The Measurement Approach to Decision Usefulness

1 Overview

Pendekatan pengukuran untuk pengambilan keputusan memberikan implikasi yang lebih besar terhadap informasi nilai wajar yang disajikan dalam laporan keuangan. Hal ini dikarenakan Akuntan mengambil sebuah tanggungjawab untuk memadukan segenap nilai wajar ke dalam suatu laporan keuangan yang terbatas didasari estimasi dengan logika reliabilitas serta adanya kewajiban dalam membantu investor untuk memprediksi nilai dan performa perusahaan. Pendekatan ini akan berguna apabila dalam penerapannya tidak mengorbankan / mengurangi nilai substansi informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun Sudut pandang ini tidak mungkin menggantikan akuntansi berbasis historical cost, adanya tuntutan suatu keseimbangan informasi yang berbasis historis dan berbasis nilai wajar ternyata lebih mengarah kepada nilai wajar. Alasannya,  terkait masalah yang melibatkan suatu efisinsi pasar sekuritas.  asar sekuritas tidak sepenuhnya efisien, ketergantungan pada pasar yang efisien untuk membenarkan berbasis biaya historis laporan keuangan dilengkapi dengan banyak pengungkapan tambahan, yang mendasari pendekatan perspektif informasi untuk kegunaan keputusan, terancam. Misalnya, jika investor secara kolektif yang tidak mahir mengolah informasi sebagai teori efisiensi mengasumsikan, mungkin kegunaan akan ditingkatkan dengan penggunaan lebih besar dari nilai wajar dalam laporan keuangan yang tepat.

2 Are Securities Markets Fully Efficieny?

Introduction

Muncul beberapa yang menjadi suatu pertanyaan, seberapa efisiensikah dalam suatu pasar sekuritas yang efisien? apakah dalam praktiknya para akuntan mengandalkan informasi tambahan pada catatan atas laporan keuangan yang berbasis pada biaya historis mampu menjadi andalan investor dalam pengambilan keputusan. Artinya, informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bagi investor apabila mampu memprediksi secara fundamental sehingga lebih mudah mengidentifikasi kegiatan dimasa yang akan datang. Aspek lain yang dapat dipertanyakan yaitu mengenai tingkat keyakinan investor terhadap baik buruk nya suatu keputusan yang diambil berdasarkan kepercayaan diri atas kemampuan menganalisis suatu informasi yang bisa jadi menimbulkan bias hasil keputusan. Jika informasi tersebut valid maka berguna untuk investor, praktik pengandalan pada informasi suplemen dalam catatan atas laporan keuangan di manapun, untuk melengkapi laporan keuangan berbasis biaya historis yg mungkin tidak efektif penuh dlm memberikan  informasi. Jika Pasar Sekuritas tidak efisien sepenuhnya pelaporan keuangan perbaikan (Restatement) mungkin berguna dalam mengurangi ketidakefisienan, sehingga bisa memperbaiki operasi  pasar sekuritas. Jadi, Rata-rata perilaku investor mungkin tidak berhubungan dengan teori keputusan rasional dan model investasi

Prospect Theory

Teori ini dimunculkan pada oleh Kahneman dan Tversky (1979), yang dimaksud oleh Teori Prospek adalah memberikan alternatif berbasis keperilakuan untuk teori keputusan sesuai dengan keputusan rasionalisme. Implikasi adanya Teori Prospek ini adalah investor yang mempertimbangkan investasi beresiko “prospek” akan melakukan evaluasian yang terpisah antara prospek untung dan rugi. Teori ini berbeda dengan teori-teori Keputusan lainnya karena investor mengevaluasi keputusan dilihat dari sisi efeknya pada kemakmuran total. Kebencian pada rugi atau selisih minus dari kemakmuran prospek yang akan diperoleh ini menunjukan ada nya konsep prilaku individu yang tidak suka walau terjadi kerugian sedikitpun. Adanya Efek disposisi yaitu investor menunjukkan perilaku pengambil risiko dengan respek pada rugi, investor menahan saham pada perusahaan yang mengalami rugi (loser) dan menjual saham perusahaan yang mengalami laba (winner). Asumsi yang digunakan dalam teori ini yaitu Loss Aversion dan Individu “memberi bobot” probabilitas nilai harapan suatu prospek.

Is Beta Dead?

Untuk menjawab itu kita bisa melihat pada implikasi CAPM adalah beta saham sebagai faktor determinan spesifik perusahaan tunggal atas return yang di harapkan pada saham. Kemudian Fama & French (1992) menemukan bahwa (1) beta & CAPM memiliki kemampuan kecil dalam menjelaskan return saham. (2) Nilai buku atau harga pasar saham serta ukuran perusahaan memiliki kekuatan eksplanatori. (3) Pasar bergerak seakan risiko perusahaan meningkat dengan Nilai buku atau harga pasar saham  dan menurun dengan ukuran perusahaan, bukan dengan melihat BETA (4) Tidak konsisten dg perilaku investor rasional dan pasar sekuritas efisien.

 

Excess Stock Market Volatility

Apakah Pasar Efisien? CAPM beranggapan bahwa beta dan tingkat bunga bebas risiko konstan hal ini dikarenakan beberapa hal yaitu a. hanya perubahan dalam return pada portofolio pasar (E(RMT)) yg menyebabkan perub dlm return saham-j b. Determinan fundamental (E(RMT)) adalah dividen harapan agregat diantara semua perusahaan dalam pasar c. Semakin tinggi dividen harapan agregat, semakin banyak investor akan investasi dalam pasar d. Akibatnya, jika pasar efisien, perubahan dalam (E(RMT)) hrnya tidak menyebabkan perubahan dalam dividen harapan agregat.

