Berpikir Linier

screen-shot-2016-11-11-at-07-53-27

Berpikir linier adalah proses pemikiran mengikuti siklus yang diketahui atau tahap demi tahap meningkat dimana respon terhadap setiap tahap harus ada sebelum tahap yang lain dilakukan. Berbagai model desain pembelajaran buku teks digital, antarmuka pengguna dan data visualisasi membuktikan penerapan konsep berpikir linier. Proses linier diterapkan dalam desain pembelajaran ketika setiap langkah dipandu oleh tujuan pembelajaran yang telah terdefinisikan dengan baik, misalnya kejadian A (penyebab) mengarah ke kejadian B (dampak), yang mengarah ke C, kemudian mengarah ke D, dan lain-lain.

Sesuai tujuan pembelajaran maka materi belajar disusun dalam desain pelajaran secara logis terintegrasi. Ada dua metode yang digunakan yaitu instruksi/petunjuk yang dibantu komputer CAI – Computer Aided Instruction) dan penilaian berbasis komputer (Computer-based Assessment), dimana keduanya digunakan dalam desain dari materi buku teks digital. Para peserta didik harus membaca materi lalu selanjutnya memilih satu jenis atau lebih item-item pilihan ganda untuk penilaian. Kriteria visualisasi data sangat sederhana yaitu pemberian pengetahuan, pertanyaan terkait dengan materi yang disajikan dan tes sumatif pada akhir bab. Peserta didik hanya perlu membaca, melihat atau mendengar isi/materi dan kemudian memilih jawaban yang benar.

Isi dari buku teks digital dapat mencakup simulasi fenomena-fenomena dunia nyata, percobaan-percobaan yang berbahaya, atau situasi tidak mudah diamati oleh pengguna; dimana hal ini merupakan manifestasi nyata dari teori. Namun, kemungkinan deviasi (error) yang terjadi akan cukup besar: pertama, karena jawabannya dapat ditemukan dalam materi yang disajikan, dan kedua, setidaknya satu jawaban yang benar berarti probabilitas 25%. Selain itu, item-item pilihan ganda dan esai memiliki banyak keterbatasan: yaitu faktor menebak yang tinggi, minimalisasi umpan balik, dll. Dalam beberapa kasus buku teks “mengindikasikan” apakah respon itu benar atau tidak, dan juga menyimpan catatan dari jumlah upaya, kemajuan belajar dll, tetapi tidak dapat memberikan kerangka yang cukup untuk bahan diskusi.

Setelah pembelajaran interaktif mengalami revolusi, teks memiliki nilai tambah melalui penggunaan hypertext dan teks multimodal. Hypertext adalah teks yang berisi link ke bagian lain dari teks (atau elemen grafis) dan di mana peserta didik dapat melompat dari mana saja ke mana saja. Teks multimodal adalah teks-teks yang mengkomunikasikan pesan dengan menggunakan lebih dari satu saluran komunikasi. Beberapa prinsip komponen komunikasi dari teks adalah tertulis atau lisan, intonasi, gambar (foto, diagram, gambar), dan aspek gambar seperti warna, ketajaman fokus, komposisi ruang, logo, kop surat perusahaan, toko atau petunjuk jalan; gerak tubuh, gerakan wajah, tindakan dan lain-lain.

