Namaku Adelina. Namamu siapa?

Well, sebetulnya ini adalah sebuah tulisan lama yang sudah pernah ditaruh di blog pribadi maupun di notes FB, tapi rasanya senang saja berbagi dan kali ini cerita saya dedikasikan untuk seorang bos di kantor yang membuat nama kecil ‘Adel’ menjadi nama panggilan populer untuk saya, bahkan jauh sebelum penyanyi Adele muncul ^_^ Sila dibaca.

—-
Nama seseorang adalah sesuatu yang selalu menarik untuk dibahas. Sebelumnya pun masalah nama ini sudah pernah aku bahas di blog multiplyku (akan kulampirkan di bawah catatan ini). Sebenarnya, ada sesuatu yang menggelitik yang membuatku ingin menulis tentang nama pagi ini. Tiba-tiba seorang teman SMA yang baru ketemu lagi di FB menyapaku dengan nama Lina. Pagi ini yang kedua kalinya seingatku.
Padahal seumur hidupku, hanya segelintir orang saja yang biasa memenaggilku Lina, salah satunya seorang teman di kantor yang untungnya jarang kutemui. Aku tidak bisa membayangkan seandainya harus ketemu dirinya setiap hari dan memanggilku dengan nama Lina, wah, pastinya akan aku koreksi dan kuminta dia memanggilku Ade atau Adel saja.

Sungguh, aku pun tak paham, dulu sekali, saat Ibu dan Ayah memiliki aku sebagai anak kedua mereka, nama kecil apa yang mereka berikan kepadaku. Yang aku tahu, aku kemudian biasa dipanggil Ade oleh saudara-saudaraku, teman-temanku, namun orang tuaku sendiri kerap memanggilku dengan panggilan Adelin juga. Bahkan sampai sekarang pun kakakku satu-satunya selalu memanggilku Adelin. Satu lagi yang mengesankanku adalah ketika seorang Mba Nai (red:Djenar Maesa Ayu) di acara diskusi filmnya mamanggilku dengan panggilan Adelin (Membaca ‘de-nya seperti membaca kata “depan”, tidak seperti kata “desa”) . Untuk adik-adikku sih, namaku tak pernah menjadi masalah karena mereka cukup memanggilku dengan sebutan Teteh. Walaupun sampai sekarang aku juga kerap bertanya-tanya, mengapa juga mereka memangilku teteh, bahkan ayahku alm pun selalu mentetehkan aku saat beliau sedang berbicara pada adik-adikku, padahal ayahku sendiri bukan berasal dari tanah Pasundan, melainkan dari OKU (Ogan Komering Ulu) Sumsel.

Yang kemudian mengherankan adalah, ketika aku punya akun FB ini. Lucu sebenarnya, bikin aku geleng-geleng kepala, karena tiba-tiba teman lama yang ketemu lagi di FB dengan santainya menyapa dan memanggilku Adel. Dulu waktu di SMA aku memang pernah dipanggil Adel oleh beberapa kawan karena kebetulan ada seorang kawan lain bernama Ade berada dalam satu kelas yang sama, tapi jujur, aku tidak terlalu suka dipanggil Adel. Sampai akhirnya aku bekerja dan tahu-tahu Bosku, entah atas dasar apa, mungkin supaya tidak terkesan seperti memanggil anak kecil, kemudian menobatkan Adel sebagai nama kecilku. Jadilah semua orang di kantor selalu dan tidak pernah tidak, memanggilku Adel. Padahal untuk teman-teman ketahui, di CV aku juga mencantumkan informasi bahwa nama kecilku adalah Ade.

Ada lagi yang menarik tentang namaku ini. Aku sering memperhatikan kalau ternyata ada seorang uwak (bibi/bude) dalam bahasa Sumsel, yang kalau memanggilku Ade selalu tanpa ada stres/tekanan pada bagian De. Memang terdengar berbeda. Pastinya berbeda, coba bayangkan kalau ada seorang teman yang bernama Iko tahu-tahu harus dipakaikan stres/tekanan pada bagian Ko-nya, aku yakin Iko juga tidak akan suka^_^. Tapi kalau nama Ade dipanggil tanpa stres yah ga masalah sih sebenarnya, hanya terkesan aneh dan menggantung:) Jadi tetap lah memanggilku Ade dengan tekanan pada bagian De.

