User Interface, Pentingkah?

Seringkali pengguna/user bingung saat ingin mencari suatu informasi suatu halaman website. Kebingungan itu bisa saja dikarenakan konteks, konten, komunikasi atau hal lain pada halaman website tidak sesuai dengan kaidah perancangan suatu user interface.

User interface/antar muka/tampilan tidak cukup hanya berpenampilan ‘bagus’ tetapi harus dapat mendukung tugas yang dilakukan manusia dan dibuat menghindari kesalahan-kesalahan kecil. User interface lebih dari apa yang manusia dapat lihat, sentuh atau dengar, mencakup konsep, kebutuhan user untuk mengetahui sistem komputer, dan harus dibuat terintegrasi ke seluruh sistem. Sistem yang dibangun haruslah interaktif karena memungkinkan user mencapai suatu tujuan tertentu dalam suatu domain aplikasi. Sistem interaktif harus dapat didayagunakan (usability) untuk meningkatkan keberhasilan suatu sistem aplikasi.

Saat ini yang sedang tren adalah website ecommerce, betapa mengecewakannya apabila ingin melakukan transaksi ternyata website tersebut tersebut tidak dapat memfasilitasi atau mendayagunakan website tersebut secara maksimal. Untuk itulah saat perancangan user interface, seorang desainer harus sungguh-sungguh memperhatikan elemen-elemen yang harus ada pada suatu website.




Sudahkah Kota di Indonesia Cerdas?

Penggunaan teknologi informasi (ICT) dapat memudahkan aktifitas masyarakat saat ini. Setiap negara termasuk Indonesia saat ini, memanfaatkan ICT untuk mewujudkan kota cerdas atau lebih dikenal dengan smart city. Terdapat enam indikator yang perlu diperhatikan dalam mewujudkan kota cerdas yaitu smart governance, smart people, smart living, smart mobility, smart economy, dan smart environment. Enam indikator ini haruslah menjadi satu kesatuan yang solid.

Seringkali kita menyalah-artikan bahwa kota cerdas identik dengan teknologi yang dasyat dan banyaknya aplikasi yang dapat dibangun untuk membantu suatu kota sehingga banyak kota berkompetisi membangun aplikasi. Kenyataannya, kematangan teknologi kota-kota di Indonesia saat ini masih dalam konteks mengintegrasikan.

Teknologi dapat digunakan untuk memudahkan pemerintah daerah supaya dapat merespon laporan masyarakat lebih cepat. Teknologi digunakan untuk memprediksi kejadian seperti banjir, melakukan analisa, kemudian menemukan solusi. Pemanfaatan teknologi tak lepas dari tata kelola dan pelaksanaannya. Sebutan smart city dapat disematkan pada suatu kota apabila kota tersebut bisa dengan cepat merespons masalah yang terjadi atau yang dilaporkan masyarakat.

Parameter keberhasilan suatu kota dikatakan sebagai kota cerdas memiliki nilai 80-100, meskipun telah banyak kota yang menerapkan smart city di Indonesia namun nilainya masih berada di angka 40-60, termasuk Jakarta. Mengapa nilai tersebut masih rendah? Hal ini tak lepas dari masyarakatnya sendiri. Tak sedikit masyarakat yang antusias memanfaatkan kelebihan yang dimiliki smart city, misalnya dengan sering melakukan pelaporan. Namun tak sedikit juga masyarakat yang masih saja jadi penyebab munculnya laporan tersebut, misalnya membuang sampah di tempat yang tidak seharusnya. Sukses tidaknya suatu kota menjadi kota cerdas dapat diwujudkan apabila pemerintah daerah berkolaborasi dengan masyarakat, saling bahu membahu. Pola pikir masyarakat harus diedukasi dan pemerintah daerah harus sigap merespon dan bertindak terhadap laporan yang masuk.

