Jangan Stres

Suatu hari Jumat di akhir April, kawan-kawan dosen dan saya menghadiri acara P3M yang membahas tentang jurnal ilmiah. Di dalam diskusi ada cerita di mana apabila kita mengirim naskah untuk jurnal sering kali naskah itu ditolak untuk diterbitkan oleh jurnal, lalu terlontarlah bahwa di saat kondisi ini datang kemudian kita akan stres, ya mungkin karena sudah berlelah lelah menulis, tapi kok ya sulit sekali untuk dipublikasikan di jurnal, serta merta teman di samping saya bilang, “Yo ngga usah stres, santai aja…” Ya memang betul sih, jangan cepat stres, down, patah semangat, nanti ga bagus loh efeknya ke kesahatan jiwa, eh mental, yo pokoknya iku lah. Allah sendiri berfirman:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah: 155)
Jadi mari tetap bersemangat kalau menemui kegagalan atau kesulitan, berusaha lebih baik lagi untuk selanjutnya, percaya saja sama Gusti Allah bahwa usaha kita akan dibalasNya. Semua tidak ada yang sia sia, insyaa Allah ada selalu hikmah di balik semuanya. Yang harus kita imani pun apapun yang terjadi pada kita, kita harus yakin itu adalah yang terbaik menurutNya untuk kita, sehingga keluh kesah saat kecewa sebaiknya dikurangi khawatir kufur (mengingkari) nikmat nantinya.
Remember to hope for the best and prepare for the worst always.
Bismillaah…

Cheers ^_*




Tingkah Polah Manusia di Jalan

Sepanjang waktu hidup kita, terutama kita sebagai warga Jabodetabek sudah dapat dipastikan banyak menghabiskan waktu kita di jalan. Kondisi jalan yang macet dan padat terutama di hari kerja bukanlah hal yang aneh lagi. Bahkan di hari Sabtu atau libur lainnya pun tidak jarang jalan macet karena meningkatnya jumlah pasar atau pusat perbelanjaan yang muncul dan pembangunan jalan layang atau jalan bawah tanah alias underpass. Kondisi jalan yang sangat padat pada akhirnya sering kali membuat kita lelah dan merasa kesal sehingga bisa membuat kita melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak sepatutnya kita lakukan. Mudah mudahan sih teman teman yang membaca tulisan ini sadar diri juga sehingga terhindar dari perbuatan yang tak septutnya dan kebanyakan sia sia itu. Saya akan bercerita sedikit pengalaman saya tentang apa yang saya lihat di jalan, di antaranya tentang kesabaran menunggu lampu merah, kemurahan hati memberi jalan, kebiasaan membunyikan klakson, kegalauan penyeberang jalan atau pengendara yang maunya serba instant.

Akhir akhir ini semakin sering saya perhatikan banyak pengendara motor yang semakin tidak sabar menunggu lampu merah, sehingga mereka seringkali mencuri-curi, saat dilihatnya kendaraan dari arah yang berlawanan yang lampunya masih hijau, mereka kerap melaju melanggar lampu merah yang ada. Sungguh perbuatan ini berbahaya sekali. Saya sebagai pengguna ojek online sering juga mengalamin kondisi ini bersama ojke saya dan saya selalu menegur para pengendara itu untuk bersabar, bahkan jika mereka tidak mau mendengar, saya bisa sampai memarahinya. Yaa, semua kan demi keselamatan bersama.

Hal kedua yang kurang menyenangkan hati saat di jalan adalah sifat kikir, iyaa kikir… Pengguna jalan di tempat kita ini saya lihat sering kali kurang murah hatinya. Sudah lihat orang kasih lampu tanda mau belok, tapi kendaraan tak ada yang berhenti mau memberi. Sudah kelihatan ada orang mau menyeberang, bahkan di garis putih tanda menyeberang pun pengendara malah melaju lebih cepat seakan penyeberang jalan memamng pantas menunggu berlama lama sementara dia tidak. Entahlah, kenapa bangsa kita seperti ini, hiks… saya sedih.

