Reksa dana, apa itu?

Sejak 2011 reksa dana yang tercatat di Bursa Efek Indonesia terus berkembang dengan tingkat pertumbuhan mencapai 15,45% pertahun, dari 612 menjadi 1425 macam reksa dana. Pertumbuhan ini mencerminkan minat masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal mulai meningkat.

Mengapa reksa dana tumbuh pesat?

Investor yang sibuk atau tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengelola investasinya akan berinvestasi dalam reksa dana karena kemudahan yang ditawarkan lebih baik dibandingkan investasi lainnya.  Selain itu ada beberapa kemudahan yang menguntungkan lainnya adalah:

  • Murah, nilai investasi yang diperlukan tidak besar mulai dari Rp100.000.
  • Likuid, mudah dicairkan (mudah dijual kembali).
  • Praktis, investasi reksa dana dapat dilakukan secara online. Langsung ke penerbit reksa dana atau melalui agen penjualan, serta kinerja reksa dana dapat dipantau setiap hari.
  • Fleksibel, jual beli reksa dana dapat dilakukan kapan saja.

Apa itu reksa dana?

Mengacu pada UU no.8/1995 tentang Pasar Modal, reksa dana merupakan keranjang investasi untuk menghimpun dana investor kemudian oleh manajer investasi dana tersebut dinvestasikan dalam portfolio efek.

Portfolio efek yang dimaksud adalah aset pasar uang, obligasi, saham. Secara umum berdasarkan portfolio efeknya reksa dana dapat dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu:

  • Pasar Uang, surat berharga yang jatuh temponya maksimal satu tahun. Contohnya: deposito, tabungan, obligasi yang akan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Reksa dana yang seluruhnya diinvestasikan dalam aset ini disebut dengan Reksa Dana Pasar Uang.
  • Obligasi, surat utang yang menjanjikan pembayaran kupon dan nominal utangnya dalam periode tertentu. Manajer investasi yang menginvestasikan minimal 80% dana kelolaannya dalam obligasi disebut Reksa Dana Pendapatan Tetap.
  • Saham, surat bukti kepemilikan perusahaan. Manajer investasi yang minimal 80% dana kelolaannya dalam saham disebut Reksa Dana Saham.
  • Reksa dana yang setiap saat berinvestasi dalam ketiga aset tersebut (maksimal 79% per aset), disebut Reksa Campuran

Manajer Investasi menawarkan reksa dana kepada masyarakat dalam bentuk unit penyertaan. Investor yang membeli unit penyertaan tersebut artinya mempercayakan dana investasinya dikelola para manajer investasi. Maksud pengelolaan dana investasi adalah aktivitas manajer investasi yang melakukan transaksi jual beli efek di bursa, dimana hasil dari pengelolaan mereka tercermin dalam harga unit penyertaan yang biasa dikenal dengan NAB (Nilai Aktiva Bersih).

Siapakah Manajer Investasi?

Manajer investasi adalah perusahaan yang mengelola portfolio efek untuk para investor yang menjadi nasabahnya. Perusahaan tersebut bukan perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank, tetapi mereka melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Manajer investasi harus mendapat izin dari Pemerintah sebelum menjalankan kegiatannya.

Manager investasi mengelola dana yang terkumpul dalam reksa dana, mereka juga bertanggung jawab terhadap setiap kegiatan investasi antara lain analisis investasi, pengambilan keputusan investasi,  pemantauan pasar, dan mengambil tindakan lain yang sekiranya diperlukan. Atas kegiatan pengelolaan tersebut manajer investasi mendapat imbalan jasa dalam bentuk management fee, performance fee, dan entry/exit fee.

Keuntungan berinvestasi reksa dana diukur dari kenaikan NAB setelah dikurangi biaya pengelolaan.

Salam

ADM




Pendapatan Investasi Saham (2)

Melanjutkan tulisan terdahulu, pada kesempatan ini dibahas tentang penentuan pendapatan dengan metode yang lainnya.

Arithmetic mean atau AMR merupakan perhitungan rata-rata pendapatan dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan kemudian membagi dengan total periodenya. Metode ini disebut juga simple average.

            Pendapatan1 + Pendapatan 2 +…+ Pendapatan n

AMR  = —————————————————————–

n

dimana,

AMR = pendatan rata-rata selama jangka waktu investasi

n = jangka waktu investasi

Hasil perhitungan pendapatan dengan metode aritmatik ini lebih mencerminkan sebaran pendapatan selama jangka waktu investasi.