Sumber :

  • http://blog.smartcityid.com
  • https://inet.detik.com



Belajar Dasar Pemrograman dengan Code.org

Belajar dasar pemrograman saat ini sangat mudah karena sudah banyak aplikasi yang dapat membantu. Salah satunya adalah Code.org, dengan menggunakan code.org kita bisa belajar membuat program dengan block atau script mulai dari level beginner secara bertahap per grade. Banyak topik yang bisa kita pilih diantaranya science, math, social studies, language arts, atau computer science only.

screen-shot-2016-11-30-at-20-07-08

Untuk menggunakannya kita dapat masuk ke alamat www.code.org, akan terlihat tampilan seperti gambar di atas.

Selanjutnya kita pillih learn dan hour of code untuk belajar dasar pemrograman dengan menggunakan block.

screen-shot-2016-11-30-at-20-08-01

Banyak pilihan yang bisa kita coba mulai dari level terendah.

screen-shot-2016-11-30-at-20-08-38

Setelah memilih topics yang akan kita pelajari lalu klik Start untuk mulai belajar.

screen-shot-2016-11-30-at-20-09-45

Kita sudah dapat mulai belajar dasar pemrograman dengan sangat mudah.

Silahkan mencoba,

 

Happy Coding …

 




Membuat Aplikasi Radio Streaming berbasis Android dengan AppInventor

Hello World …

Kali ini kita belajar untuk membuat aplikasi “Radio Streaming” berbasis android dengan menggunakan AppInventor.

Mari kita mulai,

Ketik ai2.appinventor.mit.edu di browser untuk membuka aplikasi app inventor.
Klik “Create” button pada App Inventor website.
Log in to App Inventor dengan gmail (atau google) user name dan password.
Klik “Continue” untuk menutup splash screen.
Start new project.
Beri nama project dengan “Radio Streaming”.
Sekarang kita berada pada layar Designer.

Buat tampilan seperti di bawah ini pada layar Designer :

screen-shot-2016-11-30-at-20-44-03

Buat Code Blocks:

screen-shot-2016-11-30-at-20-44-16 screen-shot-2016-11-30-at-20-45-06

Jika sudah selesai, connect dengan menggunakan AI Companion, Emulator atau USB untuk melihat hasil output aplikasi yang telah kita buat.

Jika sudah selesai dan tidak ada error klik build aplikasi untuk install file apk ke device smartphone atau tablet android.

Aplikasi Radio Streaming sudah terinstall dan dapat digunakan di smartphone atau tablet kita.

 

screen-shot-2016-11-30-at-20-42-21screen-shot-2016-11-30-at-20-42-55screen-shot-2016-11-30-at-20-43-29

 

Happy Coding ..




MENGAPA ORANG SUKA PRODUK IMITASI

Kebutuhan masyarakat Indonesia saat ini akan tata busana atau fashion sangatlah tinggi. Barang-barang mahal dan bermerek terkenal saat ini menjadi suatu keharusan untuk menambah penampilan secara individu yang menjadikan pencitraan diri dalam pergaulan di masyarakat. Barang imitasi  sering dikatakan barang KW adalah barang tiruan yang sering diburu oleh konsumen dengan yang mempunyai daya beli sesuai kantong ekonominya. Barang imitasi bermerek bukan merupakan barang yang dipakai mengurangi penampilan, bahkan orang akan semakin percaya diri karena mempunyai keyakinan hanya sedikit atau orang-orang tertentu saja yang menggunakan barang asli dengan harga yang mahal. Tidak sedikit pula orang yang berduit pun tertarik barang tiruan karena pertimbangan fashion saja dan karena tampilan produk yang mengundang keinginan untuk membeli ternyata produk imitasi juga mempunyai tingkatan kualitas yang dibuktikan dengan tingkatan harga pula.

