Novelti – NoveltiaN — Oleh Edy Sukarno

Novelti – NoveltiaN

Oleh Edy Sukarno

Dewasa ini penelitian digalakkan di kalangan perguruan tinggi dan sangat ditekankan bahwa  setiap penelitian diharapkan menghasilkan hal-hal yang baru.  Dan penelitian tersebut tentu mengacu pada pakem pengetahuan tertentu yang dianggap sudah lazim dikenal, misal akuntansi dan manajemen yang sebetulnya keberadaannya berada pada rumpun ilmu sosial.  Eksistensi  keduanya sebagai ilmu pengetahuan, acapkali dipandang sebagai akumulasi pengetahuan yang sistematis.  Betulkah itu ?  Saya belum tahu jawabannya, yang jelas sekarang ini keduanya dipraktikkan dalam suatu lingkungan organisasi yang hidup dengan segala dinamikanya.

Esensi ilmu pengetahuan yang utama, yakni merupakan suatu metode pendekatan terhadap keseluruhan ranah empiris, yaitu alam nyata yang dapat dikenal orang via pengalamannya.  Dengan begitu, ilmu pengetahuan tidak ditujukan untuk menggapai kebenaran mutlak.  Nah, apakah dengan dalih paradigma semacam itu pada akhirnya riset akuntansi dan manajemen bebas berkreasi untuk menemukan kebaruannya alias novelty ?  Ingatlah, akuntansi dan manajemen orientasinya pasar yang sarat hiruk pikuk oleh para pelaku bisnis yang multi etnis.  Lho apa hubungannya dengan riset ?

Riset akuntansi dan manajemen yang baik tentu yang hasilnya membawa kemaslahatan bagi umat manusia.  Oleh karena itu jika hasil riset-riset yang dilakukan sebatas berguna hanya  bagi  “peneliti berikutnya”, bukan industri atau instansi, maka bisa dikatakan noveltinya hanya novelti-noveltian.  Kalau kita mau maju, kata orang pinter harus berani berinovasi dan berkreasi.  Jadi marilah melakukan terobosan yang radikal, untuk itu penelitian yang dilakukan janganlah kental dengan nuasa replikasi.  Pendekatan kuantitatif dengan statistik yang sangat marak di akuntansi dan manajemen sekarang ini, kesannya hanya  “pinjam sedikit ekonometri” supaya lebih terlihat analistis.  Betulkah itu ? Ah, mungkin saya keliru…

Tapi saya jadi ingat apa yang dikatakan Alex Nobel, “risiko itu penting.  Tidak ada pertumbuhan inspirasi kalau kita hanya tinggal di dalam sesuatu yang aman dan nyaman.  Begitu Anda temukan apa yang paling terampil Anda lakukan, mengapa tidak mencoba sesuatu yang lain?”  Lahirnya Balanced Scorecard di tahun 1990an oleh Kaplan (akuntan) dan Norton (pebisnis) disinyalir tidak bermula dari  menggunakan perhitungan statistik yang pelik nan rumit.  Namun dari asumsi kritis yang masif lantas dimanifestasikan ke dalam rumusan yang sistematis dan operasional.

Akhirnya, ini semua saya cuma bercuap lho…mumpung beropini masih nggak kena pajak.  Saya teringat juga kata Zig Ziglar (motivator handal) yang berujar: “kita semua memiliki dua pemberian yang seharusnya kita gunakan sesering mungkin, yaitu daya khayal dan rasa humor.  Daya khayal memberikan keseimbangan dengan apa yang sebenarnya bukan diri kita, sedangkan rasa humor memberikan penghiburan terhadap realita diri kita yang sejati”.

Salam hangat senantiasa..




Mengatur Fitur Speech-To-Text Whatapps (WA)

Pada tulisan sebelumnya, penulis menyampaikan kegunaan fitur Speech-To-Text (STT) di Whatapps (WA), kali ini penulis akan menyampaikan bagaimana mengatur fitur STT.

Langkah pertama yang harus dilakukan adalah pastika tombol speaker (STT) telah tersedia. Jika belum tersedia, Anda dapat mengaktifkannya dengan cara seperti berikut ini.