Efficient Securities Market Anomalies

Terdapat bukti yang menguatkan bahwa Investor yang Rasional yang membentuk Pasar Efisien. Alasannya, pasar tidak bisa merepon pada informasi secara pasti, seperti prediksi teori efisiensi. Harga butuh waktu lama untuk bereaksi atas informasi Laporan Keuangan. Kemudian adanya return abnormal mengikut rilis informasi. Sehingga Istilah Anomali Pasar Sekuritas Efisien muncul karena pengaruh mengambang pasca pengumuman dan adanya Respon Pasar pada Akrual.

Implications of Securities Market Inefficiency for Financial Reporting

Ukuran bahwa pasar tidak secara penuh efisien terlihat dari apakah ada kegunaan yang ditingkatkan dengan pentingnya pelaporan keuangan. Perdagangan Noise, dimana harga bisa dibiaskan keatas atau kebawah relatif pada nilai fundamentalnya, akibatnya investor rasional termasuk analisnya akan menemukan penilaian salah ini dan mengambil manfaatnya. Inefisiensi Pasar mendukung perspektif pengukuran.

3 Other Reason s Supporting A Measurement  Approach

Kemanfaatan keputusan Pelaporan Keuangan bisa ditingkatkan dengan perhatian yang ditingkatkan pada pengukuran Pasar tidak seefisien yang diyakini dan Laba menjelaskan hanya sedikit perubahan harga di sekitar tanggal pengumuman laba, porsi ini semakin menurun atau semakin meningkatkan harga saham. Teori surplus bersih (CST) menyatakan bahwa nilai pasar perusahaan dapat dinyatakan dari sisi variabel laba rugi dan neraca. CST juga menerapkan beberapa basis akuntansi, tetapi menunjukkan bahwa nilai persh tergantung pada variabel akuntansi fundamental,  konsisten dengan Perspektif Pengukuran. Perhatian yg meningkat pada aspek pengukuran didukung oleh lebih banyak pertimbangan praktis.

4 The Value Relevance of Financial Statement Information

Dalam hal ini kita melihat dalam riset-riset akuntansi yang banyak menemukan bahwa harga saham merespon kandungan informasi laba/rugi dan Riset ERC menunjukan bahwa pasar yang canggih mampu memiliki kemampuan mengekstrak implikasi nilai dari Laporan Keuangan atas dasar Historical Cost. Relevanti Nilai yaitu ukuran seberapa besar informasi laporan keuangan memiliki efek material pada return dan harga saham. Lev (1989) mengungkapkan pasar memiliki respon kecil, terdapat perbedaan signifikansi statistik dan praktisi. Menurut Statistik mengukur relevansi nilai seperti Relevansi Nilai dan ERC secar asignifikan berbeda dengan nol walaupun sangat kecil. Relevansi nilai rendah atas laba menyarankan bahwa ada ruang bagi akuntan untuk meningkatkan kemanfaatan Laporan Keuangan.

5 Ohlson’s Clean  Surplus Theory

Teori Surplus Bersiah Ohlson—CST dikemukakan oleh (Feltham & Ohlson (1995) intinya a. memberikan kerangka kerja yg konsisten dengan Perspektif Pengukuran b.  Menunjukkan bagaimana nilai psar perusahaan dapat dinyatakan dr sisi komponen neraca dan laba rugi c. Berasumsi bhw ada kondisi ideal dalam pasar, termasuk irelevansi dividen d. Sukses dalam menjelaskan dan memprediksi nilai perusahaan secara aktual e. Menyatakan bahwa determinan fundamental nilai perusahaan adalah arus dividen. Dari pernyataan diatas teori ini mendukung Perspektif Pengukuran.

6 Auditor’s Legal Liablity

Sumber tekanan bagi Perspektif Pengukuran muncul sebagai reaksi pada kegagalan (keuangan) perusahaan yg menyebabkan kegagalan pelaporan keuangan, penalaran itu antara lain adalah dilihat dari Kegagalan utang & tabungan melibatkan pelaporan yang dinyatakan terlalu besar aset pada neraca auditan serta Auditor bekerja di bawah tekanan manajemen untuk mnyimpang dan“memperlunak” PABU agar Persyaratan modal, target laba dan/atau ramalan analis tercapai. Untuk melindungi tekanan dan kewajbian potensial perilaku etis kepentingan jangka panjang profesi audit/akuntansi dilayani tidak dengan menghasilkan laporan auditan dengan tekanan manajemen untukmemperlunak PABU serta Menerapkan akuntansi konservatif. Dengan demikian, Perspektif pengukuran berjalan dalam problema reliabilitas (walaupun semakin relevan).

7 Conclutions on The Measurement Approach to Decisions Usefulness

Perspektif informasi tentang pelaporan keuangan adalah konten untuk menerima biaya perolehan, dan mengandalkan pengungkapan penuh untuk meningkatkan kegunaan kepada investor. Bentuk pengungkapan tidak masalah, karena diasumsikan bahwa ada cukup rasional, investor informasi dengan cepat dan benar menggabungkan bentuk yang wajar dalam harga pasar yang efisien. Penelitian empiris yang menunjukkan bahwa pasar menemukan informasi laba bersih setidaknya untuk menjadi berguna. Akibatnya, penelitian empiris dalam perspektif informasi cenderung menerima harga pasar yang efisien dan untuk mengevaluasi manfaat informasi akuntansi dalam hal hubungannya dengan harga pasar ini.