Barang imitasi juga laku dipasaran karena alasan sbb:

  1. Barang tidak kalah  jauh dari kualitas  produk yang asli
  2. Harga terjangkau karena pertimbangan kebutuhan
  3. Mudah untuk menemukan barang tiruan
  4. Produsen, pemasar  maupun konsumen tidak pernah dipermasalahkan dengan hukum
  5. Konsumen masih mempunyai derajat dengan memilih tingkat KW sampai yang memiliki kualitas mirip dengan aslinya adalah KW super
  6. Gaya hidup dan perilaku konsumen  dengan pertimbangan barang-barang pakai karena trend.

Pada umumnya yang menggunakan barang tiruan justru orang yang tau membedakan mana barang asli dan mana yang bukan asli, sebetulnya mereka sadar membeli barang tiruan tersebut. Kalau kita bandingkan dengan orang yang tidak tau mana barang asli dan tiruan , mereka membeli berdasarkan kemampuan beli yang rendah dengan niat membeli barang yang murah. Contoh : beberapa nama produk tiruan

sepatu mike! [image source]adidas palsu [image source]https://i1.wp.com/www.boombastis.com/wp-content/uploads/2015/08/8.-restoran-khusus-kopi.jpg?w=605pizza huh [image source]Nokla [image source]




SDM berkarakter syariah

Ada tiga dimensi didalam islam yaitu aqidah, syariah dan akhlak. Ketiga dimensi ini tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya bagi seorang muslim agar dapat dikatakan sebagai muslim yang “Kaffah”. Inspirasi dari ketiga dimensi tersebut berasal dari Firman Allah didalam QS 14:24 yang menunjukkan bahwa aqidah dapat diisyaratkan sebagai akar sebuah pohon yang menghujam jauh kedalam bumi sehingga bangunan pohon akan kuat tegak berdiri, sedangkan batang pohon yang menjulang tinggi kelangit adalah syariah serta daun dan buah dari pohon yang begitu lebat adalah akhlak yang mulia.

Berangkat dari pemikiran tersebut maka jika bicara mengenai kriteria SDM (sumber daya manusia) didalam islam maka itu berarti menggambarkan kriteria manusia yang kaffah dan diibaratkan seperti sebuah pohon yang kokoh sebagaimana digambarkan diatas.

Persoalan SDM ini penting dikedepankan mengingat pertumbuhan bisnis syariah yang cukup pesat dan melebar dengan berbagai aspek bisnis sehingga sangat wajar jika kebutuhan akan jumlah tenaga kerja dalam bisnis syariah-pun terus meningkat, namun disadari bahwa kebutuhan akan tenaga kerja yang ‘Kaffah” tentu tidak mudah dapat terpenuhi sebagaimana percepatan pertumbuhan bisnis syariah.

Hal ini menjadi persoalan bagi pemangku kepentingan yang bergerak dalam bisnis syariah karena disadari bahwa sumber daya manusia yang ada belum tentu kaffah, apalagi SDM yang selama ini bergerak dalam bidang bisnis syariah banyak yang berasal dari SDM yang beraktivitas dalam bisnis non syariah dan kemudian “dibajak” untuk hijrah ke bisnis syariah hanya untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja. Persoalan tentang pengetahuan/ketrampilan dalam pekerjaan tentu akan sangat mudah dipelajari misalnya dalam bentuk mengikuti berbagai pelatihan, namun melahirkan seorang pekerja yang kaffah tentu tidaklah mudah.

Oleh karena itu, perlu penekanan dalam aspek tertentu untuk melahirkan pekerja yang memiliki ruh islam kaffah (jika belum mampu kaffah), untuk itulah diperlukan perioritas pembangunan karakter islami (menurut istilah Riawan Amin adalah berkarakter yang berkepribadian syariah).

Jika pembentukan karakter dilakukan dengan melakukan penekanan tertentu terlebih dahulu maka pilihannya adalah yang diutamakan dan didahulukan selayaknya penekanan dan penguatan dalam bidang aqidah yaitu untuk memperkuat Aqidah. Kenapa aqidah? Sebagaimana diuraikan diatas bahwa aqidah diibaratkan seperti akar pohon yang mestinya terhujam jauh kedalam bumi. Semakin kuat dan mengakar aqidahnya maka seorang pekerja akan semakin mudah batangnya (syariahnya) menjulang kelangit dan semakin besar kemungkinannya akhlaknya mulia dan memberi manfaat bagi semesta.