Untuk teman-teman yang sudah terlanjur memanggil Adel atau Adelin juga silahkan saja, hanya, please… Jangan panggil aku Lina. Terima kasih:)


Tulisan di bawah ini dikutip dari http://namakuadelina.multiply.com/journal/item/88/aDeLiNa_tea yang ditulis pada May 6, ’09 4:08 PM

Nama saya Adelina. Di rumah, adik-adik, bahkan almarhum ayah memanggil saya teteh, karena Ibu saya adalah seseorang bersuku Sunda. Kalau kakak saya satu-satunya selalu memanggil saya Adelin. Sementara saudara-saudara ada yang memanggil saya Ade atau Adelin. Kalau teman, kebanyakan mereka memanggil Ade. Hanya di kelas 1 SMA saya dipanggil Adel karena kebetulan di kelas itu ada seorang siswa lain bernama Ade. Saya tidak masalah, hanya karena belum biasa akibatnya ketika sahabat saya, Ratih, yang kemudian akrab dengan saya setelah lulus SMA, ingin memanggil saya Adel, saya menolaknya. Please call me Ade, kata saya saat itu. Namun cerita tentang Adel tidak berhenti di situ, karena ketika saya mulai bekerja, bos saya memutuskan untuk memanggil saya Adel, padahal seingat saya di CV saya pun saya sudah menuliskan kalau nama kecil saya itu Ade. Akhirnya, sampai sekarang, saya lebih dikenal sebagai seorang Adel di tempat saya bekerja, dan Ratih sempat mengomel karena dulu saya tidak mau dipanggil Adel, tapi kenapa sekarang saya mau. Saya bilang kepada Ratih, “Kan bos gw yang mau, masa gw nolak. Kalo elo mah gpp gw tolak, hehehe.”




A GENEROUS MOTORCYCLE RIDER

A GENEROUS MOTORCYLE RIDER

Back to 2009 there was one night I could not forget. I was on the way to the train station. My friend informed me that she gave me wrong schedule of the departure time of my train to Yogyakarta. It should be earlier than the one I was informed. Consequently, I was in a hurry. Unfortunately, the weather was not good at that night. I tried to order a taxi, but none showed up; finally, I decided to go out from my house, 10-minute walking distance from the main street where I usually catch a taxi. The heavy rain could not stop me from walking to that street. I had to do it. I waited on the pedestrian zone, hoping there would be a taxi I could stop, but Friday night traffic in Jakarta, honestly, is always a hell for everyone in the city, especially with the falling of the rain, it is always difficult to get a taxi during rush hours. After waiting, I eventually decided to take a bus. However, as the rain and the traffic jam got worse, until one intersection I got off from the bus and tried to find a motorcycle taxi, because I thought that motorcycle taxi could reach the destination faster. Too bad, that night everything seemed messy, no motorcycle taxi I found. I started walking and kept thinking how I could reach the station on time so I could catch the train. When I was walking I saw the line of many motorcycles waiting for the green light at an intersection, and without thinking much, I asked one of the riders to allow me to take a ride with him to the station, because he was going to the same direction as the station. Thank God, he said yes. He did not only give a ride, he directly took me to the nearest gate so I could catch up the train. When I offered him the money for the ride, he refused it; he said that he was happy helping me, in fact saving me from being left by the train. That night I learned again that good things and happiness are not always about materialistic things. The experience also taught me that when we are kind and good, than good things also would come to us automatically. So being someone good is always important, no matter what, it will go back to us.




Tentang Kabar Baik

Senang banget rasanya mendengar kabar baik, apapun itu, bisa bikin tertawa girang atau sekedar senyum senyum saja.

Kabar baik tentang apapun walau sekedar bahwa hujan akan turun hari ini, itu pun adalah sebuah kabar baik, karena matahari yang terik dan udara yang panas akan didinginkan dengan turunnya hujan yang mungkin sebenarnya ujung ujungnya akan membuat jalanan macet dan becek, tidak masalah buatku, karena pada setiap hal kita bisa menganggapnya baik kalau kita mau, atau pun tidak menyenangkan, itu pun kalau kita yang berpikir seperti itu.

Lalu bagaimana kita bisa memberi kabar baik untuk orang lain? Mungkin dengan mencoba berpikir dan menempatkan diri kita pada orang tersebut sehingga kita bisa melihat dan mencoba merasakan yang seseorang harapkan dan inginkan sehingga kita bisa menjadi orang yang memberi kabar baik dengan terpenuhinya harapan dan keinginan orang tsb. Walau tidak sempurna, minimal kita berusaha, bukankah tangan di atas itu selalu lebih baik dibanding tangan di bawah? Jadi akan lebih baik kalau kita mampu membahagiakan dan menyenangkan hati orang lain, apalagi kita tahu apa yang diharapkannya itu bisa diperolehnya lewat kita. Namun, ya namanya manusia, ada saja kurangnya, kadang manusia kurang peka, kadang manusia lebih peduli pada dirinya, akibatnya manusia juga kerap mengecewakan.
Semoga sih kita bukan termasuk yang hanya peduli pada diri sendiri sehingga kita cukup peka akan apa yang orang harapkan dari kita dan akhirnya kita pun bisa menjadi penyenang hati, bukan malah membuat galau orang orang yang di dekat kita sendiri.