Namun, ada sejumlah pertanyaan tentang perspektif informasi.Pertama, pasar surat berharga mungkin tidak sepenuhnya efisien seperti sebelumnya telahpercaya, menunjukkan bahwa investor mungkin perlu bantuan dalam mencari tahu penuhimplikasi dari informasi akuntansi untuk pengembalian masa depan. Kedua, “pangsa pasar”dari 2 sampai 5% untuk laba bersih tampaknya rendah dan, meskipun dukungan teoritis, telahsulit untuk menemukan banyak reaksi pasar langsung sama sekali untuk akuntansi-laba noninformasi. Selain itu, tanggung jawab hukum dapat memaksa akuntan untuk meningkatkan penggunaan nilai wajar dalam laporan keuangan. Tentu saja, karena alasan kehandalan, perspektif pengukuran akan pernah meluas ke satu set lengkap laporan keuangan secara nilai wajar. Sebagai contoh, Historis Biaya tidak mungkin dipindahkan sebagai dasar akuntansi utama untuk aset modal.

 

REFERENSI

 

Scott, William R., 2012, Financial Accounting Theory, Sixth Edition, University of Waterloo.




PENELITIAN KUALITATIF PENDEKATAN NARATIF

Overview Pendekatan Naratif

Tema naratif (narrative) muncul dari kata to narrate yang artinya menceritakan atau mengatakan (to tell) suatu cerita secara detail. Dalam desain penelitian naratif, peneliti mendeskripsikan kehidupan individu, mengumpulkan, mengatakan cerita tentang kehidupan individu, dan menuliskan cerita atau riwayat pengalaman individu tertentu. Jelasnya, penelitian naratif berfokus pada kajian seorang individu.

Menurut Daiute & Lightfoot (2004) dalam Carswell (2007) penelitian naratif mempunyai banyak bentuk dan berakar dari disiplin (ilmu) kemanusiaan dan sosial yang berbeda. Naratif bisa berarti tema yang diberikan pada teks atau wacana tertentu, atau teks yang digunakan dalam konteks atau bentuk penyelidikan dalam penelitian kualitatif (Chase, 2005).

Penelitian Naratif menurut James Schreiber dan Kimberly Asner-Self (2011) adalah studi tentang kehidupan individu seperti yang diceritakan melalui kisah-kisah pengalaman mereka, termasuk diskusi tentang makna pengalaman-pengalaman bagi individu. Menurut Webster dan Metrova, narasi (narrative) adalah suatu metode penelitian di dalam ilmu-ilmu sosial. Inti dari metode ini adalah kemampuannya untuk memahami identitas dan pandangan dunia seseorang dengan mengacu pada cerita-cerita (narasi) yang ia dengarkan ataupun tuturkan di dalam aktivitasnya sehari-hari.

Struktur Naratif

Gaya naratif merupakan kekuatan dari riset kualitatif, tekniknya sama dengan bentuk story telling dimana cara penguraian yang menghablurkan batas-batas fiksi, jurnalisme dan laporan akademis, “narratives in story telling modes blur the lines between fiction, jurnalism and scholarly studies. Bentuk penelitian naratif antara lain:

  1. Menggunakan pendekatan kronologis seperti menguraikan peristiwa demi peristiwa dibentangkan secara perlahan mengikuti proses waktu (slowly over time), ketika menjelaskan subyek studi mengenai budaya saling-berbagi di dalam kelompok (a ulture-sharingg group), narasi kehidupan seseorang (the narrative of the life of on individual) atau evolusi sebuah program atau sebuah organisaasi (evolution of a program or an organization).
  2. Menyempitkan dan memfokuskan pembahasan. Laporan juga bisa seperti pendeskripsian berbagai kejadian, berdasarkan tema-tema atau persepektif tertentu. Gaya naratif, dari studi kualitatif bisa juga mengerangkakan sosial tipikal keseharian hidup seseorang (a typical day in the life)  dari sosok individu atau kelompok.

 Tipe Kajian Naratif

Jika seorang peneliti berencana melaksanakan kajian naratif maka ia perlu mempertimbangkan tipe kajian naratif yang akan dilaksanakannya. Pendekatan pertama yang digunakan dalam penelitian naratif adalah membedakan tipe penelitian naratif melalui strategi analisis yang digunakan oleh pengarang (Creswell,2007).

Polkinghorne dalam Cresswell menyebutkan strategi tersebut menggunakan paradigma berpikir untuk menghasilkan deskripsi tema yang menggenggam sekaligus melintasi cerita atau sistem klasifikasi tipe cerita. Analisis naratif ini menekankan peneliti untuk mengumpulkan deskripsi peristiwa atau kejadian dan kemudian mengkonfigurasikannya ke dalam cerita menggunakan sebuah alur cerita (plot).

Chase dalam Cresswell menyajikan pendekatan yang tidak jauh berbeda dengan definisi analisis naratif milik Polkinghorne. Chase menyarankan bahwa peneliti boleh menggunakan alasan paradigmatik untuk kajian naratif, seperti bagaimana individu dimampukan dan dipaksa oleh sumberdaya sosial, disituasikan secara sosial dalam penampilan interaktif, dan bagaimana pencerita membangun interpretasi.