  1. Masuk ke setting (gambar 1)
  2. Aktifkan Google Voice Typing Key (gambar 2)
  3. Akan muncul gambar Speaker (gambar 3).
  4. Untuk menggunakan fiturnya, tinggal tekan speaker lalu berbicara (gambar 4)
  5. Jika Anda ingin mengatur penggunaan bahasa, dapat mengaturnya dari setting (bulatan merah, gambar 4)
  6. Akan muncul tampilan seperti ini, pilih Languages (gambar 5)
  7. Pilih bahasa yang ingin digunakan (gambar 6), lalu pilih save

Gambar 1-setting STT

Gambar 2-Mengaktifkan Google Voice Typing Key

Gambar 3-fitur STT telah aktif

Gambar 4-Setting bahasa di STT

Gambar 5-Pengaturan Bahasa

Gambar 6-Pemilihan Bahasa

 

 




Download Video Youtube di Hp dengan SaveFrom

Download Video Youtube di Android dengan SaveFrom

Seperti halnya mendownload video youtube di Komputer di android pun sebenarnya kita juga bisa mendowload video youtube dengan webtools saveFrom.net , namun caranya agak sedikit berbeda karena perangkat yang kita gunakan juga berbeda , untuk jelasnya silahkan perhatikan langkah – langkah  berikut :

1. silahkan buka youtube, kemudian pilih video yang akan di unduh ada di youtube

2. Kemudian Tekan Tombol Berbagi yang ada diatara tombol + dan monitor , nanti akan ada pilihan untuk dibagikan ke sosmed facebook , bbm , google drive dan lain sebagainya , namun anda pilih yang ada bagian kanan sendiri , yaitu klik salin url

3. Setelah itu anda buka browser, saya sarankan pakai google chrome ( karena lebih enak dan loadingnya) namun terserah anda, yang penting buka dulu browser di hp sobat , di bagian Adress Bar silahkan kutip ( salin ) link yang di copy tadi

4. setelah anda kutip link video youtubenya , setelah itu secara otomatis linknya juga berubah ( di tahap ini anda tidak perlu melakukan apa – apa )

5. Pada adress bar perhatikan linknya , ganti link m.youtube.com menjadi ssyoutube.com ( m. dihapus dan diganti ss )

contoh nya :

misal URL video youtube adalah http://m.youtube.com/watch?v=glIJms2ErS0

maka untuk mendownload video tersebut tambahkan ss sebelum kata youtube, kurang lebih nya adalah seperti dibawah ini :

http://ssyoutube.com/watch?v=glIJms2ErS0

 

6. Setelah linknya dirubah kemudian klik enter , tunggu beberapa detik nanti akan muncul halaman seperti ini , dan anda akan di sajikan kualitas video yang disajikan ( MP4 360p , MP4 720p dll ) , dan kini sobat tinggal pilih salah satu link kualitas video yang akan di download

7. Dan yang terakhir sobat tinggal menunggu proses download video youtube selesai di unduh , semakin lama durasi video dan semakin tinggi pixelnya maka akan semakin lama , maka dari itu tentukan dengan baik sebelum mendownload
Selamat mencoba dan semoga bermanfaat.




Download Video Youtube Dengan Mudah

DOWNLOAD VIDEO YOUTUBE DENGAN MUDAH

Sering kali kita membutuhkan video-video yang ada di youtube untuk keperluan presentasi dan sebagainya, berikut ini disampaikan cara mudah men Download file video dari youtube tampa menggunakan software tambahan.

Langkah-langkah nya adalah sebagai berikut :

  1. silahkan masuk ke situs youtube.com
  2. cari dan pilih video youtube yang ingin anda dowload
  3. klik untuk menjalankan video tersebut yang ada pilih
  4. sementara video berjalan, coba perhatikan URL video tersebut pada browser anda
  5. untuk men download video terabut, silahkan anda tambahkan huruf ss sebelum kata youtube pada URL video tersebut

contoh nya :

misal URL video youtube adalah http://youtube.com/watch?v=glIJms2ErS0

maka untuk mendownload video tersebut tambahkan ss sebelum kata youtube, kurang lebih nya adalah seperti dibawah ini :

http://ssyoutube.com/watch?v=glIJms2ErS0

  1. jika sudah ditambahkan huruf ss didepan kata youtube (tanpa spasi), silahkan anda tekan enter, secara otomatis anda akan dibawa ke situs savefrom.net, silahkan tunggu beberapa saat, kemudian akan screenshot tampilah video yang telah anda pilih
  1. untuk mendownload silahkan klik unduh pada kotak berwarna hijau, setelah itu proses download akan berlangsung dan tersimpan otomatis dikomputer anda.