Tahun

Pendapatan A (%)

Pendapatan B (%)

2016

2015

20 14

2013

2012

Arithmetic mean

15,25

20,32

-15,25

-12,50

18,20

7,28

9,00

7,00

6,30

6,00

5,00

6,66

Kelemahan metode ini adalah nilai rata-rata pendapatan sering bias terutama jika pendapatan selama investasi berfluktuasi secara signifikan seperti contoh di atas. Dari tabel di atas terlihat bahwa aset A memiliki pendapatan (arithmetic mean) yang lebih baik dibandingkan aset B, namun jika dilihat fluktuasi pendapatannya maka aset B lebih baik daripada aset A, pendapatan aset B lebih stabil. Jadi aset mana yang lebih baik pendapatannya, aset A atau aset B?

Untuk menjawab hal tersebut dapat digunakan geometric mean return atau GMR dengan formulasi sebagai berikut.

GMR = [(1 + Pendapatan1) x (1 + Pendapatan 2) x … x (1 + Pendapatann)]1/n – 1

dimana,

GMR = pendapatan rata-rata selama jangka waktu investasi

n = jangka waktu investasi

Maka GMR A adalah [(1+15,25%) + (1+20,3%) + (1-15,25%) + (1-12,50%) + (1+18,20%)]1/5 – 1 = 3,98%

dan GMR A adalah [(1+ 9,0%) + (1+7,0%) + (1+6,3%) + (1+6,0%) + (1+5,0%)]1/5 – 1 = 6,65%

Berdasarkan GMR atau CR, maka pendapatan aset A lebih kecil daripada pendapatan aset B, namun kedua aset tersebut menghasilkan pendapatan yang lebih kecil dari perhitungan AMR sebelumnya.

Perbedaan terjadi karena GMR mempertimbangkan keterkaitan pendapatan dari waktu ke waktu. Misalnya, jika pendapatan tahun ini -100% maka kemampuan investasi menghasilkan pendapatan yang kita inginkan pada tahun depan menjadi lebih berat, demikian juga sebaliknya.

Geometric Mean Return disebut juga metode CR (compounded return) atau CAGR (Compound Annual Growth Rate), sedikit modifikasi model untuk penentuan CAGR seperti persamaan beriktu ini.

CAGR tn = (Dana tn / Dana t0) (1/n)  – 1

dimana,

CAGR tn = persentase pendapatan tahunan

Dana tn   = total dana diperoleh sampai dengan tahun ke n

Dana tn   = nilai investasi awal

n = lama waktu investasi

Misalnya Zulham membeli saham UNTR pada akhri Januari 2007 seharga Rp6.585,78 perlembar, dan dijual pada akhir Januari 2017 dengan harga Rp22.075 perlembar. Selama 10 tahun, Zulham menerima dividen total Rp4030,5 perlembar. Jika menggunakan AMR total pendapatannya = ((Rp22.075+Rp4.030,5-Rp6.585,78)/ Rp6.585,78) = 296,39 %, jadi pendapatannya = 296,39 %/10 tahun = 29,39% pertahun.

Jika menggunakan CAGR, maka pendapatannya = ((Rp22.075 + Rp4.030,5)/Rp6.585,78) (1/10)  – 1 = 14,77% pertahun. Inilah pendapatan yang riil atau sebenarnya.

Kapan kita memakai AMR atau GMR? Jika beranggapan pendapatan investasi tidak berhubungan dari waktu ke waktu maka gunakan AMR untuk menghitung rata-rata pendapatan investasi. Namun jika ingin menghitung rata-rata pendapatan tahunan yang sebenarnya atau riil maka gunakan GMR, karena lebih akurat.

Salam

ADM




Pendapatan Investasi Saham (1)

Tidak ada investor yang tidak mengharapkan pendapatan yang lebih besar daripada investasinya. Investor senantiasa mencari keuntungan, para investor perlu mengetahui dan menguasai metode penghitungan pendapatan selain akan memudahkan investor untuk menentukan sendiri pendapatan yang diharapkan sekaligus mengenali risiko yang terdapat dalam investasinya. Bagaimana menghitung pendapatan dengan benar sehingga tujuan investasi bisa tercapai? Ada beberapa metode perhitungan pendapatan investasi antara lain, TR (total return), AMR (arithmetric mean return), GMR (geometric mean return), CR (compound return), AR (annualized return).