Pendekatan kedua menekankan pada ragam bentuk yang ditemukan dalam praktik-praktik penelitian naratif. Kajian biografi adalah bentuk kajian naratif di mana peneliti menulis dan mencatat pengalaman kehidupan seseorang. Autobiografi ditulis dan dicatat oleh individu sebagai subjek kajian. Sejarah hidup (life histories) memotret seluruh kehidupan seseorang. Cerita pengalaman seseorang adalah kajian naratif terhadap pengalaman personal seseorang yang ditemukan dalam episode majemuk atau tunggal, situasi pribadi, atau cerita rakyat komunal (communal folklore). Sejarah lisan terdiri dari kumpulan refleksi personal terhadap kejadian dan sebab akibat kejadian tersebut dari satu atau beberapa individu. Kajian naratif bisa jadi memiliki fokus kontekstual yang spesifik, seperti guru atau murid di kelas, cerita tentang organisasi, atau cerita yang diceritakan tentang organisasi.

Proses penelitian Naratif

Menulis narasi adalah kolaborasi antara peserta dan peneliti. Hubungan antara peneliti dan peserta harus menjadi salah satu yang saling dibangun yang peduli, hormat, dan ditandai dengan kesetaraan suara. Peserta dalam Penelitian narasi harus merasa diberdayakan untuk menceritakan kisah mereka. Langkah-langkah melaksanakan penelitian kualitatif (Clandinin dan Connelly, 2000) adalah sebagai berikut:

  1. Menentukan problem penelitian atau pertanyaan terbaik yang tepat untuk penelitian naratif. Penelitian naratif adalah penelitian terbaik untuk menangkap cerita detail atau pengalaman kehidupan terhadap kehidupan tunggal atau kehidupan sejumlah individu.
  2. Memilih satu atau lebih individu yang memiliki cerita atau pengalaman kehidupan untuk diceritakan, dan menghabiskan waktu (sesuai pertimbangan) bersama mereka untuk mengumpulkan cerita mereka melalui tipe majemuk informasi.
  3. Mengumpulkan cerita tentang konteks cerita tersebut.
  4. Menganalisa cerita partisipan dan kemudian restory (menceritakan ulang) cerita mereka ke dalam kerangka kerja yang masuk akal. Restorying adalah proses organisasi ulang cerita ke dalam beberapa tipe umum kerangka kerja. Kerangka kerja ini meliputi pengumpulan informasi, penganalisaan informasi untuk elemen kunci cerita (misalnya: waktu, tempat, alur, dan scene/adegan) dan menulis ulang cerita guna menempatkan mereka dalam rangkaian secara kronologis.
  5. Berkolaborasi dengan partisipan melalui pelibatan aktif mereka dalam penelitian. Mengingat para peneliti mengumpulkan cerita, maka mereka menegosiasikan hubungan, transisi yang halus, dan menyediakan cara yang berguna bagi partisipan.

Jenis-Jenis Penelitian Naratif

Menurut Polkinghorne ada dua pendekatan yang bisa diambil yaitu pendekatan dengan membedakan antara analisis narasi dan analisis naratif dapat di pahami juga degan narasi sebagai data: data sebagai narasi. Adapun Jenis narasi (narrative) dapat dilihat dengan mengetahui pendekatan apa yang digunakan:

  1. Analisis narasi

Analisis narasi adalah sebuah paradigma dengan cara berpikir untuk membuat deskripsi tema yang tertulis dalam cerita atau taksonomi.

  1. Analisis naratif

Analisis naratif adalah sebuah paradigma dengan mengumpulkan deskripsi peristiwa atau kejadian dan kemudian menyusunya menjadi cerita dengan menggunakan alur cerita.

Dari kedua pendekatan tersebut Pendekatan kedua adalah untuk menekankan berbagai bentuk yang ditemukan pada praktek penelitian naratif. Misalnya: sebuh otobiografi, biografi, dokumen pribadi, riwayat hidup, personal accounts, etnobiografi, otoetnografi. Jika peneliti merencanakan melakukan studi naratif, maka perlu mempertimbangkan jenis studi naratif apa yang akan dilakukan. Dalam studi naratif, untuk mengetahui jenis naratif apa yang akan digunakan memang penting, tetapi yang lebih penting adalah mengetahui karakteristik esensial dari tiap-tiap jenis.

Karakteristik Kunci Penelitian Narasi

  1. Penelitian Narasi berfokus pada pengalaman individu dan kronologi mereka.
  2. Penelitian Narasi menggunakan teknik restorying untuk membangun account narasi berdasarkan data yang dikumpulkan melalui wawancara.
  3. Penelitian Narasi menggabungkan konteks dan tempat dalam cerita.
  4. Pembangunan narasi selalu melibatkan menanggapi pertanyaan, “Lalu apa yang terjadi?” (James Schreiber dan Kimberly Asner-Self, 2011)

 

REFRENSI

Creswell, John. (2007). Qualiitative Inquiry and Research Design. London: Sage.




PENELITIAN KUALITATIF PENDEKATAN FENOMENOLOGI

Fenomenologi Secara Umum

Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, Phainoai, yang berarti ‘menampak’  dan phainomenon merujuk pada ‘yang menampak’. Istilah fenomenologi diperkenalkan oleh Johann Heirinckh. Meskipun demikian pelopor aliran fenomenologi adalah Edmund Husserl. Jika dikaji lagi Fenomenologi itu berasal dari phenomenon  yang berarti realitas yang tampak. Dan logos yang berarti ilmu. Jadi fenomenologi adalah ilmu yang berorientasi untuk mendapatkan penjelasan dari realitas yang tampak.