 

Selamat mencoba dan semoga bermanfaat.




Penggunaan Scanner dan Fungsi Math dalam program Java

Pada pertemuan kali ini saya akan memberikan contoh program menghitung keliling segitiga siku-siku.

Input alas dan tinggi melalui keyboard menggunakan kelas Scanner, agar kelas Scanner dapat digunakan maka di awal program harus menyertakan perintah : “import java.util.Scanner”.

Sedangkan untuk mencari akar dalam menghitung sisi miring digunakan fungsi math sqrt(arg).

Contoh program:

import java.util.Scanner;
public class HitungKelilingSegitiga {

public static void main(String[] args) {
double alas, tinggi, sisimiring, keliling;

// Buat objek Scanner
Scanner scan = new Scanner(System.in);

System.out.println(“Menghitung Keliling Segitiga”);

System.out.print(“Alas : “);
alas = scan.nextDouble();

System.out.print(“Tinggi : “);
tinggi = scan.nextDouble();

sisimiring = Math.sqrt(alas*alas + tinggi*tinggi);
keliling = alas + tinggi + sisimiring;

System.out.println(“Sisi Miring = ” + sisimiring);
System.out.println(“Keliling = ” + keliling);

// Tutup object Scanner

scan.close();

}

}

Output yang dihasilkan adalah sebagai berikut:

Menghitung Keliling Segitiga
Alas : 3
Tinggi : 4
Sisi Miring = 5.0
Keliling = 12.0

 

Happy Coding ..

 




Sekilas Bank Umum

Bank Umum
Pengertian, fungsi dan sasaran operasi Bank
Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat banyak.

Fungsi
a. Menyediakan mekanisme dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi;
b. Menciptakan uang;
c. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat;
d. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain.

Usaha bank
a. Menghimpun dana dari masyarakat;
b. Memberikan kredit;
c. Menerbitkan surat pengakuan utang;
d. Membeli, menjual atau menjamin atas risiko sendiri untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya:
1. surat-surat wesel termasuk wesel yang diaksep oleh bank,
2. surat pengakuan utang,
3. kertas perbendaharaan Negara dan surat jaminan pemerintah,
4. Sertifikat Bank Indonesia (SBI),
5. obligasi,
6. surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu tahun,
7. instrument surat berharga lain.
e. Memindahkan utang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;
f. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya;
g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berhargadan melakukan perhitungan dengan atau antara pihak ketiga;
h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga;
i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak (custodian);
j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek;
k. Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya;
l. Melakukan kegiatan anjak piutang (factoring), kartu kredit dan kegiatan wali amanat (trustee);
m. Menyediakan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil;
n. Melakukan kegiatan lain misalnya kegiatan dalam valuta asing, melakukan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, dan asuransi; dan melakukan penyertaan modal sementara untuk mengatasi akibat kegagalan kredit;
o. Kegiatan lain yang lazim dilakukan bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang.

Sasaran Manajemen
a. Sasaran jangka pendek: pemenuhan likuiditas untuk memenuhi likuiditas wajib minimum yang ditetapkan otoritas moneter di samping kebutuhan likuiditas untuk memenuhi penarikan dana oleh nasabah sehari-hari, menyediakan jasa-jasa lalu lintas pembayaran dan penanaman dana dalam bentuk surat-surat berharga jangka pendek atau instrumen pasar uang.
b. Sasaran jangka panjang: memperoleh keuntungan dari kegiatan bank untuk meningkatkan nilai perusahaan dan memaksimalkan kekayaan pemilik bank.

