Syukur, Bersyukur, Disyukuri

Pada Kamis, 23 Februari 2017 saya bertemu seorang alumni STIE Perbanas Jurusan Manajemen, angkatan 1993, Mbak Fitria. Kami sering bertemu karena anak kami bersekolah di tempat yang sama dengan level yang sama walaupun tidak selalu sekelas. Saat itu dia bercerita bahwa dia sudah pindah ke tempat kerja yang baru dan menceritakan pekerjaannya.

Disela-sela cerita dia menyampaikan bahwa dia sangat bersyukur diberi kesempatan untuk pindah pekerjaan karena ternyata tempat kerja yang sebelumnya sudah tidak beroperasi tepat di hari pertama dia bekerja di tempat baru. Sungguh satu kejadian yang harus disyukuri mengingat tanpa pengetahuan akan ditutupnya tempat kerja dia sudah memikirkan untuk pindah pekerjaan.

Saya bersyukur karena Mbak Fitria pernah meminta tenaga alumni untuk ditempatkan di tempat kerjanya sebelum dia pindah ke tempat yang baru. Memang harus disyukuri alumni yang di seleksi belum lolos.Demikian juga saat akan pindah ke tempat kerja yang baru, dia tidak jadi meminta alumni untuk menggantikannya.

Dengan pengalaman Mbak Fitria saya merasa sangat bersyukur karena permintaan alumni mendapat referensi dari saya dan saya tidak membuat alumni mengalami kesulitan dengan ditutupnya perusahaan.




Karakter Individu

Menurut  Stonner  dan  Freeman  (Saryathi,  2003)  Karakteristik individu adalah penjabaran dari sikap, minat, dan kebutuhan yang dibawa oleh seseorang atau  individu dalam melaksanakan kerja. Karakteristik individu adalah perilaku atau karakter yang ada pada diri seorang karyawan, baik positif  maupun  negatif  (Thoha,  2003).

Karakteristik individu  ini  sangat  beragam.  Setiap  perusahaan  dapat  memilih karyawan yang mempunyai kriteria yang  sesuai dengan  apa  yang  diinginkan  perusahaan.  Menurut  Simamora  (2003)  karakteristik  individu dapat diidentifikasi melalui indikator‐indikator berikut ini:

  1. Keahlian

Keahlian yang terdiri atas pengetahuan kerja dan kepemilikan sertifikat kompetensi. Keahlian teknis adalah keahlian pokok pekerjaan dan kemampuan menerapkan teknik dan prosedur mengenai bidang kegiatan tertentu.

Keahlian interaksi atau hubungan antarmanusia adalah keahlian untuk bekerja sama dengan orang lain, mengenai pikiran dan perasaan orang lain serta mampu merangsang dan mendorong orang lain termasuk rekan sekerja.

Keahlian  konseptual  adalah  keahlian  mental  dalam  mendukung  seluruh  kegiatan  organisasi agar organisasi dapat mencapai tujuan.

  1. Kemampuan

Kemampuan  adalah  suatu  kapasitas  individu  untuk  melaksanakan  berbagai  tugas  dalam suatu  pekerjaan  yang  terdiri  dari  kekuatan  fisik,  dan  kemampuan  intelektual  (Robbins, 2006). Kemampuan  fisik  adalah kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan  tugas‐tugas  yang  menuntut  stamina  dan  kecekatan.

Kemampuan  intelektual adalah Analisis Karakteristik Individu, Komitmen Organisasi Beban Kerja dan kemampuan untuk  menjalankan kegiatan mental (Robbins, 2006). Kemampuan intelektual didapat dari tes IQ dan  dari pendidikan formal.

  1. Kebutuhan

Kebutuhan adalah jumlah keperluan baik yang dapat bersifat fisiologis, psikologis, maupun sosiologis yaitu tingkat kebutuhan pangan, sandang, papan, rohani, dan tingkat sosial.

  1. Sikap

Sikap adalah kesiapsiagaan mental yang dipelajari dan diorganisasi melalui pengalaman dan memiliki pengaruh tertentu atas cara tanggap terhadap objek dan situasi yang berhubungan dengannya  yaitu  sikap  dalam  mendukung  usaha  pencapaian  tujuan  organisasi.

Menurut Robbins (2006) sikap adalah pernyataan  evaluatif, baik  menguntungkan  atau  tidak menguntungkan–berhubungan dengan objek, orang, atau peristiwa.  Sikap akan difokuskan bagaimana seseorang merasakan atas pekerjaan, kelompok kerja, penyedia dan organisasi.

Kepribadian individual melekat pada individu yang sifatnya dapat berubah-ubah atau stabil. Kepribadian merupakan salah satukepribadian individual yang bersifat stabil dari waktu ke waktu.

The big five factor merupakan konsep paling populer dalam membagi dimensikepribadian. Istilah lain yang sering digunakan adalah five factor model (FFM). Konsep ini paling sering digunakan dalam berbagai penelitian tentang perilaku keorganisasian dan sering dikaitkan dengan pencapain kinerja atau prestasi seseorang. Hasil penelitian memang menunjukan bahwa dimensi tertentu dari kepribadian memiliki pengaruh yang signifikan dan konsisten dengan prestasi seseorang, baik dalam bekerja maupun dalam proses pembelajaran.