Selanjutnya, hmmm kebiasaaan mengelakson. Lampu masih kuning belum hijau saja sudah mengelakson menyuruh pengendara di depannya melaju, atau bersiap siap melaju, mobil di depannya terlambat melaju sedikit saja sudah mengelakson, belum lagi bunyi kelakson tak penting lainnya. Seorang kawan yang baru saja pulang dari Belgia bercerita, di Belgia sana kalau kita ketahuan membunyikan kelakson karena hal sepele, kita bisa kena denda loh… Nah kan, memang membunyikan kelakson itu pun ada etikanya, Kawan…

Hal terakhir yang sangat mengganggu pun adalah kebiasaan penyeberang jalan yang malas menggunakan jembatan penyeberangan dan kebiasaan buruk pengendara motor berjalan melawan arus. Mereka sama sama malas untuk berupaya berjalan menaiki tangga penyeberangan dan malas putar balik, dianggapnya membuang waktu, tenaga, dan maunya instant saja sehingga hal yang salah pun mereka anggap bisa dan biasa dilakukan. Semakin sedih rasanya…

Pada akhirnya memang kita semua harus kembali introspeksi diri, lebih bersabar, dan tdak bosan untuk saling mengingatkan agar segala sesuatunya berjalan lebih baik. Sebuah surat di dalam Al Quran mengatakan, “Sesungguhnya semua manusia itu berada dalam keadaan merugi kecuali mereka yang selalu beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran”. Semoga kita semua termasuk ke dalam mereka yang beruntung.

Hati hati selalu di jalan ya, Kawan.

Jakarta, April 2017

Adelina




Parts of Speech in English language

Since I already wrote once about sentence pattern or sentence structure, I think it’s going to be interesting to discuss the continuation of it or at least things related with it.

So Folks, many times we hear the word sentences mentioned in our world of languages. Then we should have known that sentences consist of many words, yup! Words! In English language the word classes or categories are well known as Parts of Speech.
In English, there are 8 Parts of Speech that we usually learn or know.
1. Verb
2. Noun
3. Adjective
4. Adverb
5. Pronoun
6. Preposition
7. Conjunction
8. Interjection

Knowing those parts of speech well is really important since each of them has different function when we use them in our sentences. Therefore when we learn grammar, not only English I believe, also other languages even our own mother tongue, if we know the parts of speech well then we will be better in using languages we learn.

How well do you know English parts of speech? Dictionary will help you a lot an in understanding them and practicing using them or reading a lot will help us get familiar with the functions of those parts of speech. Later in my other writings I will try to discuss some very important parts of speech, but if you are curious you can just read the material on many sources on the Internet or books.




Belajar dari Dr. Alexander Graham Bell

Pernah saya membaca sebuah artikel di majalah yang membahas bagaimana kita bisa mempertahankan mental yang muda, yang sehat dan bisa membantu kita belajar. Ide yang dituliskan di dalam artikel ternyata berhubungan dengan ide dari Dr. Bell, Alexander Graham Bell tentang bagaimana kita bisa melatih pikiran, otak kita sehingga kemudian kita akan melalui proses belajar dan tetap memiliki kemampuan pikiran yang sehat dan baik. Dr. Bell mengemukakan ide bagaimana melatih otak kita ini dengan melakukan 3 hal, yaitu mengamati (observe), mengingat (remember), dan membandingkan (compare). Sebenarnya jika kita perhatikan, kita sudah melakukan ketiga hal tersebut dalam kegiatan sehari-hari kita, namun apakah kita memanfaatkannya secara optimal. Sementara sebenarnya dengan memperhatikan lebih baik proses ketiga aktivitas tersebut akan lebih banyak hal yang dapat kita pelajari dengan lebih baik. Kita dapat mengambil sebuah contoh bagaimana proses mengamati, mengingat, dan membandingkan dapat bermanfaat saat kita sedang melakukan sebuah perjalanan yang rutin kita lakukan, misalnya saja perjalanan dari rumah ke kantor. Sehari-hari saat kita mengendarai kendaraan pribadi kita mengamati mana jalan yang mungkin lebih kosong dan lebih ramai, lalu kita mengingatnya dan dapat membandingkan mana jalan yang lebih baik di kemudian hari. Berdasarkan pengalaman mengamati, mengingat, dan membandingkan kondisi jalanan yang kita lewati kemudian kita belajar bahwa sebaiknya jalan A tidak kita ambil, karena ada jalan B atau C yang lebih kosong dan bisa menghemat waktu kita.