Faktor-faktor yang mempengaruhi manajemen bank
Faktor internal
Berkaitan dengan pengambilan kebijakan dan strategi operasional bank.
a. Struktur organisasi bank yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan dan kebijakan atau perencanaan;
b. Budaya kerja perusahaan;
c. Filosofi dan gaya manajemen;
d. Strategi segmentasi pasar dan jaringan kantor;
e. Ketersediaan sumber daya manusia dan penggunaan teknologi;
f. Komitmen pemilik terhadap pengembangan usaha bank.

Faktor eksternal
a. Kebijakan moneter;
b. Fluktuasi nilai tukar dan tingkat inflasi;
c. Volatilitas tingkat bunga;
d. Sekuritisasi;
e. Treasury management;
f. Globalisasi;
g. Persaingan antarbank maupun lembaga keuangan nonblank;
h. Perkembangan teknologi;
i. Inovasi instrumen keuangan

Risiko usaha (Business risk) bank
Tingkat ketidak pastian pendapatan yang diperkirakan akan diterima. Semakin tinggi ketidakpastian pendapatan yang diperoleh bank, semakin besar kemungkinan risiko yang dihadapi dan semakin tinggi pula premi risiko atau bunga yang diinginkan.
a. Risiko kredit,
b. Risiko investasi,
c. Risiko likuiditas,
d. Risiko operasional,
e. Risiko penyelewengan,
f. Risiko fidusia,
g. Risiko tingkat bunga,
h. Risiko solvensi,
i. Risiko valuta asing,
j. Risiko persaingan.

Neraca Bank

Neraca Bank Umum

Pos Aktiva (%) Pos Kewajiban dan Ekuitas (%)
Kas
Giro pada BI
Giro pada bank lain
Penempatan pada bank lain
Surat-surat berharga
Kredit yang diberikan
Penyertaan
Biaya dibayar dimuka
Aktiva tetap
Aktiva sewaguna usaha
Aktiva lain-lain
0,5
4,0
0,5
13,9
3,8
70,0
3,7
0,8
1,4
0,2
1,2 Giro
Kewajiban segera lainnya
Tabungan
Deposito berjangka
Sertifikat deposito
Surat berharga yang diterbitkan
Pinjaman yang diterima
Pinjaman subordinasi
Kewajiban lain
Ekuitas
7,8
15,2
8,4
44,6
10,3


6,4

0,8
6,5

Jumlah

100
Jumlah
100

Permodalan Bank

Fungsi Modal Bank
Modal bang sedikitnya memiliki tiga
fungsi utama bank: fungsi operasional, fungsi perlindungan, fungsi pengamanan dan pengaturan.
Fungsi modal bank meliputi:
a. Memberikan perlindungan kepada nasabah;
b. Mencegah terjadinya kejatuhan bank;
c. Memenuhi kebutuhan gedung kantor dan inventaris;
d. Memenuhi ketentuan permodalan minimum;
e. Meningkatkan kepercayaan masyarakat;
f. Menutupi kerugian aktiva produktif bank;
g. Sebagai indicator kekayaan bank;
h. Meningkatkan efisiensi operasional bank.

Factor-faktor yang dipertimbangkan dalam menilai kebutuhan modal bank:
a. Kualitas dan integritas manajemen;
b. Likuiditas;
c. Kualitas aktiva;
d. Laba yang ditahan;
e. Pembebanan biaya;
f. Struktur sumber dana;
g. Kualitas prosedur operasi;
h. Ketentuan permodalan minimum;
i. Kebijakan pemupukan modal dan pembagian dividen.

Modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia
Modal Inti
a. Modal disetor;
b. Agio saham;
c. Modal sumbangan;
d. Cadangan umum;
e. Cadangan tujuan;
f. Laba yang ditahan;
g. Laba tahun lalu;
h. Laba tahun berjalan.

Modal Pelengkap
a. Cadangan revaluasi aktiva tetap;
b. Penyisihan penghapusan aktiva produktif;
c. Modal pinjaman (modal kuasi);
1. tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan, dipersamakan dengan modal dan telah dibayar penuh;
2. tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan BI;
3. mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian bank melebihi laba yang ditahan dan cadangan-cadangan yang yang termasuk modal inti, meskipun bank belum dilikuidasi.
4. pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila bank dalam keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut.
d. Pinjaman subordinasi
1. ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman;
2. mendapat persetujuan dari BI;
3. tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh;
4. minimal berjangka waktu 5 tahun;
5. pelunasan sebelum jatuh tempo mendapat persetujuan BI;
6. hak tagihnya dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada.