Aspek negatif dari hypertext telah dijelaskan oleh Solway (2011), bahwa beragamnya hypertext akan mengalihkan perhatian dan membaca menjadi tidak fokus karena pembaca cenderung melalang buana kemana-mana. Fakta bahwa hypertext tidak memiliki struktur linier, tentunya bertentangan dengan target hasil dari belajar menggunakan buku teks versi berbasis web yang diperkirakan dirancang atas dasar pola berpikir secara linier. Buku teks berbasis web tentunya menawarkan fitur multimedia yang kuat, banyak sumber belajar yang lebih interaktif, dan adanya berbagai fitur seperti pembacaan audio, lini masa interaktif, gambar diberi catatan, kegiatan interaktif, dan sumber daya lainnya. Namun pada dasarnya, buku teks berbasis web ini hanyalah tambahan sumber belajar di dalam kelas. Perbedaan besarnya adalah bahwa banyak fitur yang dapat menarik siswa lepas perhatian (dari satu teks menuju teks lain di halaman browser lain), membuat catatan anotasi buku teks digital juga lebih sulit. Selain itu, buku teks ini memiliki dua kelemahan utama, pertama mereka tidak cukup interaktif. Konten dibaca/disajikan dalam format statis atau terdaftar halaman demi halaman akibat dipicu oleh berbagai format masukan untuk teks, audio atau video, seperti PDF, WMA, MP3, WMV. Kedua, buku teks berbasis web bersifat non-adaptif, yaitu, peserta didik yang berbeda dengan cara belajar yang berbeda (misalnya peserta didik berkebutuhan khusus atau cacat ) akan mendapatkan bahan yang sama dalam format yang sama.

Kriteria visualisasi data yang berbasis pada pola berpikir linier membutuhkan kemampuan untuk menampilkan konten secara holistik (materi secara keseluruhan), untuk dapat nantinya dievaluasi. Namun, teks digital tidak menjadi meningkat kualitasnya hanya adanya fitur-fitur multimedia, sehingga pengaruhnya masih kalah dibanding contoh-contoh praktis. Makna kongkrit dari realisasi, konsistensi, dan perluasan arti yang secara susah payah berusaha diarahkan (oleh visualiasi data) akan tetap tersebar dan terjadi dislokasi ketika kita sedang membaca.

Ditulis ulang oleh Pratiwi_Partono Rudianto

Daftar Pustaka

Barron, A. (1990). Complexity regularization with applications to artificial neural networks. In: Roussa, G. (ed.), Nonparametric Functional Estimation. 561–576.

Blum, L.F., Cucker, F., Shub, M., Smale. S. (1998). Complexity and Real Computation. Springer-Verlag.

Brandstädter, K. (2012). Assessing system thinking through different concept mapping practices. International Journal of Science Education, 34(14), 2147–2170.

Solway, D. (2011). On hypertext, or back to the Landau. Academic Questions, 24(3), 341–350.

Wang, W., Zhai, J. (2013). Multi-disciplinary internet-based platform in optimizing college English teach­ing. In: International Conference on Information, Business and Education Technology (ICIBIT 2013). 1037–1042.




AKSES UNIVERSAL ( KONEKSI TAK BERBATAS)

screen-shot-2016-09-05-at-9-46-42-am

AKSES UNIVERSAL ( KONEKSI TAK BERBATAS)

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah mengubah kehidupan manusia menjadi komunitas yang beragam dan telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Sejauh ini bagaimana teknologi dapat dimanfaatkan dengan baik dalam dunia pendidikan? Bagaimana desainer instruksional dapat mengadopsi dan mengintegrasi teknologi tersebut dalam kurikulum dan bahan pembelajaran yang komprehensif. Ketrampilan apa yang dibutuhkan desainer dan pengajar agar proses instruksional dapat terlaksana dengan lebih baik, efektif dan optimal.

 

Internet sebagai koneksi tidak berbatas yang berisi sumber belajar dan pola baru yang mempengaruhi dunia pendidikan dilihat dari akses universal, komunitas digital, keberagaman bahasa dan budaya, serta transformasi Internet dalam bentuk aplikasi dan utilisasi. Selain sisi positif akses internet, juga dibahas sisi negatif dan perlunya mitigasi resiko yang ada dan langkah sosialisasi yang dapat meningkatkan ‘awareness’, terutama kaum remaja, agar tidak termanipulasi oleh media baru yang diciptakan melalui internet tersebut.