Bicara aqidah maka hal tersebut adalah persoalan tauhid (baik tauhid rububiyah/meyakini bahwa Allah adalah sang pencipta, tauhid uluhiyah/meyakini bahwa hanya Allah yang patut disembah dan asma wa sifat), kekuatan dalam masalah aqidah ini akan melahirkan misalnya rasa takut berbuat curang, rasa takut untuk berbuat dzolim terhadap apapun, rasa selalu diawasi oleh Allah dan lain-lain karakter yang positif dan merupakan nilai-nilai mulia yang diakui secara universal). Namun diatas segalanya yang penting adalah, dari aqidah yang lurus akan lahir pribadi-pribadi yang berkarakter mulia dan mencontoh karakter manusia teladan yaitu Nabi Muhammad SAW sebagaimana diisyaratkan didalam Al Quran Surat Ali Imran ayat 31 yang terjemahannya berbunyi : jika engkau mencintai Allah maka ikutilah aku (Muhammad SAW). Wallahu a’lam




Puisi Dalam Rangka Hari Guru (dan Dosen)

Menyambut hari Guru kemarin.. Dosen pun ikut kecipratan mendapat ucapan selamat, walaupun.. Dosen tidak sama dengan Guru (untuk sebutannya) tapi sama-sama bertugas menyampaikan ilmu dan mendidik.

Selain ucapan selamat, saya mendapat dua buah puisi dari teman-teman. Senang dan bahagia rasanya walau hanya sebuah puisi.

Jangan aneh kalau  isi puisi seperti curcol. Karena kalau ada acara dan saya bawa kamera, teman-teman suka jadi objek foto candid saya. Sampai.. ada kalimat: “awas.. ceu nani udah pegang kamera”. Dan langsung pada pasang muka manis. Hahahahaha..

Maafkan ya teman-teman *senyum manis*

Puisi 1

Oooh ceu naniii..
Engkau adalah pahlawan yg kunanti..
Saat aku bersamamu,aku selalu mencari alibi..
Karena engkau suka menjadi paparazi..
Ceu nani,janganlah engkau berhenti..
Karena engkau adalah dosen dan paparazi yg terkini..

Karangan: Didy Caem

 

Puisi 2

Oh ceu nani….
Yg hoby ketawa ketiwi
Kerjamu wara wiri
Tak jelas kesana kemari
Kapankah kau akhiri
Keahlian mu foto sana sini

Karangan: Clara R.

 

Hug & Kiss for you girls




Kontribusi Teoritis

Ada berbagai definisi teori dalam literatur, yang hingga kini belum disepakati. Namun sejauh ini telah diupayakan untuk mendefinisikan teori, yaitu dikaitkan dengan hubungan antar variabel dan ada pula yang mendefinisikannya dalam bentuk narasi dan perkiraan-perkiraan. Kemudian teori juga harus mengandung empat unsur, yaitu identifikasi faktor-faktor, membangun hubungan-hubungan, membuat kerangka teoritis serta dapat digeneralisasi. Disamping itu, kontributi teoritis memberikan perspektif baru yang original (novel) untuk memajukan pengetahuan dan dapat digunakan dalam praktek. Dengan kata lain, mengandung dua unsur yaitu originalitas (novelty) dan kegunaan (utility). (Kachchhap & Mishika, 2015)

Colquitt & Zapata-Phelan (2007) menggambarkan kontribusi teoritis sebagai berikut.

taxonomy-theoretical-contributions

 

Keterangan

Reporter

Studi yang rendah kadar pengembangan teori dan pengujiannya. Ini merupakan replikasi terhadap penelitian terdahulu, dan hipotesisnya pun mengacu pada temuan terdahulu. Biasanya studi semacam ini dilakukan bila terjadi hasil yang berbeda pada penelitian-penelitian terdahulu.