Mobilisasi Dana Bank
Faktor-faktor keberhasilan:
a. kepercayaan masyarakat pada suatu bank, dan ini dipengaruhi oleh kinerja bank, posisi keuangan, kapabilitas, integritas, dan kredibilitas manajemen bank.
b. Ekspektasi, perkiraan pendapatan yang akan diterima penabung disbanding investasi lain dengan risiko yang sama;
c. Keamanaan;
d. Ketepatan waktu dalam pengembalian simpanan nasabah;
e. Pelayanan yang lebih cepat dan fleksibel;
f. Pengelolaan dana bank yang hati-hati.

Risiko Mobilisasi Dana
a. Risiko likuiditas;
b. Risiko tingkat bunga;
c. Risiko kredit;
d. Risiko modal.

Strategi Mobilisasi Dana
a. Pengembangan produk;
b. Segmentasi pasar;
c. Diferensiasi dan citra produk;

Sumber Dana Bank
a. Giro;
b. Deposito berjangka;
c. Tabungan;
d. Deposit on call;
e. Sertifikat deposito;
f. Pasar uang antarbank;
g. Pinjaman antarbank;
h. Repurchase agreement;
i. Setoran jaminan;
j. Dana transfer;
k. Obligasi;
l. Kredit Likuiditas Bank Indonesia;
m. Fasilitas diskonto;
n. Dana sendiri, terdiri dari:
1. modal disetor;
2. cadangan-cadangan;
3. laba yang ditahan;
4. laba tahun berjalan;
5. agio saham.

Biaya Dana Bank
Biaya bunga yang dibayarkan oleh bank atas keseluruhan dana yang dihimpun dari berbagai sumber.
Mengapa perlu dihitung?
a. Bank mencari kombinasi sumber dana dengan biaya terendah yang tersedia dipasar;
b. Perhitungan biaya dana yang akurat penting untuk menentukan besarnya keuntungan yang diperoleh atas aktiva produktifnya;
c. Jenis sumber dana yang dihimpun bank dan penggunaannya memiliki dampak terhadap risiko likuiditas, risiko tingkat bunga dan risiko modal bank.

Besarnya biaya dana bank dipengaruhi:
a. Struktur sumber dana yang dikelola bank;
b. Tingkat bunga yang diberikan kepada deposan;
c. Ketentuan cadangan wajib yang ditetapkan oleh otoritas moneter.

Perhitungan Biaya Dana
Cost of fund: biaya yang dikeluarkan bank atas dana yang dihimpun sebelum diperhitungkan besarnya ketentuan cadangan likuiditas wajib atau reserve requirement.
a. Cost of loanable fund: biaya dana setelah dikurangi ketentuan reserve requirement atau saldo giro wajib minimum (GWM).
Cost of money: penjumlahan dari total cost of loanable fund dan biaya overhead.

Konsep Perhitungan Dana Bank
a. Konsep biaya dana rata-rata historis;
b. Konsep biaya dana rata-rata tertimbang;
c. Konsep biaya dana marjinal.

Penentuan Tingkat Bunga Kredit
a. Cost of loanable funds;
b. Spread;
c. Biaya overhead;
d. Premi risiko;

Faktor-faktor lain:
a. Jangka waktu;
b. Jaminan kredit;
c. Reputasi perusahaan;
d. Hubungan baik;
e. Jaminan pihak ketiga.




Why It’s Time to Say Goodbye to Traditional Budgeting

By: Ken Wolf

What the Research Says
General Electric Chairman Jack Welch doesn’t think much of budgets.  In his best-selling book, Winning, he calls the budgeting process, “the most ineffective practice in management.  It sucks the energy, time, fun and big dreams out of an organization…In fact when companies win, in most cases it is despite their budgets, not because of them.”CEOs in Europe have long shared Mr. Welch’s distaste for traditional budgeting. That’s why the rolling forecast and other methods of continuous planning have replaced the traditional budget at many European companies.  Now that trend is slowly making its way across the pond, as more and more American-based companies realize that a more adaptive planning approach is the best way to set their future course.The Beyond Budgeting Round Table (BBRT) has spent countless hours examining the performance management models of many large organizations and produced dozens of case studies.   Its conclusion: the culture of budgeting is the single greatest barrier to change.  The average corporation spends four months and 20-30% of senior executives’ and financial managers’ time on the budget (with some organizations taking six to nine months).  In 2003, the Hackett Group found that the average billion-dollar company spent as many as 25,000 person-days per billion dollars of revenue putting together the annual budget.