Fenomenologi berusaha mencari pemahaman bagaimana manusia mengkonstruksi makna dan konsep penting dalam kerangka intersubyektivitas (pemahaman kita mengenai dunia dibentuk oleh hubungan kita dengan orang lain). (Kuswarno,2009:2) . Fenomenologi berasumsi bahwa orang-orang secara aktif menginterpretasi pengelaman-pengelamannya dan mencoba memahami dunia dengan pengelaman pribadinya (Littlejohn,2009:57). Fenomena yang tampak adalah refleksi dari realitas yang tidak dapat berdiri sendiri, karena ia memiliki makna yang memerlukan penafsiran yang lebih lanjut. Tokoh-tokoh fenomenologi ini diantaranya Edmund Husserl, Alfred Schutz dan Peter. L Berger dan lainnya.

Tujuan dari fenomenologi, seperti yang dikemukakan oleh Husserl, adalah untuk mempelajari fenomena manusia tanpa mempertanyakan penyebabnya, realitas yang sebenarnya, dan penampilannya. Husserl mengatakan, “Dunia kehidupan adalah dasar makna yang dilupakan oleh ilmu pengetahuan.” Kita kerap memaknai kehidupan tidak secara apa adanya, tetapi berdasarkan teori-teori, refleksi filosofis tertentu, atau berdasarkan oleh penafsiran-penafsiran yang diwarnai oleh kepentingan-kepentingan, situasi kehidupan, dan kebiasaan-kebiasaan kita. Maka fenomenologi menyerukan zuruck zu de sachen selbst (kembali kepada benda-benda itu sendiri), yaitu upaya untuk menemukan kembali dunia kehidupan.

Terdapat dua garis besar di dalam pemikiran fenomenologi, yakni fenomenologi transsendental sepeti yang digambarkan dalam kerja Edmund Husserl dan fenomenologi sosial yang digambarkan oleh Alfred Schutz. Menurut Deetz (Ardianto,dkk, 2007:127) dari dua garis besar tersebut (Husserl dan Schutz) terdapat tiga kesamaan yang berhubungan dengan studi komunikasi, yakni pertama  dan prinsip yang paling dasar dari fenomenologi – yang secara jelas dihubungkan dengan idealism Jerman – adalah bahwa pengetahuan tidak dapat ditemukan dalam pengalaman eskternal tetapi dalam diri kesadaran individu.  Kedua, makna adalah derivasi dari potensialitas sebuah objek atau pengalaman yang khusus dalam kehidupan pribadi. Esensinya, makna yang beraal dari suatu objek atau pengalaman akan bergantung pada latar belakang individu dan kejadian tertentu dalam hidup. Ketiga, kalangan fenomenolog percaya bahwa dunia dialami – dan makna dibangun – melalui bahasa. Ketiga dasar fenomenologi ini mempunyai perbedaan derajat signifikansi, bergantung pada aliran tertentu pemikiran fenomenologi yang akan dibahas.

Fenomenologi Sosial Schutz

Schutz sering dijadikan centre dalam penerapan metodelogi penelitian kualitatif yang menggunakan studi fenomenologi. Pertama, karena melalui Schutz-lah pemikiran dan ide Husserl yang dirasa abstrak dapat dijelaskan dengan lebih gamblang dan mudah dipahami. Kedua,  Schutz merupakan orang pertama yang menerapkan fenomenologi dalam penelitian ilmu sosial.

Dalam mempelajari dan menerapkan fenomenologi sosial ini, Schutz mengembangkan juga model tindakan manusia (human of action) dengan tiga dalil umum yaitu:

  • The postulate of logical consistency (Dalil Konsistensi Logis)

Ini berarti konsistensi logis mengharuskan peneliti untuk tahu validitas tujuan penelitiannya sehingga dapat dianalisis bagaimana hubungannya dengan kenyataan kehidupan sehari-hari. Apakah bisa dipertanggungjawabkan ataukah tidak.

  • The postulate of subjective interpretation (Dalil Interpretasi Subyektif)

Menuntut peneliti untuk memahami segala macam tindakan manusia atau pemikiran manusia dalam bentuk tindakan nyata. Maksudnya peneliti mesti memposisikan diri secara subyektif dalam penelitian agar benar-benar memahami manusia yang diteliti dalam fenomenologi sosial.

  • The postulate of adequacy (Dalil Kecukupan)

Dalil ini mengamanatkan peneliti untuk membentuk konstruksi ilmiah (hasil penelitian) agar peneliti bisa memahami tindakan sosial individu. Kepatuhan terhadap dalil ini akan memastikan bahwa konstruksi sosial yang dibentuk konsisten dengan konstruksi yang ada dalam realitas sosial.

Dalam pandangan Schutz memang ada berbagai ragam realitas termasuk di dalamnya dunia mimpi dan ketidakwarasan. Tetapi realitas yang tertinggi itu adalah dunia keseharian yang memiliki sifat intersubyektif yang disebutnya sebagai the life world.

Menurut Schutz ada enam karakteristik yang sangat mendasar dari the life world ini, yaitu pertama, wide-awakeness (ada unsur dari kesadaran yang berarti sadar sepenuhnya). Kedua, reality (orang yakin akan eksistensi dunia). Ketiga, dalam dunia keseharian orang-orang berinteraksi. Keempat, pengelaman dari seseorang merupakan totalitas dari pengelaman dia sendiri. Kelima, dunia intersubyektif dicirikan terjadinya komunikasi dan tindakan sosial. Keenam, adanya perspektif waktu dalam masyarakat.