 

Dilihat dari perkembangan pengguna Interenet dunia yang ekplosiv, maka akses universal ini menjadi bagian dari pendidikan. Bagaimana mengakses dengan baik, bagaimana berperilaku di Internet, kode etik apa yang harus diperhatikan, apa ekses penggunaan Internet dan lain-lain. Dengan demikian dunia pendidikan, selain mengarahkan cara penggunaan akses yang baik dan sehat, juga memanfaatkan semua sumber daya yang ada untuk pengingaktan edukasi, memberikan kemudahan, menjadi katalisator proses belajar, dan menjadi tempat belajar yang optimal dan menyenangkan.

 

Meningkatnya penggunaan peralatan mobile yang dapat mengakses internet memberikan arahan baru bagi desainer instruksional untuk menjadikan internet sebagai tempat belajar yang mobile. Selain itu desainer dapat memanfaatkan media sosial sebagai media komunikasi atar pengajar dan pembelajar, juga pembelajar dengan pembelajar lainnya (yang disebut sebagai ‘peer to peer comuunication’). Walaupun demikian, terdapat sisi negatif internet seperti cyber bully, cyber crime dan lainnya yang harus diantisipasi dan difilter dengan baik oleh penggunanya.

 

Akses internet di Indonesia meningkat tajam sejalan dengan perkembangan infrastruktur komunikasi di seluruh penjuru Indonesia, termasuk pedesaan. Demografi pengguna Internet tahun 2015 (sumber APJII 2015) menunjukkan angka mendekati 100 juta pengguna, yang berarti hampir separuh penduduk Indonesia sudah mengenal internet dengan baik. Indonesia adalah negara dengan pengguna Internet terbanyak di ASEAN.

 

Sejauh ini institusi sekolah dan perguruan tinggi telah mengadakan infrastruktur jaringan dengan peningkatan lab komputer dengan fasilitas akses Internet sehingga dapat mengambil informasi dan sumber belajar dari seluruh dunia. Tidak hanya mengambil, tapi juga para siswa ikut berkontribusi dalam memperkaya internet dengan membagi pengathuan dan ketrampilan (knowledge sharing).

 

Walaupun secara infrastruktur sudah siap, namun faktor kesinambungan juga harus dimiliki. Banyak lab komputer tidak berfungsi karena minimnya pengetahuan pengajar dan administrator sistem dalam merawat peralatan yang ada. Untuk mendapatkan akses universal yang berkelanjutan perlu dilakukan preventive maintenance dan pengetahuan sistem operasi dengan baik. Selain itu karena Internet dapat bersifat anonymous, maka faktor keamanan penggunaan harus dimiliki dengan biak. Agar tidak terjadi penerobosan dan hacking yang dapat terjadi setiap saat, pengelola jaringan harus dapat membuat sistem yang handal dan defensif. Kesiapan tenaga pengajar dan sekolah dalam menangani hal tersebut merupakan prioritas penting. Selain itu perkembangan teknologi hardware dan software membuat institusi harus terus menerus meremajakan peralatan dan pengetahuannya agar tetap terkini (up-to-date).

 

Penggunaan internet secara masiv ini memberikan banyaknya sumber belajar yang mudah diakses, baik berupa informasi, bahan belajar, tutorial, dan lainnya. Tanpa disadari melalui search-engine telah terbentuk budaya “search and found”, yang mengubah proses belajar mengajar kearah yang cepat dan lebih baik. Sumber belajar tidak lagi bersifat lokal, namun sudah meluas menjadi internasional, dan multi-lingual. Desainer instruksional mulai mengubah materi pembelajaran dengan menggunakan teori belajar connectivism, yang merupakan perluasan dari teori constructivism dengan menggunakan koneksi tidak berbatas. Pengajar dan pembelajar menggunakan koneksi ini sebagai media pembelajaran yang bersifat interaktif, real-time, komunikasi online atupun oflfline antar pengajar dengan pembelajar, maupuan pembelajar dengan lainnya (peer-to-peer). Dari sini terbentuk kolaborasi yang dapat meningkatkan kinerja instruksional.