“Budgets, once meaningful control instruments, have become (in today’s dynamic information/knowledge economy and global buyer’s markets) a danger for lasting enterprise success,” says Steve Player, director, BBRT North America.  “They prevent fast and flexible adaptation to the market so that full potential is not realized.  They often promote mistrust, deception and endanger the external corporate transparency demanded today.”

Specific Problems with Budgets
There are three primary problems with traditional budgeting: 

1. It takes a long time, costs too much, and consumes too many corporate resources.  For some companies, the process can take as long as six to eight months.  Many companies on a calendar fiscal year start the budgeting process in the summer and won’t end until November, December or, in some cases, after the budget period has actually started.  Most budgets are very detailed and require the input and back and forth negotiation of many people throughout the organization, which only adds to the amount of corporate resources consumed by traditional budgeting. Moreover, often, internal politics come into play and become more important than the customer—with managers and employees self-occupied as a result.

2. It’s fixed and inflexible, and can quickly become irrelevant.  The traditional budget starts top down and then becomes a detailed bottom up building process to meet fixed goals set by management—whether realistic or not.  Once the budget is locked down, game over—no more changes.  The economy may change, industry or market conditions may change, something specific within the business may change.  Regulations may roil the playing field.  New entrants or competition may emerge.  There may be new concepts, new partnerships, new innovations, or other internal factors with financial repercussions.  There are so many things that can (and perhaps should) change, and yet the budget only looks at things as they were back when it was created.

A survey of planning, budgeting, and forecasting practices by APQC and the BBRT found that 55% of respondents felt that the assumptions used in their budgets were so different than actual results that the budgets were useless within the first six months of the year.  Player, the lead researcher in the study, noted that this trend is increasing as market conditions become more volatile due to the accelerating speed of business.

3. Most companies tie executive and employee compensation directly to performance against the budget.  When this happens, the goal for the employee becomes “How can I minimize performance expectations?”  And, the easiest way to control that is to negotiate an overly achievable budget benchmark, so that hitting the goal is easily reached.  If you’re managing a cost center responsible for spending, you will likely try to maximize as much as possible the size of the budget spend, because it will give you the most resources to spend regardless of whether these resources are necessary.  And, if you come in at what you really think you’re going to spend, you’ll look good, which will impact you positively from an incentive standpoint.  Conversely, if you’re a in a revenue producing center, you’re likely going to lowball the budget, so when you exceed it you’ll look good.  But, you’ll just barely exceed it so you have plenty of room to do well the next year.  Otherwise, management will increase your budget for next year!

So, what happens is that the budget, the very mantle on which the company stands, actually turns into an internal negotiation with management, a gamesmanship of sorts, where rather than developing a budget that realistically reflects a view of where the company is going, ends up being something largely fictitious and arbitrary.

The Remedy: Rolling Forecasts
If the traditional budget has flaws, what should be done?  The rolling forecast is a logical adaptation of the fixed budget or forecast—largely addressing the issues raised above with the traditional planning process.

The rolling forecast is a solid first step toward adaptive performance management.  To better understand the rolling forecast, picture the 15th century explorer traveling the ocean in pursuit of the New World.  He may have maps and charts at his disposal, but what if he has to change course due to unplanned circumstances such as bad weather, sickness or even the occasional pirate ship attack?  Without some kind of tool that can help him navigate these unexpected deviations from plan and reset course, our captain may very well end up in Belize rather than Boston.

