi) dan equity capital (saham)

Obligasi merupakan salah satu sumber pendanaan (financing) bagi Pemerintah dan Perusahaan, yang dapat diperoleh dari pasar modal. Secara sederhana, obligasi merupakan suatu surat berharga yang dikeluarkan oleh penerbit (issuer) kepada investor (bondholder), dimana penerbit akan memberikan suatu imbal hasil (return) berupa kupon yang dibayarkan secara berkala dan nilai pokok (principal) ketika obligasi tersebut mengalami jatuh tempo. Menurut Brigham et al 1999) dalam NI made (2012) Obligasi sering dipandang sebagai investasi yang relatif aman, tetapi tidak tertutup kemungkinan investor mengalami kerugian baik yang berasal dari faktor diluar kinerja perusahaan maupun faktor internal perusahaan, misalnya risiko dana jatuh tempo tidak terbayar tepat waktu.

Pasar obligasi di Indonesia akhir-akhir ini, yang digambarkan oleh besarnya jumlah emiten yang menerbitkan obligasinya dan listed di PT. Pefindo. Dari beberapa sektor usaha di Indonesia, sektor perbankan dan finance yang mendominasi pasar obligasi

Menurut Margaretha (2009) “Seorang pemilik modal yang berniat membeli obligasi, seharusnya sudah memperhatikan tingkagt obligasi tersebut, karena peringkat obligasi memberikan informasi dan memberikan sinyal tentang profitabilitas kegagalan utang suatu perusahaan. Informasi  peringkat obligasi ini bertujuan untuk menilai kualitas kredit dan kinerja perusahaan penerbit. Peringkat ini sangat penting karena dapat dimanfaatkan untuk memutuskan apakah obligasi tersebut layak untuk dijadikan investasi dan mengetahui tingkat resikonya.”

Peringkat obligasi merupakan skala resiko dari semua obligasi yang diperdagangkan. Untuk melakukan investasi pada obligasi, selain diperlukan dana yang cukup, pemilik modal juga memerlukan pengetahuan yang cukup tentang obligasi serta diikuti dengan naluri bisnis yang baik untuk bisa menganalisis dan memperkirakan factor-faktor yang bias mempengaruhi investasi pada obligasi.

Seorang investor yang akan membeli obligasi hendaknya tetap memperhatikan default risk, yaitu peluang dimana emiten akan mengalami kondisi tidak mampu memenuhi kewajiban keuangannya (gagal bayar). Menurut Manurung dkk. Obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah, biasanya mendapatkan peringkat obligasi investment grade (level A), dikarenakan pemerintah dianggap akan mampu untuk melunasi kupon dan pokok hutang saat obligasi jatuh tempo. Namun obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan (corporate bonds), terdapat default risk, yang bergantung pada kesehatan keuangan perusahaan emiten. Untuk menghindari risiko tersebut, investor harus memperhatikan beberapa hal, salah satunya adalah peringkat obligasi perusahaan emiten.

Faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi menurut Bringham dan Houston:2009 adalah sebagai berikut:

  1. Berbagai macam rasio-rasio keuangan, termasuk debt ratio, current ratio, profitability dan fixed charge coverage ratio. Semakin baik rasio-rasio keuangan tersebut semakin tinggi rating tersebut.
  2. Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan (mortage provision). Apabila obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka ratingpun akan membaik.
  3. Kedudukan obligasi dengan jenis utang lain. Apabila kedudukan obligasi lebih rendah dari utang lainnya maka rating akan ditetapkan satu tingkat lebih rendah dari yang seharusnya.
  4. Penjamin. Emiten obligasi yang lemah namun dijamin oleh perusahaan yang kuat maka emiten diberi rating yang kuat.
  5. Adanya singking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok pinjaman sedikit demi sedikit setiap tahun).
  6. Umur obligasi. Cateris Paribus, obligasi dengan umur yang lebih pendek mempunyai risiko yang lebih kecil.
  7. Stabilitas laba dan penjualan emiten.
  8. Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten.
  9. Faktor-faktor lingkungan dan tanggungjawab produk.
  10. Kebijakan akuntansi. Penerapan kebijakan akuntansi yang konservatif mengindikasikan laporan keuangan yang lebih berkualitas.

