Mixed Method dalam Berbagai Fungsi Riset

 

Terjadi perdebatan yang sengit dalam riset ilmu sosial mengenai apakah pendekatan kualitatif dan kuantitatif dapat dikombinasikan. Sebagian berpandangan bahwa pendekatannya amat beda, baik dalam filsafat maupun metodologi, sehingga tidak dapat digabungkan. Sebagian yang lain berpendapat bahwa meskipun dasar ontologi dan epistemologinya beda, kuantitatif dan kualitatif dapat digabungkan dan dapat memberikan nilai manfaat.

Ritchie & Lewis (2003)  berpandangan bahwa dalam riset kebijakan, kedua pendekatan ini bisa digabungkan. Kedua pendekatan dapat menghasilkan informasi yang berguna bagi pengambilan kebijakan  maupun dalam praktek. Contohnya sebagai berikut.

contoh-mixed-method

Referensi

Ritchie, J., & Lewis, J. (2003). QUALITATIVE RESEARCH PRACTICE: A Guide for Social Science Students and Researchers. Qualitative research practice: A guide for social science students and researchers. http://doi.org/10.4135/9781452230108

 




Riset Kualitatif & Kuantitatif: Metode/Paradigma?

Apakah perbedaan riset kualitatif dengan kuantitatif? Pendapat pertama mengatakan bahwa perbedaan keduanya hanyalah perbedaan dalam menentukan metode yang tepat untuk menjawab pertanyaan penelitian, dan untuk itu bisa saling melengkapi. Dalam hal ini penekannya pada pemilihan metode atau kombinasi metode, mana yang paling pas untuk mencapai tujuan.
Pendapat kedua mengatakan bahwa pendekatan kualitatif dan kuantitatif mengandung asumsi mengenai pengetahuan tentang realitas, bagaimana kita dapat mengetahuinya, serta apa tujuan penelitiannya. Asumsi-asumsi tersebut akan menentukan apakah ini pendekatan yang digunakan dapat dikatakan cocok, legitimate, atau valid.
Pendekatan kedua inilah yang banyak dianut oleh kebanyakan peneliti kualitatif. Namun demikian belakangan juga mulai tumbuh pendekatan yang menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif, yang disebut mixed methods.

Hammersley, M. (2013). What is qualitative research? London: Continuum/Bloomsbury. p. 15

 




Evaluasi Riset Kualitatif

Metode kualitatif digunakan dalam lintas disiplin, untuk mempelajari pemaknaan yang dilakukan oleh manusia dalam perannya di dunia nyata, mengungkapkan pandangan dan perspektif mereka, mengenali kondisi kontekstual yang signifikan, menemukan atau mendapatkan tambahan wawasan mengenai konsep perilaku dan sosial, serta mengakui kontribusi berbagai perspektif teoritis dalam metode ini.
Dalam mengevaluasi riset kualitatif, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan.

Wu, Yelena P., Deborah Thompson, Karen J. Aroian, Elizabeth L. Mcquaid, and Janet A. Deatrick. “Commentary: Writing and Evaluating Qualitative Research Reports.” Journal of Pediatric Psychology 41, no. 5 (2016): 493–505.




Kelebihan dan Kekurangan Riset Kualitatif & Kuantitatif

Looi Theam Choy, “The Strengths and Weaknesses of Research Methodology: Comparison and Complimentary between Qualitative and Quantitative Approaches,” Journal Of Humanities And Social Science 19, no. 4 (2014): 99–104, http://www.iosrjournals.org/iosr-jhss/papers/Vol19-issue4/Version-3/N0194399104.pdf.




Perbandingan Riset Kualitatif & Kuantitatif

quant_qual-1

quant_qual-2

quant_qual-3

Kaya Yilmaz, “Comparison of Quantitative and Qualitative Research Traditions : Epistemological , Theoretical,” European Journal of Education 48, no. 2 (2013): 311–325.




Pengembangan Teori dan Pengujian Teori

Untuk menjawab pertanyaan “mengapa”, diperlukan teori. Teori-teori tersebut berbeda-beda dalam ruang lingkup, abstraksi dan kompleksitas (berapa banyak variabel dan hubungan-hubungan). Untuk memahami peran teori dalam riset empiris, perlu dibedakan antara pengujian teori dengan pengembangan teori.

Vaus, D. de. (2002). Research Design in Social Research. Sage Publications Ltd. 




Jumlah Referensi dalam Sebuah Artikel

Referensi atau Daftar Pustaka

Ismail Suardi Wekke (STAIN Sorong, Papua Barat)

Sebuah pertanyaan mengawali pagi ini di hari Maulid (12/12 2016). “berapa referensi yang patut digunakan dalam sebuah artikel?”. Tidak ada batasan yang baku. saya menjawabnya dengan satu kalimat komprehensif. Kondisi yang kedua adalah dimana artikel tersebut akan dipublikasikan?. jikalau sebuah artikel dipublikasikan dalam jurnal nasional terakreditasi, maka artikel harus menggunakan referensi dengan wawasan internasional. walaupun sebuah artikel mempublikasikan hasil penelitian yang dilaksanakan secara lokal, tetapi referensi dalam bagian state of the art adalah referensi yang diterbitkan dan dibaca secara internasional. demikian pula referensi pembanding dalam bagian pembahasan juga adalah artikel yang sudah dipublikasikan di tingkat internasional.