Tulisan pertama ini membahas tentang TR atau Total Return. TR adalah  perhitungan keuntungan atau kerugian dari investasi selama kurun waktu tertentu. TR dihitung dalam dua tahapan. Tahap pertama menentuka total dana yang diterima selama kurun waktu investasi (termasuk perubahan nilai investasi) kemudian dibandingkan dengan total dana yang dikeluarkan pada awal investasi

             Dana Diterima – Dana Investasi

TRt1 =    ———————————————

Dana Investasi

dimana,

TRt1 = persentase pendapatan aktual, diharapkan, atau dibutuhkan selama waktu investasi

Dana Diterima = total dividen + capital gain or loss

Dana Investasi = nilai investasi awal atau dana awal yang diinvestasikan.

Metode TR lebih mudah dihitung dan digemari investor karena menggambarkan tingkat pengembalian historis dalam jangka panjang, seperti contoh berikut ini.

Zulham memiliki saham Astra Argo Lestari (AALI) dan saham United Traktor (UNTR), kedua saham dibeli Januari 2015 dan dijual pada Januari 2017. Saham AAL dibeli pada seharga Rp22.344,40 perlembar dan Januari 2017 dijual pada harga Rp15.775 perlembar. Saham AALI membayar dividen perlembar pada: April 2015 senilai Rp472, September 2016 senilai Rp99. Total dividen yang diterima Zulham dari saham AALI adalah Rp571.

Sementara itu saham UNTR dibeli pada harga Rp17.600 perlembar dan Januari 2017 dijual pada harga Rp21.850. Saham UNTR membayarkan dividen perlembar pada: April 2015 senilai Rp545, September 2015 senilai Rp251, Mei 2016 senilai Rp440, dan September 2016 senilai Rp143. Jadi total dividen yang diterima Zulham dari UNTR mencapai Rp1.379 perlembar.

Total pendapatan Zulham pada akhir Januari 2017 atau pada saat menjual sahamnya adalah:

AALI -> TPt1 = (Rp571 + Rp15.775 – Rp22.344,40) / Rp22.344,40 =  -26,85%

UNTR->TPt1 = (Rp1.379 + Rp21.850 – Rp17.600) / Rp17.600 = 31,98%

Total pendapatan Zulham dari investasi saham mencapai 5,13%, pendapatan terbesar diperoleh dari saham UNTR baik dalam Rupiah maupun persentasenya.

Investor juga dapat menentukan pendapatan sebenarnya (real return) dengan cara mengurangkan tingkat inflasi dari pendapatan nominal.

Untuk kasus di atas, jika inflasi tahun 2016 mencapai 3,02% maka pendapatan sebenarnya Zulham adalah 5,13% – 3,02% = 2,11%. Dengan kata lain kekayaan Zulham mengalami kenaikan bersih sebear 2,11%.

Salam

ADM

 




Metode Penilaian Nilai Perusahaan

Nilai ini merupakan penghargaan masyarakat atas kinerja perusahaan dan prestasi yang diraih dalam melayani masyarakat atau para pemangku kepentingan. Bagi pemilik dan calon pemilik nilai perusahaan ini sangat diperhatikan karena menunjukan kemampuan perusahaan meningkatkan kesejahteraan pemiliknya.

Nilai perusahaan tercermin dalam nilai pasar dari suatu ekuitas perusahaan dan nilai pasar utang. Peluang investasi di masa mendatang juga akan mendorong kenaikan nilai perusahaan. Peluang investasi membutuhkan tambahan dana, sehingga keputusan perusahaan untuk menambah modal dalam bentuk saham baru dan atau utang akan meningkatkan nilai perusahaan.

Fakta empiris di pasar modal Indonesia menunjukkan bahwa keputusan pendanaan, kebijakan deviden, keputusan investasi, pertumbuhan perusahaan, dan ukuran perusahaan memiliki pengaruh terhadap pergerakan nilai perusahan. Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi harga ekuitas dan utang maka semakin tinggi nilai perusahaan, demikian juga sebaliknya.