Stanton dan Matthews (1995) menyatakan bahwa konsep kepribadian dapat digunakan untuk beberapa tujuan seperti: seleksi karyawan atau mahasiswa, pengembangan kepribadian, team building, penelitian tentang kepribadian, bimbingan karir dan proses pembelajaran.

John, Donahue, dan Kentle (1991) membagi dimensi kepribadian menjadi lima yaitu openness to experience, conscientiousness, extraversion, agreeableness dan neuroticism (OCEAN).

Kepribadian openness to experience atau keterbukaan terhadap pengalaman hidup antara lain penuh dengan ide baru, imajinasi yang aktif, cerdik dan mendalam, suka refleksi diri, penasaran dengan banyak hal, inovatif, dan artistik. Individu dengan openness to experience yang rendah atau closed to experience memiliki kepribadian yang berkebalikan dari karakter tersebut, seperti tidak inovatif, suka sesuatu yang rutin, praktis, dan cenderung tertutup.




Review Jurnal2

SUMBER DAYA MANUSIA PEREMPUAN INDONESIA
Endang Ediastuti Mustar

Populasi 18 (2) 2007

Pembahasan yang dilakukan penulis sangat menarik, penulis memberikan desripsi dengan data yang sangat komprehensif serta membandingkan SDM perempuan bekerja dan tidak bekerja. Penulis juga membahas bagaimana peran ganda SDM perempuan bagi dunia kerja dan kesejahteraan kehidupan keluarga.

Pembahasan lain yang juga menarik adalah bahwa SDM perempuan melaksanakan fungsi reproduksi, kodrati, dan nonkodratinya, melaksanakan juga memberikan sumbangan pada pembangunan dengan tenaga, keahlian, dan keterampilannya

Pembahasan

Sebagai SDM Perempuan Indonesia saya merasa bersyukur turut memberi kontribusi pada pembangunan, khususnya memberikan bekal kepada generasi penerus (tidak ingin menggunakan istilah “turut mencerdaskan bangsa”). Semoga




Review Jurnal

Masa Kerja Fleksibel dalam Sektor Formal di Bandar: Mengimbangi Kerjaya dan Tanggungjawab Keluarga

Noor Rahamah, hj. Abu Bakar

Akademika 83(1) 2013:77-80

Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa untuk dapat tercapai adanya keseimbangan antara tanggung jawab pada pekerjaan dan keluarga, seorang karyawan terlebih dahulu harus mengalami kepuasan di dalam pekerjaannya. Penelitian dilakukan terhadap wanita bekerja dan wanita yang pernah bekerja. Tanggung jawab pekerja wanita terhadap keluarganya sangat penting. Keharmonisan di dalam rumah tangga akan membantu pekerja wanita untuk dapat menyeimbangkan tanggung jawabnya atas pekerjaaan dan keluarga. Selain itu, adanya waktu kerja yang fleksibel juga sangat membantu pekerja wanita.

Pembahasan:

Waktu kerja fleksibel tidak hanya bermanfaat untuk wanita pekerja tetapi juga bagi karyawan secara umum. Akan tetapi, tidak semua bidang pekerjaan dapat memberlkukan waktu kerja secara fleksibel. Industri perbankan yang mensyaratkan kehadiran fisik karyawan untuk membantu nasabah sangat tidak cocok dengan watku kerja fleksibel. Sementara industri pendidikan dapat memanfaat waktu kerja fleksibel, yaitu untuk saat seorang pendidik tidak harus hadir di kelas, waktu fleksibel dapat digunakan untuk melakukan penelitian dan pengabdian




PLASTIK BERBAYAR (LANJUTAN)

Masalah plastik berbayar diawali dari timbunan sampah masyarakat yang sebagian besar terdiri atas sampah rumah tangga yang terbuat dari plastik. Plastik merupakan bahan yang tidak dapat diserap habis oleh tanah dan menjadi masalah karena menjadi perusah lingkungan tanah.

Menghadapi masalah seperti ini, muncullah peraturan tentang plastik berbayar. Peraturan yang dikeluarkan tentu saja memiliki harapan agar permasalah sampah plastik dapat terpecahkan. Akan tetapi, permasalahan sampah plastik bukanlah satu masalah yang mudah untuk diselesaikan dalam waktu singkat.

Sampah plastik berhubungan dengan cara hidup masyarakat yang sudah terbiasa memanfaatkan plastik sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari. Melihat kebutuhan plastik yang cukup tinggi, pengusaha plastik memiliki peluang untuk membuka usaha pembuatan barang kebutuhan dari bahan plastik. Pihak Pemerintah mencoba untuk mengurangi penggunaan plastik dengan peraturan plastik belanja berbayar.

Apakah peraturan tersebut cukup berhasil? Ke mana uang yang dikumpulkan tempat-tempat belanja dari konsumen? Apakah pengusaha plastik belanja mengurangi produksinya karena permintaan semakin sedikit? Apakah sampah platik berkurang setelah ada peraturan plastik berbayar?

