Peluang dan Tantangan Pemasaran Wisata di Indonesia

Perkembangan pariwisata di Indonesia sangatlah pesat saat ini, terutama semenjak acara wisata di beberapa televisi swasta ditayangkan. Pada acara televisi tersebut ditayangkan tempat-tempat wisata yang sudah dikenal bahkan yang masih belum banyak dikenal mulai diekspos dan dikenal banyak orang. Dari wisata pegunungan, laut, taman wisata hingga wisata kuliner diulas dalam acara tersebut, secara tidak langsung kepopuleran acara tersebut kemudian mempengaruhi berbagai pihak baik masyarakat bahkan juga pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Sebagai contoh pemerintah kemudian membuat program Pesona Indonesia atau yang lebih dikenal dengan “WONDERFULL INDONESIA” kemudian makin memperkuat citra Indonesia sebagai salah satu negara tujuan wisata yang menarik untuk dijadikan destinasi wisata bagi turis dalam dan luar negeri.

Berbagai destinasi wisata merupakanbeberapa objek wisata yang ada di Indonesia, dimana masih terdapat lebih banyak objek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Keberadaan objek wisata tersebut merupakan “mutiara terpendam” yang jika dikenal dan diekspos dengan tepat maka dapat menjadi sumber penghasilan baik bagi masyarakat sekitar dan juga pemerintah daerah bahkan negara pada umumnya. Perkembangan perekonomian bagi masyarakat yang memiliki objek wisata  “unik” menjadi salah satu peluang yang akan membawa perubahan bagi masyarakat khususnya bagi perekenomian. Perkembangan perekonomian masyarakat akan membantu tumbuh kembang perekenomian suatu daerah terutama daerah yang mengandalkan pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan utama, sementara bagi negera pendapatan tersebut menjadi salah satu sumber devisa.

Keberadaan objek wisata tersebut tidak semata-mata memberikan peluang namun juga dapat menjadi tantangan bagi seluruh elemen yang terlibat didalamnya, seperti pemerintah pusat dan daerah, masyarakat dan komponen lainnya. Isu mengenai pengelolaan pariwisata yang belum maksimal dilakukan memberikan dampak pada pengelolaan tempat wisata (objek dan fasilitas pendukung) dimana jika dapat dikelola dengan baik maka dapat menjadi salah satu sumber pendapatan yang berkesinambungan bagi pemerintah yang pada gilirannya dapat membantu promosi daerah serta peningkatan perekonomian. Dalam hal ini tidak hanya peran pemerintah dan masyarakat namun media juga memberikan peran yang besar terhadap perkembangan pariwisata daerah. Tanggung jawab untuk melakukan pengelolaan objek wisata secara baik dan profesional memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk turut terlibat sehingga secara tidak langsung mereka merasa memiliki tanggung jawab dalam pelestarian wisata dan budaya setempat bukan hanya memanfaatkan objek wisata sebagai sumber penghasilan. Pemahaman mengenai masalah tersebut penting untuk dibangun oleh seluruh stakeholder pariwisata di Indonesia.

Peran media juga saat ini terlihat dari berbagai publikasi yang sudah dilakukan untuk menunjang keberhasilan program wisata yang dicanangkan pemerintah. Melalui jargon hingga promosi melalui video pun mulai dilakukan oleh pemerintah demi meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Namun dari berbagai promosi yang dilakukan sudah tepatkah strategi pemasaran yang pergunakan oleh pemerintah untuk menjangkau sasaran pasar yang dituju? Mari kita ulas pada bahasan selanjutnya .




Memasuki Pasar Internasional

Perkembangan kondisi ekonomi yang ada saat ini menuntut kita untuk selalu “update” terhadap perubahan lingkungan yang terjadi, baik lingkungan internal juga lingkungan ekternal perusahaan. Lingkungan ekternal terdiri dari lingkungan ekonomi, hukum, sosial dan budaya dan lain sebaginya. Keberadaan lingkungan ekternal bagi suatu perusahaan tidak dapat diabaikan begitu saja, dikarenakan “kesadaran” pemasar untuk mengetahui perkembangan kondisi lingkungan ekternal akan ikut serta dalam mempengaruhi program pemasaran yang tepat. Jika berbicara mengenai strategik maka kondisi ekternal nantinya akan mempengaruhi strategi yang akan dipergunakan oleh perusahaan.