Dalam the life wolrd ini terjadi dialektika yang memperjelas konsep ‘dunia budaya’ dan ‘kebudayaan’.  Selain itu pada konsep ini Schutz juga menekankan adanya stock of knowledge yang memfokuskan pada pengetahuan yang kita miliki atau dimiliki seseorang. stock of knowledge terdiri dari knowledge of skills dan useful knowledge. stock of knowledge sebenarnya merujuk pada  content (isi), meaning (makna), intensity (intensitas), dan duration (waktu). Schutz juga sangat menaruh perhatian pada dunia keseharian dan fokusnya hubungan antara dunia keseharian itu dengan ilmu (science), khususnya ilmu sosial.

Schutz mengakui fenomenologi sosialnya mengkaji tentang intersubyektivitas dan pada dasarnya studi mengenai intersubyektivitas adalah upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti:

  • Bagaimana kita mengetahui motif, keinginan, dan makna tindakan orang lain?
  • Bagaimana kita mengetahui makna atas keberadaan orang lain?
  • Bagaimana kita dapat mengerti dan memahami atas segala sesuatu secara mendalam?
  • Bagaimana hubungan timbal balik itu dapat terjadi?

Realitas intersubyektif yang bersifat sosial memiliki tiga pengertian, yaitu:

  • Adanya hubungan timbal balik atas dasar asumsi bahwa ada orang lain dan benda-benda yang diketahui oleh semua orang.
  • Ilmu pengetahuan yang intersubyektif itu sebenarnya merupakan bagian ilmu pengetahuan sosial.
  • Ilmu pengetahuan yang bersifat intersubyektif memiliki sifat distribusi secara sosial.

Ada beberapa tipifikasi yang dianggap penting dalam kaitan dengan intersubyektivitas, antara lain :

  • Tipifikasi pengelaman (semua bentuk yang dapat dikenali dan diidentifikasi, bahkan berbagai obyek yang ada di luar dunia nyata, keberadaannya didasarkan pada pengetahuan yang bersifat umum).
  • Tipifikasi benda-benda (merupakan sesuatu yang kita tangkap sebagai ‘sesuatu yang mewakili sesuatu’.
  • Tipifikasi dalam kehidupan sosial (yang dimaksudkan sosiolog sebagai System, role status, role expectation, dan institutionalization itu dialami atau melekat pada diri individu dalam kehidupan sosial).

 

REFRENSI

Creswell, John. (2007). Qualiitative Inquiry and Research Design. London: Sage.




Economic Consequences and Positive Accounting Theory

1 Overview

Konsekuensi ekonomis (EC), konsep yang menegaskan bahwa pilihan kebijakan akuntansi dapat mempengaruhi nilai  perusahaan (terlepas dari implikasi teori pasar efisien). Memahami EC penting: 1. Menarik karena peristiwa yang paling menarik dalam praktik akuntansi diderivasi dari EC 2. Adanya saran bahwa kebijakan akuntansi adalah “bukan suatu masalah” dengan adanya pengalaman akuntan (auditor). Teori Akuntansi Normatif adalah apa yang seharusnya dilakukan dan Teori Akuntansi Positif adalah apa yang senyatanya dilakukan.

2 The Rise Of Economic Consequences

Kebijakan akuntansi (accounting Policy= AP) memiliki EC bagi berbagai konstituen pemakai Laporan Keuangan. Walaupun jika AP tidak secara langsung berpengaruh pada arus kas perusahaan, Konstituen yang berbeda memilih AP yg berbeda. AP menurut manajemen mungkin berbeda (at odds) dengan AP yang dapat menginformasikan paling baik kepada investor. EC mengkomplikasikan penyusunan standar akuntansi, yang mensyaratkan keseimbangan yang tepat tentang  pertimbangan akuntansi dan politik. Badan penyusunan standar telah merespon dengan, Melibatkan konstituen yang berbeda pada badan penyusun serta Menerbitkan draf eksposure untuk memberi semua pihak yang berkepentingan, kesempatan berkomentar atas standar yang disusun.

3 EMPLOYEE STOCK OPTIONS

Area dimana konsekuensi ekonomi terlihat sangat jelas, yaitu akuntansi untuk opsi penerbitan saham kepada manajemen dan dalam beberapa kasus kepada para karyawan, memberikan hak kepada para karyawan tersebut untuk membeli saham dalam jangka waktu tertentu yang bisa disebut dengan Employee Stock Options (ESO).

Akuntansi untuk ESO di Amerika Serikat dan Negara lainnya berdasarkan Accounting Priciple Board 25 tahun 1972. Standard ini mewajibkan perusahaan mengeluarkan ESO tetap untuk mencatat biaya yang sama dengan selisih antara nilai pasar saham pada tanggal pemberian opsi kepada karyawan (grand date) dan harga dari pelaksanaan opsi tersebut. Perbedaan nilai tersebut dinamakan nilai intrinsic dari opsi. Kebanyakan perusahaan yang memberikan ESO menetapkan harga pelaksanaannya sama dengan nilai pasar pada tanggal pemberiannya, sehingga nilai intrinsiknya nol. Akibatnya tidak ada biaya yang perlu dicatat bagi kompensasi ESO. Sebagai contoh, jika saham yang dijamin memiliki nilai pasar $10 pada tanggal pemberian, maka menetapkan harga pelaksanaan sebesar $10 tidak akan menghasilkan pencatatan biaya, sementara menetapkan harga pelaksanaan sebesar $8 memicu biaya sebesar $2 per ESO yang diberikan. Hal ini menyebabkan menurunnya pencatatan biaya kompensasi dan menaikkan pencatatan laba bersih. Alasan tidak diwajibkannya pencatatan nilai wajar untuk ESO adalah sulit menetapkan nilainya. Sehingga muncul rumus Black/Sholes yang berasumsi bahwa opsi dapat diperdagangkan dengan bebas. Hal ini tidak dimungkinkan karena ESO tidak dapat dilaksanakan sampai tanggal penyerahan (vesting date). Juga, jika karyawan mengundurkan diri dari perusahaan sebelum dilakukannya penyerahan, maka opsi tersebut dinyatakan hangus, atau kalaupun belum dilaksanakan, mungkin ada pembatasan-pembatasan terhadap kemampuan karyawan untuk menjual saham yang diperolehnya.