 

Internet tidak saja sebagai sumber belajar, tetapi juga menjadi tempat para pembelajar untuk menulis artikel, baik bersifat ilmiah, kritis, dan lainnya untuk memperkaya informasi yang bermanfaat . Desain Insruksional harus menyesuaikan dengan kondisi ini dan mendorong sekaligus menggalakkan aktifitas tersebut. Namun demikian harus diingat, bahwa kontribusi bahan pengajaran di Internet dapat juga bersifat anonymous, artinya kualitas dari sumber belajar tidak dijamin, bisa tersisip hal negatif dengan tujuan yang berbeda, sehingga pembelajar di Internet harus ekstra hati-hati agar tidak dimanupulasi oleh mereka yang tidak bertanggung jawab.

Ditulis oleh Pratiwi_Ifik Arifin _Agnes Novita

Daftar Pustka
Trends Shaping Education 2016_OECD




Teknologi ikut andil dalam Dehumanisasi ?

Humanisasi memiliki arti proses menjadikan manusia sebagai manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manusia. Sedang dehumanisasi mempunyai arti sebaliknya, yakni proses menjadikan manusia tidak sesuai dengan kodratnya sebagai manusia. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia dehumanisasi berarti penghilangan harkat manusia. Immanuel Kant menyatakan bahwa pendidikan adalah proses memanusiakan manusia., sehingga menurut konsep ini, anak manusia harus dididik oleh manusia, dengan cara manusia, dan dalam nuansa kehidupan manusia. Dengan penggunaan teknologi dalam pendidikan dapat dianggap sebagai nilai tambah namun tidak dapat menggantikan peran manusia dalam mendidik anak manusia tersebut. Dehumanisasi peserta didik tidak terjadi hanya karena teknologi, karena teknologi hanya sebagai nilai tambah bukan pengganti manusia (pendidik) dalam upaya mendidik anak manusia (peserta didik), karena yang seharusnya pendidikan harus menjadi proses humanisasi manusia, karena manusia adalah satu-satunya mahluk yang dapat mendidik dan didik (educandum dan educabile).

Dalam mengunakan teknologi, terdapat beberapa hal yang membentuk kepribadian seseorang, diantaranya keluarga, sekolah dan lingkungan. Dalam dunia pendidikan, teknologi akan tetap berfungsi sebagai alat bantu, sebagai penunjang fasilitas pembelajaran, dan bukan sebagai faktor utama. Dalam konteks pendidikan yang penting adalah, bahwa peserta didik dapat menyerap dan mengerti materi yang diajarkan kepadanya. Walau demikian memang harus diwaspadai, bahwa teknologi dapat mengubah kebiasaan seseorang, dan kemudian membentuk menjadi satu budaya baru. Sebelum hal itu terjadi, seseorang harus menyadari bahwa ada resiko tersebut yang harus diperhitungkan apakah itu positif atau negatif. Dengan mengurangi atau bahkan menghilangkan sisi negatif, maka kegunaan teknologi akan memberi manfaat. Hal ini berarti tidak selalu teknologi menjadikan penyebab dehumanisasi.




Bahasa Matematika

 

 

screen-shot-2016-10-12-at-11-51-59

Bahasa sehari hari yang kita kenal adalah bahasa verbal. Bahasa verbal mempunyai beberapa kekurangan salah satunya adalah sifatnya yang majemuk dan emosional terkadang kabur karena bermakna ganda. Dalam bahasa verbal, jika ingin membandingkan dua obyek yang berlainan, seperti komputer dan pensil, akan terjadi kesulitan dalam menjelaskan secara detail persamaan dan perbedaannya. Selama ini juga orang beranggapan bahwa bahasa yang digunakan adalah bahasa dari suatu negara yang sudah jamak digunakan untuk komunikasi bersama, seperti bahasa Indonesia untuk mempersatukan wilayah Indonesia atau bahasa Inggris sebagai bahasa komunikasi dunia.