Kondisi persaingan saat ini menyebabkan perusahaan harus ikut serta sebagai pelaku dalam perdagangan internasional jika ingin bertahan dan mendapatkan profit yang lebih. Keadaan ini kemudian harus direspon cepat dengan berbagai cara atau strategi dari perusahaan yang ada di tanah air yang pasarnya sudah jenuh dengan pasar nasional saat ini. Beberapa strategi yang dapat dipergunakan untuk memasuki pasar internasional adalah :

  1. Lisensi merupakan strategi dimana lisensor memperbolehkan perusahaan asing untuk memproduksi barang mereka namun perusahaan asing tersebut harus membayar royalty. Strategi ini merupakan strategi yang memiliki resiko paling kecil dibandingkan strategi yang lain, namun tentu saja laba yang diperoleh tidak maksimal.
  2. Ekspor merupakan strategi dimana perusahaan menjual produknya ke luar negeri
  3. Franchising meruppak sebuah perjanjian kesepakatan antara seseorang yang memiliki bisnis untuk dipergunakan bisnisnya
  4. Contract Manufacturing
  5. International Joint Venture  dan Aliansi Strategik
  6. Foreign Direct Investment (FDI)

Dari berbagai strategi yang tersebut diurutkan berdasarkan komitmen, kontrol, resiko dan potensi profit yang diperoleh oleh perusahaan jika menggunakan strategi tersebut. semakin besar profit yang diperoleh maka akan semakin besar pula resiko yang kemungkinan akan ditanggung oleh perusahaan. Oleh karena itu, sangat penting dilakukan pemilihan strategi yang tepat agar memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari kegiatan perdagangan internasional.




Bagaimana Media Sosial Menghubungkan Setiap Orang

Fenomena sosial media merupakan “Virus” yang tidak ada habisnya, dimana adanya sosial media membantu orang terhubung dengan orang lainnya tanpa dibatasi ruang dan waktu. Berbagai sosial media yang umumnya kita kenal saat ini seperti Website, Twitter, Facebook, Instagram, Line, Path bahkan Whatsapp menjadi sangat booming sehingga membuat orang terhipnotis untuk menggunakan media tersebut untuk sekedar narsis atau bahkan berbagi informasi.

jejaring

Kondisi diatas kemudian secara langsung berpengaruh pada cara konsumen untuk berkomunikasi dengan produsen atau marketer (pemasar). Mereka memanfaatkan media sosial untuk melakukan interaksi yang bersifat dua arah. Hal ini tentu sangat bermanfaat bagi konsumen, karena selain sifat informasi yang inteaktif, sosial media juga memungkinkan adanya komunikasi langsung yang terjadi sehingga memudahkan konsumen untuk dapat menanyakan secara langsung mengenai produk yang diinginkan.

Keberadaan sosial media ini juga membantu produsen yang selama ini tidak memiliki “LAPAK” offline untuk turut berpartisipasi dalam menawarkan produk dan jasa yang mereka miliki bagi konsumen. Seperti halnya globalisasi yang memiliki arti borderless (tanpa batas) hal ini juga teraplikasi langsung dalam fenomena sosial media pada saat ini. Lokasi atau toko secara nyata tidak wajib dimiliki, namun dengan memiliki account dimedia sosial sudah dapat menjadi “LAPAK ONLINE” yang sangat menguntungkan bagi seluruh produsen.

Salah satu media yang sedang booming saat ini adalah instagram. Karakteritsik dari informasi yang ada diintstagram dapat membantu produsen untuk memposting barang atau layanan yang mereka punya dengan dilengkapi gambar dan spesifikasi produk.Kemudian dengan segera respon dari konsumen yang puas atau tidak puas dengan suatu produk dapat memberikan testimoni langsung. Testimoni tersebut kemudian menjadi penghubung antara konsumen baru dan potential customer, seperti yang ada pada gambar dibawah ini :

img_2264img_2263

Adanya sosial media memberikan keuntungan langsung tanpa perlu mengelurkan biaya dalam jumlah besar.




Inovasi Pengrajin Kain Tradisional

Daerah manakah di Indonesia yang pernah Anda kunjungi?pernahkah sama-sama kita mencermati berbagai kekayaan alam dan budaya di Indonesia? Salah satu kekayaan budaya Indonesia adalah  kain khas Nusantara. Perkembangan kain-kain Nusantara mulai menggeliat namun gaungnya masih belum terdengar seperti layaknya keindahan alam Indonesia yang sudah sangat dikenal Dunia. Masyarakat dunia sudah sangat mengenal Batik sebagai salah satu kain khas asli Indonesia. Selain batik,  Indonesia juga memiliki kain khas lainnya yaitu tenun yang dibuat dari berbagai daerah yang ada di Indonesia.