Untuk mengatasi hal ini, FASB mengeluarkan exposure draft yang mengusulkan agar perusahaan mencatat biaya kompensasi berdasarkan nilai wajarnya pada tanggal pemberian ESO. Namun, exposure draft ini ditolak karena muncul kekhawatiran akan konsekuensi ekonomi dari laporan laba yang lebih rendah yang akan dihasilkan. Konsekuensi yang dikhawatirkan tersebut mencakup harga saham yang lebih rendah, biaya modal yang lebih tinggi, kurangnya bakat manajerial, serta rendahnya motivasi manajer dan karyawan. Hal ini dikarenakan tidak seperti umumnya biaya, ESO tidak memerlukan pembiayaan tunai. Intinya biaya ditanggung oleh para pemegang saham. Dengan membuat beberapa asumsi, Huddart menunjukkan bahwa rumus Black/Sholes  dengan ESO yang ditahan sampai tanggal kadaluwarsa dapat menaikkan pencatatan nilai wajar ESO pada saat tanggal pemberian, yaitu membagi karakteristik opsi menjadi 3 :

  1. Expected Return, yaitu pengembalian yang diharapkan dari menahan suatu opsi melebihi return saham yang diharapkan.
  2. Upside Potential, yaitu tendensi kenaikan nilai meningkat seiring dengan waktu jatuh tempo.
  3. Deep in Money, yaitu jika nilai saham dasar jauh lebih tinggi daripada exercise price, maka hasil dari menahan opsi tersebut, probabilitasnya sangat mendekati hasil dan probabilitasnya menahan saham dasarnya.

 

4 THE RELATIONSHIP BETWEEN EFFICIENT SECURITIES MARKET THEORY AND ECONOMIC CONSEQOUNCES

            Pembahasan sub bab ini didasarkan pada artikel “The Impact of Accounting Regulation on the Stock Market: The Case of Oil and Gas Companies” (1979) yang ditulis oleh Lev. Penelitian ini terkait dengan kebijakan SFAS 19 yang mewajibkan perusahaan migas di AS mencatat biaya eksplorasi dengan metode succesfull-effort. Karena pilihan kebijakan akuntansi untuk biaya eksplorasi mencerminkan kebijakan akuntansi, maka teori pasar sekuritas efisien memprediksi bahwa seharusnya manajer tidak keberatan menggunakan metode succesfull-effort. Secara khusus, terdapat kekhawatiran mengenai dampak yang mungkin merugikan terhadap persaingan dalam industri migas. Kekhawatiran tersebut adalah bahwa sebagian besar perusahaan kecil yang bergerak di bidang migas menggunakan akuntansi full-cost. Ini karena metode succesfull-effort cenderung menghasilkan laba bersih yang lebih kecil daripada metode full-cost, terutama untuk perusahaan yang aktif melakukan eksplorasi, maka ditakutkan bahwa laba bersih yang lebih kecil dalam laporan akan menjadikan perusahaan kecil lebih sulit menghimpun modal, dan karenanya akan mengurangi persaingan dan cakupan eksplorasi.

Untuk kondisi saham, Dickman dan Smith (1979) dan Kross (1982) mendapati tidak adanya reaksi harga sekuritas terhadap perubahan standar akuntansi. Mungkin ini disebabkan karena adanya inefisiensi pasar sekuritas. Alasan lain adalah bahwa perusahaan yang menggunakan full-cost akan menghadapi kesulitan menghimpun modal atau mungkin mengurangi aktivitas eksplorasi begitu mereka dipaksa menggunakan succesfull-effort. Alasan lain adalah bahwa pengurangan laba bersih yang dilaporkan dan ekuitas para pemegang saham setelah beralih menggunakan metode succesfull-effort mungkin mempengaruhi rasio bonus manajemen dan perjanjian pinjaman. Pasar dapat bereaksi terhadap manajer yang gagal merepons masalah seperti ini. Bagaimanapun juga hasil penelitian Lev menyatakan bahwa pasar memang bereaksi terhadap metode akuntansi yang dipilih.

Teori pasar yang efisien menyiratkan pentingnya pengungkapan penuh, termasuk pengungkapan kebijakan akuntansi. Meskipun demikian, begitu pengungkapan penuh terhadap kebijakan akuntansi dilakukan, pasar akan menafsirkan nilai sekuritas perusahaan berdasarkan kebijakan yang dipakai. Jika dilihat dari pengguna laporan keuangan, manajemen dan investor, tentu akan bereaksi terhadap perubahan kebijakan akuntansi. Berbagai reaksi dirumuskan dalam konsep konsekuensi ekonomi. Karena itu, kebijakan akuntansi berpotensi mempengaruhi keputusan manajemen yang sebenarnya, termasuk keputusan untuk mengintervensi, baik mendukung atau menentang usulan standar akuntansi.