Senada dengan jawaban singkat saya tentang jumlah, Lovaglia (1991) mengemukakan jawaban terkait pertanyaan “The ideal number of references”, jawabannya adalah adequacy (kecukupan). seorang penulis memiliki pandangan tersendiri, jumlah referensi yang mencukupi untuk sebuah artikel. Lovaglia juga memberikan jumlah, seperti dalam kajian sosilogi, minimal sarannya sebanyak 65 artikel. namun, menurut saya bukan hanya tentang jumlah referensi tetapi terkait dengan kelengkapan. Jika sebuah artikel dalam pendidikan Islam tetapi tidak merujuk kepada karya monumental seperti Mastuhu, Zamaksyari Dhofier, Azyumardi Azra, Samsul Nizar, Abdurrahman Mas’ud, Imam Suprayogo, maka tidaklah lengkap. Nama-nama yang saya ketikkan tersebut merupakan para sarjana yang menggeluti kajian pendidikan Islam.

Untuk artikel review, idealnya sebuah artikel merujuk tidak kurang dari 100 artikel. Aturan ini tidak tertulis, saya hanya mendengarnya dari Pak Istadi (Universitas Diponegoro). ini merupakan kelaziman dalam bidang ilmu teknik kimia. Sementara dalam kajian keislaman saya belum mendapatkan informasi terkait dengan jumlah.

Sekarang ini dengan adanya aplikasi seperti Zotero dan Mendeley memudahkan penulis untuk mengecek keseluruhan artikel yang dirujuk dalam batang tubuh artikel terdapat dalam daftar pustaka. Di masa lalu, ada kesulitan bagi penulis dalam memastikan semua artikel yang dirujuknya terdapat dalam pustaka. Kajian Eichorn & Yankauer (1987) menunjukkan bahwa penulis kadang lalai untuk mengecek kembali apa yang dirujuknya kemudian menempatkannya dalam daftar pustaka. 31% dari 150 artikel yang diteliti terdapat kesalahan sitasi. Sementara 1 dari 10 artikel, menempatkan rujukan yang tidak akurat. Begitu pula 31% artikel bahkan menyajikan referensi yang tidak akurat.

Sekadar sebuah contoh saja, tiga artikel berikut dipublikasikan di media yang berbeda. Pertama, artikel diterbitkan di jurnal nasional terakreditasi: https://www.academia.edu/…/MUSLIM_MINORITY_ON_LEARNING_AND_…. Artikel kedua, diterbitkan di prosiding seminar nasional: https://www.academia.edu/…/TANTANGAN_PENGEMBANGAN_PEMBELAJA…. Terakhir, artikel diterbitkan di jurnal regional: http://www.academia.edu/…/RITUAL_SASI_LAUT_AKULTURASI_AGAMA…. Ketiga artikel tersebut memiliki jumlah referensi yang berbeda-beda. Maka jawaban kedua dalam pertanyaan “jumlah referensi” adalah sasaran penerbitan. Jikalau itu untuk publikasi awal, maka referensi cukup dengan angka 10-an. Sementara kalau untuk kepentingan prosiding diperlukan angka 20-30. Adapun untuk artikel di jurnal nasional 30-40.

Rujukan:
Eichorn, P., & Yankauer, A. (1987). Do authors check their references? A survey of accuracy of references in three public health journals. American Journal of Public Health, 77(8), 1011-1012.
Lovaglia, M. J. (1991). Predicting citations to journal articles: The ideal number of references. The American Sociologist, 22(1), 49-64.
Webster, J., & Watson, R. (2002). Analyzing the Past to Prepare for the Future: Writing a Literature Review. MIS Quarterly, 26(2), Xiii-Xxiii.




Peringkat Perguruan Tinggi dengan Mahasiswa Terbanyak 2015

Puspawarna Pendidikan Tinggi Indonesia 2011-2015




Ontologi, Epistemologi, serta Paradigma

Memahami penelitian ilmu sosial dengan memahami terlebih dahulu ontologi, epistemologi, serta perspektif teoritis.
ontologi, epistemologi, serta perspektif teoritis/paradigma

Katie Moon and Deborah Blackman, “A Guide to Understanding Social Science Research for Natural Scientists,” Conservation Biology 28, no. 5 (2014): 1167–1177.

Sistematika lengkap Metodologi Penelitian Kualitatif (Qualitative Research Methodology):  ontology, epistemology, theoretical perspective
to predict, understand, emancipate, liberate, deconstruct, any or all




Copy Paste dari PDF ke MS Words

1. Cara copy paste dari PDF ke MS Words

2. Ini pun boleh dicoba http://www.textfixer.com/