PT Pemeringkat Efek Indonesia, PT Fitch Rating Indonesia dan PT Moody’s Indonesia merupakan 3 perusahaan rating di Indonesia. Pada saat ini perusahaan rating yang lebih dominan yaitu PT. Pefindo karena sering menerbitkan ratingnya ke publik, dan PT. Pefindo juga melakukan kerjasama dengan perusahaan rating luar negri yaitu Standard and Poor. Ada dua tahap yang biasanya dilakukan dalam proses rating, yaitu (1) melakukan review internal terhadap perusahaan yang mengeluarkan instrument utang. (2) Hasil dari review internal tersebut akan direkomendasikan kepada komite rating yang akan menentukan ratong perusahaan tersebut.

 

Obligasi

Pasar modal merupakan tempat bertemunya pemilik modal (investor) dan peminjam modal. Metode dalam pasar modal digandrungi banyak investor akhir-akhir ini karena biaya yang dikeluarkan lebih rendah dari pada sistem perbankan, Karena dapat menghilangkan spread atau selisih antara tingkat bunga pinjaman yang dipinjam oleh perusahaan (emiten) dengan tingkat bunga simpanan investor. Bagi investor, pasar modal dapat memberikan alternativ investasi yang lebih variatif. Sedangkan untuk emiten, pasar modal dapat memberikan sumber pendanaan lain untuk menjalankan operasional perusahaan maupun ekspansi perusahaan. Modal yang diperjualbelikan di pasar modal terbagi menjadi dua bagian, yaitu debt capital (obligasi) dan equity capital (saham)

Obligasi menurut www.idx.co.id  adalah

“ surat utang jangka menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut. Obligasi merupakan salah satu sumber pendanaan (financing) bagi Pemerintah dan Perusahaan, yang dapat diperoleh dari pasar modal. Secara sederhana, obligasi merupakan suatu surat berharga yang dikeluarkan oleh penerbit (issuer) kepada investor (bondholder), dimana penerbit akan memberikan suatu imbal hasil (return) berupa kupon yang dibayarkan secara berkala dan nilai pokok (principal) ketika obligasi tersebut mengalami jatuh tempo.

Sedangkan menurut Yuswar dan Virna (2012:68)

“Obligasi merupakan utang tetapi dalam bentuk sekuriti. “penerbit” obligasi adalah merupakan si peminjam atau debitur, sedangkan “pemegang” obligasi adalah merupakan pembeli pinjaman atau kreditur dan “kupon” obligasi adalah bunga pinjaman yang harus dibayar oleh debitur kepada kreditur. Dengan penerbitan obligasi ini maka dimungkinkan bagi penerbit obligasi guna memperoleh pembiayaan investasi jangka panjangnya dengan sumber dana dari luar perusahaan.”

Peringkat Obligasi

Menurut Brealey dkk (2009:148) Peringkat obligasi adalah kemampuan sebagian besar obligasi perusahaan dalam membayarkan hutang dan bunganya pada saat jatuh tempo.  Peringkat obligasi adalah opini tentang kelayakan kredit dari penerbit obligasi berdasarkan faktor-faktor risiko yang relevan. Peringkat yang diberikan merupakan sebuah rekomendasi untuk mebeli, menjual, atau mempertahankan suatu obligasi. Opini ini berfokus pada kapasitas dan kemauan penerbit obligasi untuk memenuhi kewajibannya secara tepat waktu. Opini yang diberikan juga tidak spesifik menunjukan suatu obligasi tetapi untuk perusahaan penerbit obligasi tersebut. Peringkat obligasi tersebut memberikan analisis tentang kelayakan kredit perusahaan sehingga dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan finansialdan komersial, seperti negosiasi leasing jangka panjang atau meminimalisasi letter of credit untuk vendor. Selain itu, perusahaan dapat memilih untuk menerbitkan peringkat yang didapatkan pada public atau merahasiakannya.

Sebelum melakukan penjualan obligasi, kebanyakan korporasi akan meminta lembaga pemeringkat untuk memberikan peringkat. Dalam proses pemeringkatan ini, hal yang paling penting adalah pertemuan dengan manajemen korporat. Pertemuan ini dimaksudkan untuk melakukan review yang detail terhadap rencana operasional dari finansial perusahaan, kebijakan manajemen, dan factor-faktor kredit lain yang dapat memengaruhi peringkat. CFO dan CEO perusahaan biasanya mewakili manajemen dalam pertemuan yang dijadwalkan beberapa kali ini. Pada umumnya, lembaga pemeringkat akan menerima laporan keuangan yang sudah diaudit, laporan keuangan interim, deskripsi tentang kegiatan operasi dan produk perusahaan, dan draft pernyataan registrasi.