 

Qualifiers

Studi tingkat menengah dalam pengujian maupun pengembangan teori. Argumen digunakan secara mendalam dalam kajian literatur, dan dapat membangun hubungan-hubungan berdasarkan kajian-kajian terdahulu. Studi jenis ini biasanya memperkenalkan cara baru melihat pada temuan-temuan yang ada.

 

Testers

Studi ini  tinggi tingkatannya dalam pengujian teori tapi rendah dalam pengembangan teori. Disini model dan proposisi berdasarkan riset-riset sebelumnya diuji. Penelitian jenis ini biasanya menggunakan pendekatan deduktif dan uji hipotesis diturunkan dari teori-teori yang ada.

 

Builders

Studi ini levelnya tinggi dalam pengembangan teori tapi rendah dalam pengujian teori. Kebanyakan menggunakan pendekatan induktif; disini diperkenalkan konstruk, proses dan hubungan-hubungan baru. Studi ini tidak didasarkan atas riset-riset sebelumnya dan mengekstrapolasi temuan semata-mata berdasarkan data.

 

Expanders

Expanders tinggi tingkatannya baik dalam pengujian maupun pengembangan teori. Umumnya fokus pada pengembangan konstruk, proses dan hubungan-hubungan baru, yang sebelumnya belum dieksplorasi. Teori yang ada dalam hal ini juga diuji.

 

Daftar Pustaka

Colquitt, J. A., & Zapata-Phelan, C. P. (2007). Trends in Theory Building and Theory Testing: a Five-Decade Study of the Academy of Management Journal. Academy of Management Review, 50(6), 1281–1303. http://doi.org/10.5465/AMJ.2007.28165855

Kachchhap, S. L., & Mishika, A. (2015). Theoretical Contributions of Graduate Research : An Investigative Study in the Philippines. International Forum, 18(2), 65–82.

 




Konsekuensi-Konsekuensi Negatif dari Modernisme dan Peralihan ke Posmodernisme: Bagian I

Modernisme dipahami sebagai suatu paham yang meyakini adanya kemajuan yang bersifat linier dan kebenaran yang absolut dan perencanaan yang rasional atas tatanan-tatanan sosial yang ideal, serta standarisasi pengetahuan dan produksi. Kemajuan ilmu pengetahuan  di masa lalu, terutama di dalam ilmu-ilmu alam atau sains tidak dapat dilepaskan dari pengaruh paham ini. Pada gilirannya, banyak kemajuan yang dihasilkan di dalam kehidupan di abad keduapuluh.

Akan tetapi, modernisme mewariskan konsekuensi-konsekuensi  negatif juga. Konsekuensi-konsekuensi ini perlu disadari dan dikritisi agar masyarakat lebih siap menjalani kehidupan yang sejahtera di abad keduapuluhsatu.

Perubahan pola pikir mendasar tentang realitas kehidupan sosial pada akhirnya perlu dikembangkan agar mampu mengatasi keterbatasan-keterbatasan modernisme, bahkan mampu melampaui atau menemukan model baru yang lebih tepat untuk masyarakat masa kini dan masa depan. Ada kalangan yang menganjurkan alternatif pemahaman berupa posmodernisme.