Ada baiknya proses mengamati, mengingat, dan membandingkan ini kita ingatkan pada orang-orang di sekitar kita dengan harapan dapat bermanfaat pula ketiga proses itu bagia mereka.
Bismilllaah… Semoga bermanfaat.




Sentence Structure or Sentence Patterns

My students seem still difficult to understand the verb they use in their sentences. I can recognize it from sentences they analyzed and the result of the analysis. Then I wonder, still until now, how I am able to help them understand that in English sentences in fact the patterns we have are quite similar as the ones we have in Indonesian. In Indonesian language a sentence is usually started by a subject, followed by a predicate, and so on. Well sometimes, before we have the subject, we like putting an adverb which is showing the time of the activity. Hmmm yaa adverb of time can be placed at some different positions, but the Subject, Predicate, Object, they cannot replace one another. It is not okay to put a predicate at the beginning of a sentence then followed by a subject, it’s just not the way is it is. There are rules to follow. If learners of English are good at creating a well-structured Indonesian sentence, I think it is going to be easier too for them to create sentences in English because English language has a quite similar pattern, which is Subject, Verb are used in a sentence where a subject will come first at the beginning of a sentence and it will be followed by verb and so on.

It’s just a short thought of the day that I like to share you since I am checking my students’ works and I keep finding this kind of errors in their writings.

Let’s brainstorm here 🙂
Comments are very welcome.

Cheers,




Situs Bersejarah ‘Choeung Ek’ di Phnom Penh Kamboja

Teman teman, saya ingin bercerita sedikit tentang pelajaran yang bisa diambil dari berkunjungnya saya suatu waktu di masa lalu ke Phnom Penh, Kamboja. Phnom Penh adalah ibukota negara Kamboja, salah satu kota paling terkenal di sana, tapi jangan bayangkan saat teman teman ke sana situasinya akan seperti di Jakarta. Yes, mungkin seperti di Jakarta, tapi Jakarta tahun berapa. Mungkin sekarang kondisi di sana sudah lebih baik, namun waktu saya ke sana tahun 2012, Phnom Penh terlihat begitu ‘sederhana’ seperti Jakarta jaman dulu. Kondisi rakyatnya pun tak se’baik’ se’makmur’ di kota besar di Indonesia, dan ini adalah salah satu akibat dari kejahatan Khmer Merah di tahun 70an di mana rakyat sengaja dibuat bodoh oleh pemerintah yang berkuasa. Orang orang pintar di masa itu dihabisi, rakyat dibantai, dan tempat pembantaiannya yang bernama Killing Fields of Choeung Ek itu sekarang dijadikan situs bersejarah dan objek wisata bagi para pelancong. Yang teman teman lihat di gambar adalah sebuah gedung di area Killing Fields of Choeung Ek, di mana di sana diletakkan tengkorak dari korban pembantaian yang berhasil dikumpulkan. Yang menjadi pelajaran buat kita adalah berhati-hatilah dengan kondisi kita di masa sekarang, di mana mungkin berbagai macam hiburan yang ada dibuat agar kita, anak-anak kita, generasi muda kita terlena sehingga kita menjadi malas, malas belajar, malas mencari ilmu, dibodohi dengan hedonism, kita menjadi konsumtif (baca:boros), dsb. Kita harus pandai memanfaatkan fasilitas yang ada untuk maju, untuk memajukan bangsa ini, sama-sama terus saling mendorong, jangan egois, maunya pintar sendiri juga sebuah kesalahan. Bangsa ini perlu banyak orang pandai, orang baik, orang yang senang berbagi, sehingga kita bisa maju bersama sama. Jangan SOS, Senang Orang Susah, Susah Orang Senang. Jadi begitu ya teman teman. Mari saling mengingatkan, berbagi manfaat, dan terus saling mendoakan. Semoga tulisan pendek ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Salam semangat dari saya.