Sebagai seseorang yang sehari-hari memiliki pekerjaan yang berhubungan dengan penelitian, sebenarnya saya memiliki minat yang cukup besar untuk melakukan penelitian untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul. Semoga

 




PLASTIK BERBAYAR

Beberapa bulan belakangan ini saya dibingungkan dengan ketidakkonsistenan pemberlakuan ketentuan penggunaan plastik berbayar di tempat-tempat perbelanjaan. Ketidakkonsistenan ini pasti berdampak pada rupiah yang harus dikeluarkan atau tidak harus dikeluarkan.

Di beberapa pusat perbelanjaan, plastik belanja diberikan secara cuma-cuma dan dalam jumlah yang tidak terbatas, bergantung pada jumlah belanjaan yang dibeli. Sementara itu, di tempat lain ada kasir yang mengajukan pertanyaan apakah kita membawa tas belanja atau tidak.

Perbedaan perlakuan tentu saja memberikan ketidaknyamanan saat belanja, walaupun sebagai insan yang peduli lingkungan saya berusaha membantu untuk melestarikan lingkungan dengan meminimalkan penggunaan plastik dengan cara mengurangi pemakaian atau menggunakannya berulang. Pengurangan plastik belanja juga coba saya lakukan dengan cara membawa tas belanja yang terbuat dari kain.

Harapan saya, apa yang saya lakukan, walaupun sangat kecil, tetap akan bermanfaat untuk melindungi lingkungan. Semoga

PLASTIK BERBAYAR (lANJUTAN)

 




Keseimbangan Kehidupan dan Pekerjaan (Work Life Balance)

Bagi seorang pegawai, kehidupan sehari-hari terkonsentrasi atas dua kegiatan dan dua tempat yang berbeda. Di satu sisi, pegawai merupakan bagian dari sebuah organisasi tempat mengabdikan diri dan mencari penghasilan. Sementara itu, di sisi yang lain seorang pegawai juga menjadi bagian dan bertanggung jawab atas keluarga yang dimilikinya. Konsentrasi dan pembagian waktu harus dilakukan oleh pegawai agar keduanya dapat berjalan dengan seimbang.

Pembagian yang dilakukan bukanlah bersifat perhitungan matematika yang harus diberikan dengan jumlah yang sama. Pekerjaan yang dimiliki mendukung kehidupan keluarganya. Demikian pula sebaliknya, kehidupan keluarga akan mendukung pegawai di dalam melaksanakan semua kegiatnnya.

Suhardono (2015) mengharapkan apa yang dilakukan pegawai untuk pekerjaan dan keluarga berjalan seiring secara harmoni, pekerjaan merupakan bagian dari kehidupan yang akan menghasilkan totalitas di dalam bekerja, berkarya, dan berkehidupan. Jadi bukan sekadar seimbang (balance).

Di dalam kenyataan, mengatur keseimbangan antara kehidupan pekerjaan tidaklah mudah. Pengaturan menjadi tidak mudah pada saat pegawai memiliki masalah di luar pekerjaannya, di dalam hal ini permasalahan keluarga. Pengaturan yang dibutuhkan bukan hanya pengaturan waktu tetapi juga pikiran yang akan menyita perhatian pegawai. Masalah yang membebani pikiran seorang pegawai akan membebaninya dan membuat pekerjaannya menjadi tidak terpikirkan.

Kondisi yang sebaliknya, mungkin saja terjadi. Permasalahan di tempat kerja yang belum terselesaikan akan menjadi beban pikiran dan akan terbawa pada kehidupan di luar pekerjaan.

Sebagai seorang pegawai yang sudah memiliki keluarga dituntut untuk dapat mengatur keseimbangan di antara pekerjaan yang memberikan penghasilan untuk melanjutkan kehidupan dengan tanggung jawab sebagai bagian dari keluarga.

Sebagai seorang pegawai dan seorang ibu saya merasakan benar kebutuhan akan pengaturan keseimbangan ini. Pada saat beban kerja cukup berat, saya memilih untuk menyelesaikan pekerjaan agar beban berkurang dan pada akhirnya selesai dan yang tinggal pekerjaan rutin.

Kondisi sebaliknya  juga harus dilaksanakan dengan seimbang, seperti saat saya sebagai ibu ingin mendampingi anak-anak yang sedang menghadapi ujian. Proses pendampingan harus dilaksanakan tanpa mengabaikan kewajiban sebagai pegawai. Saat  kondisi terjadi seperti ini, muncul rasa syukur karena sudah memilih profesi dosen yang memiliki waktu kerja lebih fleksibel. Sebagai seorang dosen, tuntutan pelaksanaan pekerjaan yang berupa tridarma dapat dilaksanakan secara fleksibel.

Fleksibilitas pekerjaan tidak dapat dinikmati oleh semua pegawai. Setiap industri memiliki tuntutan yang berbeda di dalam hal penyelesaian pekerjaan oleh pegawainya.

Suhardono, Rene, 2015, Work-Life Harmony, Not Balance, http://www.impact-factory.com/2015/05/18/work-life-harmony-not-balance/