A rolling forecast can be defined as a projection into the future, partly based on past performance, that is routinely updated to incorporate input and information reflecting changing market, industry and/or business conditions.  It is not meant to be a fixed target, but rather a best current prediction as to the organization’s financial and operational performance over a certain time horizon.  That time horizon can be 12, 18, 24 or any number of months or quarters ahead from today.  It “rolls,” because as time moves forward, so does the time horizon of the forecast, unlike a traditional budget cycle that ends at a fixed point in time.  Ideally, you don’t want to look too far into the future or it tends to become too hazy, unrealistic and unpredictable, but you also don’t want to keep the time horizon too short or you’re not seeing the full impact of your decisions.

Rolling forecasts are typically updated on an ongoing basis, rather than quarterly or semi-annually.  This means that they are more accurate and require less time to update than a traditional budget/fixed forecast planning model.  Unlike traditional budgeting, where you basically start all over and have to redefine the whole process and marshal the resources annually (and have to contend with ongoing negotiations), rolling forecast, involves only minor tweaking as you continually update on a short-term basis.  This saves time and resources.

Rolling forecasts solve the third problem outlined above, tying executive and employee compensation directly to performance against the budget, by instead focusing on outperforming the competition and achieving high performing results.  For example, a company can use key industry metrics to measure its performance against the top players in its industry, resulting in higher bonuses for executives if the company outpaces its competition.  Or, try publicizing peer performance of a sales organization—and see how hard those salespeople work to remain “A” players and come out on top.

Responding to Change
European countries, as earlier indicated, have pioneered the notion of moving away from the traditional budgeting approach.  The climate, of course, is different there—one generally marked by an open and less regulated market.  In the U.S. we tend to have a shorter term mentality resulting from the influence of Wall Street, which places an undue emphasis on quarterly earnings and its effect on stock prices.  This drives companies towards traditional budgeting, which Wall Street closely monitors, leaving little room for flexibility.

As a result, many companies have been resistant to change.  As with any trend, there will be a tipping point.  In the last couple of years we have seen a willingness by clients to get their toes wet when it comes to rolling forecasts, with many slowly making the transition by establishing some kind of rolling forecast, while not yet eliminating the traditional budget.  The goal is that eventually the concept of the calendar year and the stop-and-start budget will become less and less important.

If your business uses an antiquated tool that doesn’t facilitate a rolling forecast, the transition will be an onerous one.  Managing the rolling forecast by using spreadsheets is very challenging, and most budgeting software tools are designed for fiscal year cycles.  Yet, planning tools now exist that offer flexibility and can handle the transition from the budget to the rolling forecast, or any variation thereof.

But even with the proper tools to facilitate the transition to the new system is the need for a fundamental change in an organization’s culture and management philosophy.  The change must be a C-level management decision and then be efficiently communicated down the chain.

Like any significant change, this one won’t be painless. But the return on investment will be great. People will quickly learn to love the rolling forecast if, for no other reason, that it’s not the budget.

 

About the Author(s)
Ken Wolf is president and CEO of Revelwood (www.revelwood.com), a firm that provides performance management solutions to Fortune 1000 and mid-market companies.
Artikel asli:



Perusahaan Likuidasi

PERUSAHAAN LIKUIDASI

LIKUIDASI ADALAH :
a. Pembubaran perusahaan sebagai badan hukum yang meliputi pembayaran kewajiban kepada para kreditor dan pembagaian harta yang tersisa kepada para pemegang saham (Persero).
b. Pembubaran perusahaan oleh likuidator dan sekaligus pemberesan dengan cara melakukan penjualan harta perusahaan, penagihan piutang, pelunasan utang, dan penyelesaian sisa harta atau utang di antara para pemilik.
c. Pendekatan pendekatan stock, perusahaan bisa dinyatakan likuidasi jika total kewajiban lebih besar dari pada total aktiva.
d. Pendekatan aliran kas, perusahaan bisa dinyatakan likuidasi jika tidak bisa menghasilkan aliran kas yang cukup.

SEBAB-SEBAB TERJADINYA LIKUIDASI PERUSAHAAN :
1. Sewaktu-waktu karena kehendak atau Rapat Umum Pemegang Saham (dengan kuorum dan voting supermajority)
2. Jangka waktu berdiri perusahaan sudah berakhir dan tidak di perpanjang.
3. Berdasarkan penetapan pengadilan, yakni dalam hal – hal sebagai berikut:
4. Sebagai akibat dari merger atau konsolidasi perusahaan yang memerlukan likuidasi.