I. Bambang Sugiharto (1996) di dalam bukunya, Posmodernisme: Tantangan Bagi Filsafat mencatat enam bentuk konsekuensi buruk dari modernisme bagi alam dan manusia. Konsekuensi-konsekuensi buruk (Sugiharto, 1996:29-30):

  1. Pandangan dualistik dari modernisme yang membagi seluruh kenyataan menjadi subyek-obyek, spiritual-material, manusia-dunia dan sebagainya telah mengakibatkan pengobyekan, pengurasan, dan perusakan alam.
  2. Pandangannya yang bersifat obyektivistik dan positivistik pada akhirnya menjadikan manusia dan masyarakat sebagai obyek dan dapat direkayasa layaknya mesin.
  3. Pengacuan pada ilmu-ilmu positif-empiris sebagai standar kebenaran tertinggi menyebabkan kemerosotan wibawa–dengan konsekuensi, disorientasi–nilai-nilai moral dan religius.
  4. Ditetapkannya materialisme sebagai kenyataan terdasar (ontologi) mendukung pola hidup yang berorientasi pada kompetisi (dalam pasar bebas) untuk memperebutkan penguasaan hal-hal material, dengan konsekuensinya adalah perilaku dominan individu, bangsa dan perusahaan-perusahaan moderen.
  5. Kecenderungan pada militerisme: Kekuasaan yang menekan dengan ancaman kekerasan, untuk mengatur manusia akibat dilemahkannya norma-norma moral dan religius.
  6. Bangkitnya kembali tribalisme: Mentalitas mengunggulkan suku atau kelompok sendiri; suatu konsekuensi logis dari hukum “survival of the fittest” dan penggunaan kekuasaan koersif.

Konsekuensi-konsekuensi tadi akan dibahas dalam enam tulisan. Setiap tulisan disertai dengan penjelasan-penjelasan yang mendukung adanya kenyataan-kenyataan yang ada di dalam kehidupan masyarakat dan bisnis dewasa ini. Dewasa ini diperlukan pemikiran kritis-kreatif-konstruktif terhadap hal-hal negatif tersebut dan perlu dikembangkan kapabilitas kolektif menuju perubahan paham secara mendasar demi kemajuan kemanusiaan dan peradaban di abad ini.

Pada Bagian I ini akan dibahas konsekuensi buruk yang pertama. Telah dikemukakan bahwa pandangan dualistik dari modernisme yang membagi seluruh kenyataan menjadi subyek-obyek, spiritual-material, manusia-dunia dan sebagainya telah mengakibatkan pengobyekan, pengurasan, dan perusakan alam. Pembahasan akan diperluas sehingga mencakup juga dampak buruk dan strategi untuk mengatasinya dalam konteks tata hubungan di antara bangsa-bangsa maupun di dalam konteks sistem perekonomian.

Pandangan dualistik mencakup pendekatan bipolar dan merupakan opisisi biner. Pandangan ini senantiasa membagi kenyataan-kenyataan hidup dalam dua kutub yang saling berlawanan atau memiliki konflik yang inheren  dengan hasil akhirnya adalah dominasi yang satu terhadap yang lain. Contoh-contoh tentang dualitas biner semacam ini dilakukan juga dalam pola pandang, kebijakan, dan pola perilaku di dalam penataan hubungan-hubungan di antara laki-laki-perempuan; Barat-Timur; majikan-buruh; atasan-bawahan; dunia kerja-urusan keluarga; principal-agent; dan seterusnya.

Di dalam uraian ini akan dikemukakan tiga hubungan yang digagas secara dualistik dengan dampak-dampak buruknya yang aktual atau potensial sangat serius. Kemudian dikemukakan perkembangan atau praktek yang mampu mengatasi dualisme tersebut.

Di dalam konteks hubungan antara manusia dan alam, modernisme tercermin dengan baik melalui antroposentrisme. Manusia adalah subyek dan alam adalah obyek yang sudah sewajarnya dieksploitasi demi kebaikan manusia. Kerusakan alam yang parah karena paham ini telah menunjukkan bencana-bencana yang tak terperikan bagi umat manusia. Utamanya, perubahan iklim dengan dampak-dampak mengerikan bagi umat manusia, seperti banjir bandang yang merenggut nyawa manusia selain menghancurkan hasil-hasil pembangunan fisik. Kekeringan yang panjang berakibat pada krisis pangan-kelaparan-kemiskinan, munculnya aneka penyakit. Bahkan, peperangan-peperangan besar dapat terjadi karena dipicu oleh perebutan sumber-sumber alam yang makin langka. Tidak berhenti di situ saja. Planet bumi yang sedang sakit dapat berakhir pada pergeseran kutub secara total, yang di dalam agama-agama digambarkan sebagai kondisi kiamat.