Kain tenun juga merupakan salah satu kerajinan di Indonesia yang pelan-pelan mulai mendapat perhatian tersendiri dari penikmat seni dan masyarakat Indonesia dan dunia. Beberapa diantaranya adalah kain tenun yang berasal dari daerah Nusa Tenggara seperti kain tenun buna, songket, ikat (Nusa Tenggara Timur); Subhanalee, tereng, songket, sasambo (Sasak dan Mbojo), Rangrang (Nusa Tenggara Barat) (https://m.tempo.co. ;http://hellolombokku.com). Namun beragamnya jenis kain ternyata tidak menjadi daya tarik kuat bagi para pecinta kain tanah air, baru setelah berkembangnya dan mulai dikenalnya pariwisata dimasing-masing daerah kemudian berimbas pada mulai dikenal meluasnya kain tenun tradisional tersebut.

Lombok merupakan salah satu pulau yang menjadi bagian dari Provinsi Nusa Tenggara Barat 4.725 km persegi. Keberadaan berbagai objek wisata di Lombok yang mulai dikenal kemudian memiliki dampak terhadap mulai dikenalnya kain tradisonal khas lombok. Secara umum penghasil kain di Pulau Lombok bersal dari tiga daerah utama yaitu Desa Sade  dan Desa Sukarare (Lombok Tengah) dan Desa Pringgasela (Lombok Timur). Berdasarkan hasil penelusuran dari penulis ketiga desa ini merupakan acuan dari berbagai model dan motif kain di khas Lombok. Motif kain tersebut dari ketiga daerah tersebut hampir sama, yang membedakan hanya jumlah helaian dari masing-masing kain, dimana umumnya kain dari Desa Pringgasela memiliki tenunan yang lebih rapat.

Kain asal Lombok yang beberapa lama ini sangat dikenal adalah kain rangrang yang merupakan motif kain berbentuk segitiga dengan berbagai warna yang mencolok.

img_1157

Kain diatas sempat menjadi perhatian dari masyarkat karena warna dan motifnya yang menarik, namun kemudian tidak dapat berkembang karena hasil wawancara penulis dengan salah satu kolektor dan pemerhati kain tradisional Indonesia Ibu Dr.Aviliani, kelemahan dari kain tenun Indonesia adalah kainnya yang terlalu tebal sehingga tidak dapat dijadikan sebagai pakaian yang nyaman untuk orang-orang yang tinggal di daerah tropis seperti Indonesia. Hal ini kemudian memunculkan kesempatan bagi produsen kain pabrik atau sejenisnya untuk kemudian membuat kain motif serupa namun lebih tipis. Ternyata ketika kain tersebut dilempar kepasaran justru lebih diminati oleh konsumen karena lebih sesuai untuk dibuat pakaian dan harganya lebih murah.

Kain tenun sendiri bukan hanya merupakan kain, namun merupakan simbol, kisah dimana terkandung makna dan filosopi sejarah dari masing-masing daerah asal kain tersebut. Namun jika melihat peluang yang ada, pada saat ini pelaku industri kain nusantara banyak yang belum memahami mengenai selera konsumen, dengan tetap bertahan pada pakem-pakem pembuatan kain yang sudah diwarisi dari zaman nenek moyang mereka. Sementara terkadang hal tersebut sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman yang ada sekarang ini, hal ini kemudian menyebabkan kurang diminatinya kain tersebut bahkan oleh orang Indonesia sekalipun.

#gallery-1 { margin: auto; } #gallery-1 .gallery-item { float: left; margin-top: 10px; text-align: center; width: 33%; } #gallery-1 img { border: 2px solid #cfcfcf; } #gallery-1 .gallery-caption { margin-left: 0; } /* see gallery_shortcode() in wp-includes/media.php */

Lama kelamaan kelemahan tersebut mulai dibahas dan dilakukan perbaikan oleh para pengrajin kain. Kain diatas merupakan Contoh kain  kain yang dibuat dengan bahan yang lebih tipis disebut dengan kain seset.  Perkembangan lainnya adalah penggunaan warna-warna natural atau warna alam sebagai bahan pewarna diharapakan menjadi salah satu inovasi untuk menarik konsumen, mengingat kembali boomingnya istilah kembali pada alam (back to nature) hal ini juga sekaligus menjadi salah satu sumber keunggulan kompetitif dari produk kain asal Lombok.

img_1172

Perkembangan Sosial media juga ternyata berimbas kepada cara penjualan yang digunakan oleh para pengrajin dalam memasarkan kain tradisional mereka dengan mulai memiliki account di Facebook sebagai salah satu metode pemasaran baru bagi mereka. Dimana kefektifan dari metode sosial media masih perlu pendalaman lebih untuk melihat dampaknya terhadap penjualan kain asal Lombok.Semoga kedepan semakin banyak inovasi yang dibuat para pengrajin untuk dapat meningkatkan minat beli konsumen. Jaya terus kain Indonesia, jadilah pemenang di negara sendiri.