TUJUAN LIKUIDASI
• Mengkonversi aktiva perusahaan menjadi uang tunai dengan kerugian minimum dari realisasi aktiva.
• Untuk menyelesaikan kewajiban yang sah dari persekutuan.
• Untuk membagikan uang tunai dan aktiva lain yang tidak dapat dicairkan kepada masing-masing sekutu dengan cara yang adil.

AKIBAT HUKUM KARENA ADANYA LIKUIDASI :
1. Perusahaan tidak bisa bernisnis lagi.
2. Perusahaan dapat melaksanakan kegiatan tertentu sejauh yang menyangkut dengan pemberesan kekayaan.
3. Di belakang nama perusahaan du bubuhkan kata “dalam likuidasi”.
4. Pengangkatan likuidator.
5. Kewajiban pemberesan hak dan kewajiban perusahaan.
6. Pembubaran perusahaan.

000ooo000




Daftar Investasi yang Tidak Terdaftar dan Tidak di Bawah Pengawasan OJK




Sustainability Report

Global Reporting Initiative (GRI) merupakan salah satu organisasi internasional yang berpusat di Amsterdam, Belanda. Aktivitas utamanya difokuskan kepada pencapaian transparansi dan pelaporan suatu perusahaan melalui pengembangan standar dan pedoman pengungkapan sustainability report.
Global Reporting Initiative mendefinisikan sustainability report sebagai praktik dalam mengukur dan mengungkapkan aktivitas perusahaan sebagai tanggung jawab kepada seluruh stakeholders mengenai kinerja organisasi dalam mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan. Sustainability report akan menjadi salah satu media untuk mendeskripsikan pelaporan ekonomi, lingkungan dan dampak sosial (seperti halnya konsep triple bottom line, pelaporan CSR, dsb).
Sustainability report juga digunakan oleh institusi pemerintah misalnya kementerian lingkungan untuk membuat penilaian atas kinerja perusahaan terhadap lingkungan dalam setiap pelaporan organisasi. Seperti halnya di Indonesia, peraturan dalam pengungkapan sustainability report dapat ditemukan dalam aturan yang dikeluarkan oleh Bapepam-LK (saat ini OJK) dan Undang-undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Pengungkapan sustainability report dalam aturan yang telah ditetapkan berupa laporan yang berdiri sendiri, meskipun masih banyak pengimplementasian sustainability report yang diungkapkan bersamaan dengan laporan tahunan suatu perusahaan (Gunawan, 2010).
Pengungkapan sustainability report yang sesuai dengan GRI (Global Reporting Initiative) harus memenuhi beberapa prinsip. Prinsip-prinsip ini tercantum dalam GRI-G3 Guidelines, yaitu keseimbangan, dapat dibandingkan, akurat, urut waktu, kesesuaian dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun pengungkapan standar dalam Sustainability report menurut GRI-G3 Guidelines terdiri dari:
1. Ekonomi yaitu menyangkut dampak yang dihasilkan perusahaan pada kondisi ekonomi dari stakeholders dan pada sistem ekonomi di tingkat lokal, nasional, dan global.
2. Lingkungan yaitu menyangkut dampak yang dihasilkan perusahaan terhadap makhluk di bumi, dan lingkungan sekitar termasuk ekosistem, tanah, udara, dan air.
3. Hak Asasi Manusia, yaitu adanya transparansi dalam mempertimbangkan pemilihan investor dan pemasok/kontraktor. Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
4. Masyarakat, yaitu memusatkan perhatian pada dampak organisasi terhadap masyarakat dimana mereka beroperasi, dan mengungkapkan bagaimana risiko yang mungkin timbul dari interaksi dengan lembaga sosial lainnya.
5. Tanggung jawab produk, yaitu berisi pelaporan produk yang dihasilkan perusahaan dan layanan yang secara langsung mempengaruhi pelanggan, yaitu kesehatan dan keamanan, informasi, pelabelan, pemasaran dan privasi.
6. Sosial, yaitu berisi kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan, apa saja yang sudah dilakukan dan bagaimana kegiatan tersebut dilakukan.