Paham antroposentrisme kini digantikan dengan paham  deep ecology, biosentrisme dan  ekosentrisme. Paham baru ini mengakui adanya nilai hakiki intrinsik pada alam. Alam pada dirinya sendiri adalah akhir atau tujuan tertinggi. Sikap manusia pada tingkat minimum adalah membiarkan alam apa adanya. Lebih dari itu, alam perlu dirawat dan dikembangkan. Manusia dan alam bukan lagi oposisi biner melainkan sahabat yang saling mengisi dan saling menumbuhkan secara sehat.

Dalam konteks Barat-Timur, hubungan diametral di antara negara-negara yang tergolong di dalam dunia Barat berhadapan dengan Timur pernah terjadi di abad dua puluh. Ketegangan-ketegangan yang terjadi telah menimbulkan korban yang tidak sedikit. Pada penghujung abad keduapuluh, dekolonialisasi dikokohkan sebagai praktik yang harus dilakukan agar diobati luka-luka dalam yang terjadi akibat perseteruan sengit di masa lalu. Perjuangan bangsa-bangsa untuk menemukan suatu harmoni di dalam perbedaan menunjukkan keasadaran tentang berbahayanya konsekuensi buruk dari modernisme dan diperlukannya upaya kolektif untuk menemukan “solusi menang-menang” (“win-win solution)” ketimbang “solusi menang-kalah” yang lazim pada pola pikir modernisme.

Dalam konteks bisnis, modernisme memahami hubungan diametral antara majikan dan pekerja. Di dalam cara pandang modernisme, kita dapat memahami keberadaan kapitalisme di satu sisi dan sosialisme-komunisme di ujung yang lain. Perbudakan di masa lalu mencerminkan modernisme. Kini perusahaan-perusahaan dikembangkan dengan menawarkan kepemilikan saham oleh karyawan melalui Employee Share Ownership Programme (ESOP). Bahkan, koperasi-koperasi bermunculan sebagai bentuk yang mengatasi dikotomi perusahaan-konsumen, karena anggota sekaligus konsumen dan pemilik perusaahaan. Prof. Muhammad Yunus mampu mewujudkan transformasi orang-orang tidak berpunya menjadi pemilik bank melalui Grameen Bank yang kini banyak diadopsi di luar Bangladesh. Dunia mengapresiasinya dengan penganugerahan hadiah Nobel.

Semuanya itu, sekali lagi menunjukkan dampak-dampak buruk yang diakibatkan oleh dan/atau diwairisi dari modernisme di dalam kehidupan kita di abad dua puluh satu ini. Sekaligus dapat ditunjukkan tentang upaya-upaya kreatif yang mendekonstruksi pola pikir modernisme demi memajukan kehidupan umat manusia. Naluri kehidupan senantiasa cenderung pada kesatuan yang utuh dan senantiasa. Oleh karena itu, akan senantiasa ditemukan titik temu yang mampu mengakomodasi perbedaan-perbedaan yang mendasar sekalipun. Diversity management atau kemampuan mengakomodasi paradoks-paradoks merupakan ciri pemikiran alternatif yang mestinya menjadi pegangan di masa kini, yaitu posmodernisme.




Bantuan Menyusun Definisi Operasional Variabel

inn

Bagi peneliti ilmu perilaku (behavioral sciences), perlu bantuan mencari definisi operasional variabel dan item-item yang diperlukan untuk mengukurnya?
Sila kunjungi INN
Inter-Nomological Network (INN) dikembangkan oleh University of Colorado – Human Behavior Project pada Leeds School of Business.

Semoga bermanfaat