Peringkat obligasi akan memengaruhi tingkat pengembalian obligasi yang diharapkan oleh investor,, semakin buruk peringkat suatu obligasi, maka akan semakin tinggi pula tingkat pengembalian hasil yang akan dituntut investor atau suatu obligasi. Obligasi berperingkat rendah akan menyediakan tingkat kupon yang sangat tinggi. Sebaliknya obligasi dengtan peringkat tinggi menandakan bahwa kualitas obligasi tersebut bagus sehingga dapat memberikan tingkat kupon yang rendah.




SISTEM MONITORING DAN EVALUASI ( MONEV SYSTEM )

monev

Kegiatan  monitoring lebih  terfokus pada kegiatan yang akan dilaksanakan. Monitoring dilakukan dengan cara menggali untuk mendapatkan informasi secara regular berdasarkan indikator tertentu, dengan maksud mengetahui apakah kegiatan yang sedang berlangsung sesuai dengan perencanaan dan prosedur yang telah disepakati. Indikator monitoring mencakup esensi aktivitas dan target yang ditetapkan pada perencanaan program. Apabila monitoring dilakukan dengan baik akan bermanfaat dalam memastikan pelaksanaan kegiatan tetap pada jalurnya (sesuai pedoman dan perencanaan program). Juga memberikan informasi kepada pengelola program apabila terjadi hambatan dan penyimpangan, serta sebagai masukan dalam melakukan evaluasi.

Secara prinsip, monitoring dilakukan sementara kegiatan sedang berlangsung guna memastikan  kesesuaian proses dan capaian sesuai rencana, tercapai atau tidak. Bila ditemukan penyimpangan atau kelambanan maka segera dibenahi sehingga kegiatan dapat berjalan sesuai rencana dan targetnya. Jadi, hasil monitoring menjadi input bagi kepentingan proses selanjutnya. Sementara Evaluasi dilakukan pada akhir kegiatan, untuk mengetahui hasil atau capaian akhir dari kegiatan atau program.  Hasil Evaluasi bermanfaat bagi rencana pelaksanaan program yang sama diwaktu dan tempat lainnya.

 

Seperti terlihat pada gambar Siklus Manajamen Monev, fungsi Monitoring (dan evaluasi) mnerupakan satu diantara tiga komponen penting lainnya dalam system manajelemen program, yaitu Perencanaan, Pelaksanaan dan Tindakan korektif (melalui umpan balik).  Sebagai siklus, dia berlangsung secara intens keaarah pencapaian target-target antara dan akhirnya tujuan program.

FUNGSI MONITORING DAN EVALUASI

Menurut Dunn (1981), monitoring mempunya empat fungsi, yaitu:

  1. Ketaatan (compliance). Monitoring menentukan apakah tindakan administrator, staf, dan semua yang terlibat mengikuti standar dan prosedur yang telah ditetapkan.
  2. Pemeriksaan (auditing). Monitoring menetapkan apakah sumber dan layanan yang diperuntukkan bagi pihak tertentu (target) telah mencapai mereka.
  3. Laporan (accounting). Monitoring menghasilkan informasi yang membantu “menghitung” hasil perubahan sosial dan masyarakat sebagai akibat implementasi kebijaksanaan sesudah periode waktu tertentu.
  4. Penjelasan (explanation). Monitoring menghasilkan informasi yang membantu menjelaskan bagaimana akibat kebijaksanaan dan mengapa antara perencanaan dan pelaksanaannya tidak cocok

 

Penilaian (Evaluasi) merupakan tahapan yang berkaitan erat dengan kegiatan monitoring, karena kegiatan evaluasi dapat menggunakan data yang disediakan melalui kegiatan monitoring. Dalam merencanakan suatu kegiatan hendaknya evaluasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan, sehingga dapat dikatakan sebagai kegiatan yang lengkap. Evaluasi diarahkan untuk mengendalikan dan mengontrol ketercapaian tujuan. Evaluasi berhubungan dengan hasil informasi tentang nilai serta memberikan gambaran tentang manfaat suatu kebijakan. Istilah evaluasi ini berdekatan dengan penafsiran, pemberian angka dan penilaian. Evaluasi dapat menjawab pertanyaan “Apa pebedaan yang dibuat” (William N Dunn : 2000).

Evaluasi bertujuan untuk mengetahui apakah program itu mencapai sasaran yang diharapkan atau tidak. Evaluasi lebih menekankan pada aspek hasil yang dicapai (output). Evaluasi baru bisa dilakukan jika program itu telah berjalan setidaknya dalam suatu periode (tahapan), sesuai dengan tahapan rancangan dan jenis program yang dibuat dalam perencanaan dan dilaksanakan.

Jakarta, 12 Oktober 2016

 

Ir.Mercurius Broto Legowo, M.Kom