Entrepreneurship

Menarik bagi kita untuk menumbuhkan semangat berwirausaha terutama untuk kalangan anak muda, dimana lebih banyak dari generasi yang ada saat ini lebih didoktrin untuk menjadi pegawai dari pada menjadi “BOS” bagi diri mereka sendiri. Dibeberapa negara maju jumlah wirausaha yang rata-rata 2% dari jumlah populasi yang ada. Apa artinya? Jika ingin menjadi negara dengan perekenomian yang kuat, maka harus masyarkatnya harus diarahkan untuk dapat mandiri sehingga bukan hanya menciptakan penghasilan untuk probadi orang tersebut bahkan juga untuk orang lain.

Sejak awal mengajar di Perbanas Institute, saya dipercaya untuk mengampu mata kuliah Pengantar Bisnis yang merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa program studi S1 Manajemen. Diawal kuliah saya selalu memulai dengan pertanyaan: Adakah diantara kalian yang memiliki bisnis?. Dari pertanyaan itu hanya 2% hingga 10% mahasiswa yang mengacungkan jari. Dari yang mulai dengan usaha penjualan pulsa, pakaian, makanan hingga komputer. Ada rasa bangga dalam diri saya bahwa mahasiswa yang mengikuti perkuliahan dikelas saya sudah mengetahui praktek nyata suatu bisnis. Namun selain bangga saya juga merasa kurang percaya diri atau minder karena saya sendiri sebagai dosen belum memiliki bisnis.

Akhirnya dengan semangat tersebut, saya bersama tiga rekan saya memutuskan untuk membuat usaha “Silky Puding”. Kami memulai bisnis tersebut dengan modal 500ribu rupiah kemudian bisa menghasilkan keuntungan yang membuat kami tersenyum lebar. Diawal bisnis kami agak khawatir untuk menjual produk kami namun dengan awalan yang dapat dikatkan sangat mulus karena kami menawarkan produk kepada rekan sesama dosen dan karyawan, yang diluar dugaan kami rupanya cocok dengan selera penikmat puding. Berikut merupakan sampel produk yang kami jual :

IMG_6112Silky Puding dengan 16 rasa yang familiar dengan lidah Indonesia dan dilengkapi dengan rasa yang “Kekinian” yaitu :

  1. Swiss Choco
  2. Choco Almond
  3. Hazelnut
  4. Mocca
  5. Taro
  6. Vanilla
  7. Green Tea
  8. Bubblegum
  9. Stroberi
  10. Caramel
  11. Durian
  12. Mangga
  13. Pisang (Banana)
  14. Leci
  15. Vanilla Blue
  16. Peach

 

Setelah bisnis ini dijalankan hampir tiga bulan kami telah memiliki beberapa pelanggan tetap yang secara rutin memesan silky puding sehingga secara perlahan dari awalnya selalu bingung pangsa pasar dari produk ini lama kelamaan dengan sendirinya kami berhasil menetapkan pangsa pasar yang potensial. Dalam beberapa teori pemasaran yang telah saya pelajari khususnya terkait penentuan segmentasi pasar ternyata ketika berhadapan dengan kondisi nyata menjadi sangat berbeda.

IMG_6071quotes-for-entrepreneurs index

Berdasarkan pengalaman diatas membuat saya menjadi lebih ingin mencoba berbagai bisnis dengan produk yang berbeda. Namun keinginan ini terpaksa dipendam dulu, meningat rutinitas dan pekerjaan saya yang menuntut waktu yang lebih banyak. Pada akhirnya memang sangat saya sadari bahwa memulai bisnis diperlukan keberanian untuk mengambil resiko, karena dengan adanya resiko tersebut kita akan menjadi makin terpacu untuk mengurangi resiko yang akan kita terima. Misalnya dalam bisnis silky puding ini resiko terbesar yang kami hadapai adalah puding yang kami buat tidak disukai, namun pada kenyataan kami belum pernah mengalami hal ini.

Selama tiga bulan terakhir ada keinginan kami bertiga untuk memperluas pasar misalnya berjualan di bazar atau car free day, namun karena masih ada kendala sehingga kami berharap semoga dimasa yang akan datang silky puding yang kami tawarkan tidak hanya dinikmati oleh konsumen diseputaran kampus Perbanas, namun bisa menjangkau pasar yang lebih luas lagi. Ada beberapa rencana yang akan kami realisasikan dalam waktu dekat salah satunya yaitu menawarkan produk kami melalui media sosial yang sedang booming.

Demikian pengalaman saya mencoba salah bisnis “kecil” namun dengan mimpi besar (^-^)