Pelajaran Hidup yang Bisa Kita Pelajari Dari Istilah Ilmu Akuntansi
DEPRESIASI
Dalam ilmu akuntansi, depresiasi biasanya disebut juga dengan penyusutan. Penyusutan secara sederhana maksudnya adalah umur dari suatu aset atau barang yang kita miliki akan berkurang seiring dengan bertambahnya umur aset. Dalam akuntansi, setiap aset tetap perlu untuk didepresiasi, karena kemampuan aset seiring dengan perjalanan waktu tidak selamanya akan menghasilkan output yang sama, melainkan akan terus menurun. Dan hingga akhirnya akan digantikan dengan aset yang baru.
Oleh karena itu, akuntansi telah berwanti-wanti sebelumnya untuk melakukan deperesiasi. Hal yang dapat kita tarik dari pernyataan tersebut adalah bahwa usia manusia dari hari ke hari semakin bertambah. Umur yang sudah dijatahkan kepada masing-masing manusia semakin menyusut setiap hari, dan tentunya semakin mendekati ajal.
Sama seperti aset, ia pun juga akan digantikan dengan generasi yang baru. Oleh karena itu, sesuai dengan konsep akuntansi, di mana semakin bertambah usianya aset, kemampuannya akan semakin menurun, oleh karena itu selagi usia kita masih muda, dan kemampuan kita dalam menghasilkan output masih besar, sudah seharusnya kita benar-benar serius dalam menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi diri kita sendiri, orang lain, dan tentunya untuk bangsa kita sendiri.
Sebelum usia kita belum habis terdepresiasi, kita masih punya kesempatan itu.
GOING CONCERN
Dalam akuntansi, perusahaan diasumsikan akan tetap berdiri selamanya. Dalam hal ini, perusahaan bersifat berkelanjutan. Going concern dalam akuntansi mengajarkan kita tentang optimisme. Bahwa dalam menjalakan suatu pekerjaan, sudah seharusnya kita bersungguh-sungguh, bahkan ada sebuah ungkapan yang mengatakan bahwa bekerjalah kamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya.
Oleh karena itu, dari sini kita dapat menarik kesimpulan bahwa ilmu akuntansi mengajarkan kita untuk teatap menatap kedepan dan melihat masa depan penuh dengan sikap optimis.
KONSISTENSI
Konsisten dalam ilmu akuntansi berarti perusahaan benar-benar yakin dan konsisten dalam menerapkan peraturan main. Simplenya perusahaan tidak plin-plan dalam menerapkan sistem dan aturan dalam perusahaan. Sebagai contoh, jika perusahaan sudah berkomitmen untuk melakukan metode penyusutuan menggunakan metode garis lurus, maka hendaknya ia tetap konsisten menerapkannya.(buat yang non akuntansi, kalian nyimak aja ya… hehehehe ntar paham kok).
Nah di dalam kehidupan ini juga sama, kita juga harus mampu untuk bertindak secara konsisten. Tidak mudah goyah dalam berbagai hal. Ketika kalian punya pasangan, setialah pada pasangan kalian. Jika ingin menjadi auditor, konsistenlah pada kuliah kalian untuk tetap bisa mencapainya.
Jangan sampai semester satu ingin jadi pegawai bank, masuk semester 3 berubah ingin jadi dosen, otak kecantol tembok dikit langsung berubah pikiran ingin jadi dokter (jiahh….. luar biyasa….). Sinar matahari akan mampu membakar kertas, apabila sinarnya tetap difokuskan dengan kertas tersebut. Batu besar yang keras dan kuatpun dapat berlubang dan hancur karena air terjun tetap fokus menghantamnya. Begitu juga dengan arah tujuan hidup, jika kita fokus menggapainya, maka akan semakin cepat ia terealisasi.
KONSERVATISME
Konservatisme berasalah dari dua suku kata, yaitu Konser dan Vatisme. Konser berarti menonton konser, sedangkan vatisme merupakan band asal australia. Berarti konservatisme adalah Menonton konser band australia. Haahahaha….. Bercanda gaes…. Jangan serius amat ah… Slow deh…
Ini serius ya gaes… Konservatisme dalam akuntansi seperti ini. Ketika perusahaan memprediksikan dimasa yang akan datang akan mendapat kerugian, maka perusahaan wajib untuk mengkuinya melalui pembuatan cadangan kerugian. Sedangkan apabila di masa yang akan datang perusahaan memprediksi akan mendapat keuntungan, perusahaan tidak boleh melakukan pencatatan atau pencadangan.
Maksud akuntansi melakukan ini adalah sebagai bentuk penjagaan, atau konsep kehati-hatian dari masa depan yang dipenuhi dengan segala macam bentuk ketidak pastian. Hal yang dapat kita petik adalah bahwa di dalam proses mencapai suatu tujuan, kita seharusnya tidak sekedar fokus dalam satu misi saja. Melainkan harus melakukan pencadangan misi.
Ketika misi yang satu gagal, makan kita tidak akan stuck dalam keterpurukan, melainkan kita akan langsung move on dengan misi yang kedua. Dengan demikian, kita akan semakin dekat dalam menggapi tujuan kita.
Sumber: Klik disini
About Aiaz Rajasa
Twitter •