Different Factors Influence Different Translations

There are explanations from Nida in Venuti 2004:160 which are related to how one translation can be different from other translations and one of those that is interesting for me most is about what the four basic requirements of a translation usually meets, which are (1) making sense, (2) conveying the spirit and manner of the original, (3) having the a natural and easy form of expression, and (4) producing a similar response
People have different cultural and situational background, the languages we have will also consist of differences and these conditions affect the different translations which are resulted by someone. Something that is in a language considered common can be translated into something more specific or even exaggerated when we see it from the SL (Source Language) point of view though the meaning of the expression will give the same understanding when it is in TL (Target Language). The two examples of translation here were taken from Indonesian short stories written by an Indonesian author (Djenar Maesa Ayu) and translated by a person whom I guess is neither an Indonesian nor a Native Speaker of English, because his name is Michael Nieto Garcia.
1. Original text: Namun saya sangat benci kepada lintah.
Translation: But I had a deep loathing for the leech.
2. Original text: Sepanjang hidupnya Hyza tidak pernah sudi makan buah durian.
Tanslation: All of her life Hyza had never allowed herself to eat durian.

In the first sample we can see how the part of the sentence was translated differently in the form of the text, which in the original text (SL) the word “benci” has a function as a verb but then in the TL it was translated into the word “loathing” which functions as a noun. Additionally, in English, the word “benci” can be translated into the word “hate or hatred” and if we have them checked on the coca (http://corpus.byu.edu/coca/) Corpus bank of data, we can see how actually the word hate or hatred is more commonly used in the texts, but in the translation above the translator chose to use loathing than hate or hatred. This condition could happen because of some reasons which we could not find why but we can predict that it’s all because he is familiar with the word loathing and he thought the word loathing is more suitable for being used in the text he translated (by seeing the content of the story and the context the story has).
And for the second sample we can see how the Indonesian phrase “tidak pernah sudi” was translated into the English phrase “had never allowed herself” which actually when the English phrase is translated back into Indonesian the meaning would be quite different compared to the original text, since the meaning of “tidak sudi” is more about having no willingness rather than not being allowed. This condition seems happen because the Indonesian word “sudi” does not appear a lot in Indonesian text and it makes some translators, including the translator above, Garcia, does not have the clear idea what the word “sudi’ precise meaning.
However, at some points both phrases can express the same idea and will get the same response from readers, the translation is making sense, and they conveying the spirit and manner of the original.
As a conclusion, we can see here how it is true that there can be no fully exact translation since no two languages are identical, either in the meanings given to corresponding symbols or in ways in which such symbols are arranged in phrases and sentences it stands to reason that there can be no absolute correspondence between languages, (Nida in Venuti, 2004:153).

References
Ayu, D.M., (2009) Mereka Bilang Saya Monyet (9th ed.). Jakarta, Indonesia: Gramedia
Ayu, D.M., (2005) They say I’m a Monkey (M.N. Garcia, Trans.). Jakarta, Indonesia: Metafor Intermedia.
Nida, E., (2004). Principles of Correspondence. In L. Venuti (Eds), The Translation Studies Reader (pp.153-167). New York, USA: Routledge.




Situs ‘ted.com’ Sebagai Sebuah Sumber Belajar

One of many ways we can use to practise our English pronunciation is by reading or speaking loudly, even when we do not have friends to talk with actually we still can practise our pronunciation. Many people like listening to music and sing along with it so they can know how the words in the lyrics are pronounced. But not all people like singing, for them reading or watching are better and more interesting to do. So here I introduce you a website, http://www.ted.com/ where you can find many presentations from people in the world with fascinating topics. Each video is usually completed with transcript so we can listen and read the transcript at the same time to practise our listening, reading, and pronouncing skills.

May you find this info fruitful. Good luck.




When Enough is Enough

One day, I visited one of office boys’ at office because his father passed away. It was around 4 P.M. and my next destination was a place somewhere a bit far from there. You know…with the traffic we have in Jakarta then it is normal that I choose motorcycle taxi for my transportation and sure it’s because on that day I was in a hurry. I did not want to be late reaching the next destination, so I decided to take the motorcycle taxi from Tebet area to go to Sudirman. However, since at the office boy’s house I did not know where I could find the place of the motorcycle taxi, I thought it would be nice if somebody there with motorcycle could give me a ride to Sudirman. Lucky me, I met another office boy (OB) who had his motorcycle and he didn’t mind dropping me. So finally I took a ride with him instead of taking the motorcycle taxi. Say this guy’s name is Dicky. When I arrived at Sudirman because I had no small change for my money so I gave him Rp. 50,000. I didn’t mind at all since I thanked God for giving me so easiness that I was able to arrive on time. You know what? Mr. Dicky said, “Mba Adel, it’s too much”, and he took his only money from his pocket, because he insisted then I took the money he gave me, it’s Rp. 15,000. I thought, okay, then Rp. 35,000 was good enough for him. I didn’t think anymore about my money, but of course I wondered and surprised with my experience that afternoon, because many people would take the whole money I gave them, that would be my guess.