Matematika adalah bahasa yang sarat dengan simbol dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu dengan simbol yang sama berlaku disetiap kondisi dan negara. Contoh angka 0 artinya nihil atau kosong dan berlaku baik di percakapan sehari –hari ataupun dalam perhitungan bisnis juga dalam menjelaskan kondisi yang sifatnya hitungan. Jadi Matematika adalah bahasa yang mengunakan simbol atau lambang yang merupakan rangkaian makna dari serangkaian pernyataan yang akan disampaikan. Pada proses pengembangan ilmu dan pemecahan suatu persoalan dipergunakanlah matematika sebagai bahasa, karena bahasa matematika memiliki keuanggulan sebagai bahasa yang cermat dan tepat.




Pythagoras Bukan Cuma Ahli Matematika.

Siapa yang tak kenal rumus Pythagoras untuk menghitung sisi miring (hipotenusa) sebuah segitiga. Lahir tahun 569 SM di Samos Iona, Pythagoras mempelajari banyak hal dalam hidupnya. Pernah mendirikan sekolah agama di Croton dan kemudian pengikutnya membuat aliran mathematikoi (mathesis = ilmu pengetahuan). Penganut mathematikoi mengutamakan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu pasti.

Sebagai seorang filsuf, Pytahoras tidak berhenti disitu, beliau mempelajari matematika, musik dan astronomi. Dalam bidang matematika penemuan rumus Pythagoras semakin menguatkannya sebagai bapak bilangan. Pythagoras juga menemukan kaitan musik dengan bilangan dengan menyatakan bahwa getaran sebuah string (dawai) akan menghasilkan nada harmonis bila rasio dari panjang strings adalah nomor/angka, dan bahwa berbagai bentuk rasio dapat meluas ke instrumen lainnya. Pythagoras juga mengemukakan teori bahwa bumi itu bulat tidak seperti yang dinyatakan oleh masyarakat pada saat itu bahwa bumi datar .

Pythagoras bukan hanya matematikawan namun beliau menyatakan adanya harmoni dalam ketidak beraturan di alam karena menurut pandangannya bahwa harmoni terjadi karena angka (Conny R Semiawan dalam buku Spirit Inovasi Dalam Filsafat Ilmu tahun 2011).

  • Pratiwi ( Dosen FTI Perbanas Jakarta)



Yuuk Membuat Kuesioner Online

Pengumpulan data pada populasi dalam jumlah besar dapat dilakukan dengan metode kuesioner, dan dalam proses analisanya akan mudah jika menggunakan pertanyaan tertutup yang dapat diproses secara komputerisasi. Kuesioner dalam versi online akan  memudahkan proses pengumpulan dan pengolahan data  karena  responden dapat berpartisipasi dengan mengakses melalui jaringan internet. Beberapa layanan yang menawarkan pembuatan kuesioner online, salah satu yang paling populer dan mudah adalah Google Forms. Saya mencoba sharing bagaimana cara membuat kuesioner online dengan Google Forms, Membuat Kuesioner Online Dengan Google Forms mulai dari awal hingga selesai termasuk menerapkan tema yang merupakan salah satu fitur dalam layanan google forms. Semoga artikel ini bermanfaat.

Terakhir, terdapat contoh hasil kuesioner yang saya buat yaitu  Kuesioner Biometrik , mohon kesediaan bapak , ibu dan rekan-rekan untuk mengisinya. Terima kasih




Selamat buat penerima hibah penelitian DIKTI

Pengumuman hibah penelitian Dikti untuk tahun 2015 batch 1 dan bacth 2 dapat dilihat di http://simlitabmas.dikti.go.id/. Alhamdulillah dan puji syukur beberapa teman-teman dosen Perbanas Jakarta menerima hibah ini. Selamat buat Bapak Harya Damar Widiputra (Penelitian Strategis Nasional), Ibu Lucia Sri Istiyowati (Penelitian Hibah Bersaing), Bapak Eduardus Suharto (Penelitian Dosen Pemula), dan Bapak Dwi Atmodjo (Penelitian Dosen Pemula).

Sekali lagi selamat buat teman-teman, semoga menularkan semangat meneliti untuk yang lain.

 

Salam




Pelatihan Penulisan Jurnal di UI

Monggo…

Buat yang berminat..

 

tpenulisan jurnal UI