Tidak ada nilai perusahaan yang sama, setiap investor mempunyai cara pandang yang berbeda dalam merespon informasi-informasi terkait dengan kinerja perusahaan ataupun perubahan kondisi perekonomian. Banyak cara yang dapat digunakan untuk menilai perusahaan, antara lain: Price Earnings Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), Market to Book Value (MBV), Free Cash Flow (FCF), Price to Cash Flow Ratio (PCF), Tobin’s Q.

Salah satu metode yang dibahas dalam tulisan ini adalah PER (Price Earnings Ratio), metode lain akan dibahas dalam lanjutan tulisan ini.

 

PER (Price Earnings Ratio)

PER adalah fungsi dari perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

PER yaitu rasio yang mengukur aprrsiasi masyarakat atas kinerja perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi pemilik perusahaan. Rumusan yang digunakan adalah:

Harga Pasar Saham

PER= ——————————–

Laba per Lembar Saham

Nilai PR dinyatakan dalam kelipatan, sebagai contoh tahun 2015 yang lalu harga (penutupan) saham Telkom  Rp3.105 dan Laba per Lembar Saham Rp153,66, maka nilai PER 20,21 kali. Nilai 20,21 tersebut mengungkapkan dengan sangat jelas bagaimana investor berani membayar 20 kali lebih mahal harga sebuah saham yang memberikan keuntungan Rp153,66. Nilai PER mencerminkan penghargaan investor terhadap kinerja perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.

Nilai PER berfluktuasi seirama dengan kemampuan perusahaan menciptakan keuntungan bagi pemegang saham. Investor ataupun analis perlu memperhatikan dan memahami karakter faktor-faktor yang mempengaruhi pergerakan nilai PER. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi PER adalah:

  • Tingkat pertumbuhan laba
  • Dividend Payout Ratio (DPR).
  • Tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemodal.

Bapaimana faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi PER?

  1. Pertumbuhan Laba.

Petumbuhan laba memiliki pengaruh positif terhadap nilai PER. Semakin tinggi pertumbuhan laba semakin tinggi nilai PER, demikian juga sebaliknya. Laba perusahaan yang tumbuh tinggi menunjukan potensi keuntungan yang lebih besar di masa yang akan datang. Laba perusahaan yang tinggi menunjukkan perusahaan mengelola bisnisnya dengan efisien. Perusahaan yang mampu menghasilkan profitabilitas yang tinggi dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat, sehingga mereka berani berinvestasi pada perusahaan tersebut. Saham dari perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas dan pertumbuhan laba yang tinggi akan lebih diminati investor sehingga mendorong peningkatan harga sahamya yang lebih besar.

        2. Dividend Payout Ratio (DPR).

Nilai DPR memiliki pengaruh positif terhadap nilai PER. Seperti pertumbuhan lama, maka semakin tinggi nilai DPR semakin tinggi nilai PER nya. Kemampuan perusahaan membayarkan keuntungan bagi pemegang saham akan meningkatkan kesejahteraan pemegang saham.  Kondisi ini memberikan sinyal kepada para investor bahwa perusahaan mampu mempertahankan DPR dalam jangka panjang. Sinyal ini akan direspon positif oleh pasar dan mendorong harga saham naik lebih tinggi lagi. Terlebih bagi para investor yang mengejar pertumbuhan tinggi, mereka akan berupaya maksimal untuk mendapatkan saham  dengan karakter pertumbuhan dividen yang tinggi.

           3. Required Rate of Return (ROR atau r)

Nilai ROR merupakan tingkat keuntungan yang dianggap layak bagi investor atau tingkat keuntungan yang disyaratkan. Jika keuntungan yang diinginkan investor lebih besar dari tingkat keuntungan yang mampu diberikan oleh perusahaan, maka investor akan menjual saham tersebut. Situasi ini akan mendorong penurunan harga saham lebih jauh, demikan juga sebaliknya. Sehingga nilai ROR memiliki pengaruh negatif terhadap nilai PER, namun pengaruhnya tidak langsung. Semakin tinggi nilai ROR dibandingkan kemampuan perusahaan, maka semakin rendah nilai PER.

 

Pada kenyataannya ketiga faktor tersebut bersifat dinamis, ketiga faktor berfluktuasi sebagai respon atas perubahaan kondisi perekonomian secara umum. Untuk itu para investor harus senantiasa memonitor investasinya.