The next day in the morning I was at the office in front of my computer, suddenly Mr. Harto (the office boy whose father passed away) appeared and handed me an envelope, “Mba Adel, it’s from Dicky. He said it’s the change of the money from buying the gas.” And there was another Rp. 15,000 in the envelope. I was stunning and praising my Lord for what I just experienced. Still until now, I am still thinking about it and I think Mr. Dicky really rocked!!

that’s what I call, when enough is enough…
I hope I can be that kind of person some day. It’s not easy, you know… well, for me that’s not easy. don’t know with u, guys… 🙂 Good Lord…




Tiga Penyakit Hati

Ini adalah sebuah rangkuman dari sebuah acara kultum yang pernah saya ikuti.
Di awal kultum Pak Ustad menyampaikan tentang makna kata Ramadhan dan Marodhun. Ramadhan dalam bahasa Arab berasal dari akar kata ramadha, yang berarti panas menyengat, membakar dan menghanguskan, semantara kata maradhun yang dapat ditemukan di Q.S. Al Baqarah 10, itu berarti penyakit, penyakit hati lebih tepatnya. Selanjutnya Pak Ustad menjelaskan tentang 3 penyakit hati yang dianggap berbahaya bagi kita, yaitu 1. Sikap/sifat sombong; 2. Sikap/sifat serakah; 3. Sikap/sifat hasad/dengki (seperti yang ada di dalam Q.S. Al Falaq 8, wa min syarri hasidin idzaa hasad/ dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki ).

Kita, manusia haruslah berhati-hati terhadap 3 penyakit hati ini (tentu saja ada penyakit-penyakit hati lain, namun dalam kultum malam itu hanya 3 penyakit hati ini yang dibahas).

Yang pertama adalah sifat sombong, sombong di sini tidak lah hanya berarti sombong kepada manusia, tapi juga rasa sombong kepala Allah, sombong tidak mau melaksanakan apa yang diperintahkan Allah, seperti contohnya saat Allah memerintahkan iblis untuk bersujud kepada Adam as, karena merasa dirinya lebih baik dia kemudian tidak mau bersujud.

Yang kedua itu adalah sifat serakah. Sifat serakah sering dicontohkan saat kita menginginkan sesuatu yang jumlahnya banyak, namun sebenarnya sifat serakah di sini, yang dijelaskan oleh Pak Ustad lebih ke sifat serakah saat kita juga menginginkan dan mengambil/memakan sesuatu yang bukanlah hak kita, itu lah serakah. Kalau mau makan jumlahnya banyak, tak masalah asal barang/makanan itu memang punya kita, yang sekarang sering terjadi itu kan lebih ke faktor kualitas, halal dan haram, banyak orang mengambil yang bukan haknya. Contoh serakah itu adalah saat Adam A.S. telah diperintahkan Allah untuk berdiam di surga dan diperbolehkan memakan makanan yang ada di dalamnya, tapi dilarangnya Adam oleh Allah untuk mendekati pohon khuldi, namun akhirnya Adam tetap mendekati pohon tersebut (tentunya atas bujuk rayu iblis), itu lah contoh dari serakah yang kemudian menyebabkan Adam diturunkan dari surga.

Yang terakhir adalah sifat hasad, alias dengki. Tahu orang dengki? Orang dengki itu SSOS, Senang Saat Orang Susah atau juga Susah Saat Orang Senang. Contoh sifat dengki ini dapat dilihat dari cerita dua anak Adam, saat Qabil dengki terhadap Habil sehingga mengakibatkan dia sanggup membunuh saudaranya. Nah ini sifat orang Indonesia banget deh kayaknya, SSOS, tidak bisa lihat orang senang sedikit langsung uring-uringan. Ada doa untuk menghindarkan diri kita agar terhindar menjadi pendengki dalam QS Al Hasyr 10, “Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang.” Selain tentunya doa agar kita terhindar dari mereka yang mendengki di dalam QS Al Falaq 8 “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh dari dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki”.

Sekian ringkasan kultum yang dapat saya tuliskan, semoga dapat menjadi bahan renungan kita semua.