  • The Positive Theory Of Accounting

1 Outline of Positive Accouning Theory

TAP beranggapan bahwa perusahaan akan mengorganisir diri dalam cara yang efisien sehingga memaksimalkan prospek untuk bertahan hidup. Perusahaan dapat dipandang sebagai kumpulan kontrak (nexus of contract) artinya pengorganisasiannya dapat ditentukan oleh kontrak yang dijalinnya. Akan muncul biaya kontrak dan kontrak yang efisien. TAP berpendapat kebijakan akuntansi akan dipilih sebagai bagian dari masalah yang lebih dari pencapaian manajemen perusahaan yang lebih efisien. Perlu dicatat bahwa TAP tidak menyarankan perusahaan harus menjelaskan sepenuhnya kebijakan akuntansi yang dipergunakan. TAP berpendapat bahwa manajer sifatnya rasional dan memilih kebijakan akuntansi demi kepentingan perusahaan.  Pada akhirnya tujuan TAP adalah untuk memahami dan memprediksi pilihan kebijakan akutansi manajerial dalam perusahaan yang berbeda-beda.

 

2 The Three Hypotheses of Positive Accounting Theory

  1. Hipotesis rencana bonus (The bonus plan hypothesis). Dengan semua hal di anggap setara, para manajer perusahaan dengan rencana bonus lebih mungkin memilih prosedur akuntansi yang menggeser pendapatan yang dilaporkan dari masa datang ke saat ini.
  2. Hipotesis persyaratan perjanjian pinjaman (The debt covenant hypothesis). Dengan semua hal di anggap setara , semakin besar perusahaan melakukan pengingkaran persyaratan perjanjian pinjaman berbasis akuntansi, semakin besar kemungkinan manajer memilih prosedur akuntansi yang menggeser pendapatan dari periode akan datang ke periode berjalan.
  3. Hipotesis biaya politik (The political cost hypothesis). Dengan semua hal di anggap setara, Semakin besar biaya politik yang dihadapi oleh perusahaan, semakin besar kemungkinan manajer memilih prosedur akuntansi yang menangguhkan pendapatan yang dilaporkan dari periode berjalan ke periode akan datang.

 

3 Empirical PAT Research

  • Banyak penelitian TAP untuk pengujian hipotesis. Salah satunya Healy (1985) yang meneliti hipotesis rencana bonus. Hasil penelitiannya adalah menemukan bukti bahwa manajer perusahaan yang memiliki rencana bonus berdasarkan pada laba bersih mereka yang dilaporkan secara sistematis menggunakan kebijakan akrual sedemikian rupa untuk memaksimalkan bonus yang mereka harapkan.
  • Dichev dan Skinner (2002) mengkaji hipotesis persyaratan perjanjian pinjaman. Mereka meneliti sampel yang terdiri dari banyak persetujuan pemberian pinjaman privat (pinjaman yang tidak dapat diperdagangkan). Mereka memusatkan perhatian pada perjanjian-perjanjian dengan persyaratan yang didasarkan pada dipertahankannya rasio lancar tertentu atau pada dipertahankannya jumlah nilai bersih tertentu.

 

  • Distinguishing The Opportunistic and Efficient Contracting Versions of PAT

Christie dan Zimmerman (1994) menyelidiki mengenai tingkat pilihan kebijakan akuntansi yang meningkatkan pendapatan dalam sampel yang terdiri dari perusahaan yang menjadi target pengambilalihan. Alasan mereka adalah bahwa jika pilihan kebijakan akuntansi yang oportunis sedang terjadi, pilihan seperti ini akan lebih tak terkendali dalam perusahaan yang kemudian akan diambil, karena manajemen yang saat itu berusaha menepis tawaran pengambilalihan dengan memaksimalkan posisi keuangan dan laba bersih yang dilaporkan. Guay (1999) mempelajari aktivitas pinjaman bank perusahaan pada tahun pertama perusahaan melakukannya. Ia berpendapat bahwa kontrak kompensasi yang efisien akan mendorong manajer untuk mengurangi resiko-resiko harga yang spesifik bagi perusahaan (misalnya perusahaan migas menerapkan cegah resiko harga produksi tahun depan), karena pengurangan resiko tersebut mendorong para manajer untuk mengambil resiko-resiko lain yang spesifik bagi perusahaan. Watts (2003) menyatakan bahwa akuntansi konservatif juga dapat berperan dalam kontrak yang efisien.

 

  • Conclutions on Economics Consequences and Positive Accounting Theory

TAP berusaha memahami dan memprediksikan pilihan kebijakan akuntansi perusahaan. Secara umum, TAP menilai bahwa pilihan kebijakan akuntansi adalah bagian dari kebutuhan perusahaan secara menyeluruh untuk meminimalkan biaya modal dan biaya kontrak. TAP tidak menyiratkan bahwa pilihan kebijakan akuntansi perusahaan harus dijelaskan dengan khusus. Justru biasanya akan lebih efisien jika ada sekumpulan kebijakan akuntansi yang dapat dipilih oleh manajemen. Dari perspektif TAP, tidak sulit memahami mengapa kebijakan akuntansi dapat memiliki konsekuensi ekonomi. Dari perspektif efisiensi, kumpulan kebijakan yang tersedia mempengaruhi fleksibilitas perusahaan. Dari perspektif opportunis, kemampuan manajemen untuk memilih kebijakan akuntansi untuk keuntungannya sendiri pun terpengaruhi.

 

 

REFERENSI

 

Scott, William R., 2012, Financial Accounting Theory, Sixth Edition, University of Waterloo.