Dinamika Pasar Modal

pasar modal

Pasar modal yang menjadi idaman para investor adalah pasar modal yang memiliki daya tahan terhadap pengaruh eksternal. Mereka mengharapkan stabilitas pasar yang akan berdampak pada stabilitas return dari investasi mereka. Namun pada kenyataannya, di pasar modal harga saham sering bergerak liar tidak terduga, indeks turun naik di luar prediksi para investor. Banyak faktor eksternal yang mendorong  dinamika di pasar modal, diantaranya: kondisi perekonomian (lokal, regional, global), gejolak pasar modal pada masa lalu,  gejolak dari pasar modal yang lain.

Sebagai contoh dinamika BEI (Bursa Efek Indonesia) banyak dipengaruhi oleh gejolak perekonomian dunia, maupun pergerakan pasar modal dunia. Berdasarkan hasil penelitian lainnya, ternyata setelah krisis keuangan global (dampak dari krisis sub-prime mortgage di Amerika tahun 2007) dinamika BEI tidak lagi terlalu dipengaruhi oleh pergerakan indeks saham pasar modal negara tetangga, demikian juga dengan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang dunia. Dinamika BEI setelah 2008 bergerak seiring dengan pergerakan pasar modal di Asia lainnya namun terbatas pada saham dari perusahaan-perusahaan yang listing di lebih dari satu pasar modal. Misalnya PT X listing di BEI, sementara itu anak perusahaan PT X listing di Hang Seng.

Pada umumnya investor senantiasa mencari keuntungan, gaya investasi dan tipe investor akan mempengaruhi tingkat sensitivitas atas keuntungan yang diharapkan atau diterima. Investor akan mencari pasar modal yang memiliki daya tahan terhadap gejolak faktor eksternal, sehingga mereka dapat memperkirakan untung atau ruginya dengan lebih akurat. Semakin dinamis sebuah pasar menunjukan daya tahan yang rendah terhadap gejolak faktor eksternal, demikian juga sebaliknya.

Dinamika Pasar Modal Konvensional vs Syariah

Ada perbedaan daya tahan pasar modal menghadapi gejolak faktor eksternal, baik untuk pasar modal konvensional maupun pasar modal syariah.

Dalam jangka pendek,  ada kecenderungan pasar modal syariah lebih tahan terhadap gejolak faktor eksternal dibandingkan dengan pasar modal konvensional. Ternyata dalam jangka panjang, ada kecenderungan pasar modal konvensional lebih tahan terhadap perubahan faktor eksternal dibandingkan dengan pasar modal syariah.

Jika melihat tingkat volatilitasnya ternyata antara pasar modal konvensional dan syariah tidak terlalu berbeda. Walaupun demikian pasar modal konvensional memiliki daya tahan yang lebih rendah dalam menahan dampak gejolak pasar pada periode sebelumnya. Berdeda dengan pasar modal konvensional, ternyata pasar modal syariah memberikan pengaruh cukup nyata kepada pasar modal konvensional.

Artinya pergerakan yang terjadi di pasar modal syariah akan diikuti pergerakan pasar saham konvensional, namun tidak untuk sebaliknya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pasar modal syariah merupakan tempat investasi yang dapat diandalkan.

Dinamika Pasar Modal vs Investor

Gaya investor akan mempengaruhi keputusan investasi, demikian juga dengan investasi di pasar modal.

Investor dengan tipe petualang risiko, akan berinvestasi di pasar yang memiliki dinamika tinggi. Mereka sangat percaya pada prinsip high risk high return dan menikmati petualangan risiko atas besar kecilnya keuntungan investasinya. Mereka lebih suka menggunakan analisis teknikal sebelum mengambil keputusan investasi. Investor seperti ini berorentasi pada keuntungan jangka pendek.

Di sisi lain, investor dengan tipe penghindar risiko, akan mencari pasar modal yang memiliki dinamika rendah atau berdaya tahan tinggi terhadap gejolak faktor eksternal. Atau pasar modal yang stabil, dan menjanjikan keuntungan masa depan. Mereka menikmati kesabaran dalam melihat gejolak pasar modal, karena yakin akan pertumbuhan peruahaan di masa yang akan datang. Investor tipe ini lebih senang menggunakan analisis fundamental sebelum memutuskan investasinya. Mereka berorientasi pada keuntungan jangka panjang.

Jadi bagaimanapun kondisi pasar modal dan gaya investasi Anda, ayo beli saham.