Kalau sudah pernah ada kejadian yang mengecewakan, ya dijadikan pelajaran saja dan seperti istilah anak jamn sekarang bilang, CT aja deh, Cukup Tahu aja deh… Ternyata segitu doang. Kita sudah berusaha baik, tapi ternyata orang yang kita baik kepadanya tidak cukup peduli akan kita, yaaa cukup tahu lah, segitu saja ternyata. Lagi pula kita ini kan baik tidak perlu menunggu orang baik ke kita, atau kita juga baik bukan karena berharap orang baik juga kepada kita, tapi kita baik karena kita tahu bahwa menjadi baik itu adalah yang seharusnya dilakukan sehingga kita baik ya cukupkan dengan mengharap ridho Allah πŸ™‚ itu pernah saya dengar juga di ceramahnya Aa Gym (walaupun Aa Gym poligami, kalau ceramahnya mah saya masih suka dengar kok, favorit malah hehehhe).

Mari jadi orang baik yang senang memberi kabar baik ^_^

Bersikap baik




Tutorial Menulis Esai Pendek

Kegiatan tulis-menulis bukanlah hal mudah untuk dilakukan, baik yang formal maupun informal. Namun siapa saja pastinya dapat menulis dengan baik apabila dia dapat menguraikan idenya dengan teratur dan terarah. Tutorial yang saya ingin sampaikan di sini adalah ide mengenai tahap-tahap menulis esai yang baik yang pernah saya pelajari, terutama jika tulisan yang ingin dibuat adalah tulisan esai formal. Walau begitu menurut saya pribadi tahap menulis yang akan saya paparkan berikut tetap akan bermanfaat untuk bentuk tulisan apapun sehingga tulisan kita dapat lebih dipahami oleh pembaca.

Esai yang baik biasanya terdiri dari 3 bagian tulisan, 1. Pendahuluan (introduction) 2. Isi (body) 3. Penutup/kesimpulan (conclusion).

Menulis Paragraf Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan biasanya dapat ditulis hanya dalam satu paragraf mengenai ide/topik yang ingin kita tulis untuk esai tersebut, dilanjutkan dengan kalimat-kalimat yang berisi tentang ide pendukung dari topik tersebut sebagai kerangka menuju bagian paragraf isi sehingga pembaca dapat mengetahui topik yang akan mereka baca dan apa saja ide pendukung yang akan mereka baca di paragraf-paragraf selanjutnya sehingga akhirnya mereka merasa tertarik untuk terus membaca esai tersebut sampai habis.

Menulis Paragraf- Paragraf Isi
Paragraf-paragraf isi jumlahnya bergantung pada ide pendukung yang sudah disampaikan oleh penulis di paragraf pendahuluan. Misalnya topik esai adalah tentang tipe mahasiswa pada saat ujian dan paragraf isi dapat berupa tipe-tipe mahasiswa tesebut, yang kemudian tiap tipenya saya tuliskan dalan setiap paragraf dengan detil. Seandainya tipe mahasiswa tersebut ada 3, maka paragraf isi pun akan ada minimal 3 paragraf. Di paragraf isi itulah penulis akan mengembangkan ide pendukung yang sebelumnya sudah disampaikan berupa kerangka pada pargraf pendahuluan.

Menulis Paragraf Penutup/Kesimpulan
Paragraf penutup cukup ditulis dalam satu paragraf berisi kesimpulan dari hal-hal yang telah ditulis. Biasanya pada paragraf penutup akan ada pengulangan kerangka paragraf isi yang singkat, sehingga pembaca diingatkan mengenai apa saja yang telah dibacanya pada paragraf-paragraf sebelumya dan ini sangat penting bagi penulis, karena pastinya seorang penulis berharap para pembacanya dapat mengingat tulisannya dengan baik.
Demikian tutorial menulis esai yang dapat saya sampaikan. Berikut ini link ke tulisan saya yang kurang lebih mengikuti tahapan penulisan yang sudah saya jelaskan tadi (http://adelinguist.blogspot.com/2015/02/iseng-nulis-tipe-mahasiswa-saat-ujian.html), namun karena tulisannya informal, paragraf-paragraf yang saya tulis lebih bebas, panjang, dan tidak mengikuti persis aturan atau tahapan yang baku yang saya telah jelaskan. Walau begitu jika tulisannya lebih formal biasanya aturannya lebih ketat sehingga kita diharapkan dapat mematuhi tahapan yang sudah baku. Contoh lain untuk esai yang benar-benar mengikuti tahapan yang ada dapat dilihat di bawah ini
β€œThe Hazards of Movie going”
Source: John Langan “College Writing Skills with Readings”

I am a movie fanatic. When friends want to know what picture won the Oscar in 1980 or who played the police chief in Jaws, they ask me. My friends, though, have stopped asking me if I want to go out to the movies. The problems in getting to the theater, the theater itself, and the behavior of some movie-goers are all reasons why I often wait for a movie to show up on TV.

First of all, just getting to the theater presents difficulties. Leaving a home equipped with a TV and a DVD-player isn’t an attractive idea on a humid, cold, or rainy night. Even if the weather cooperates, there is still a thirty-minute drive to the theater down a highway, followed by the hassle of looking for a parking space. And then there are the lines. After hooking yourself to the end of a human chain, you worry about whether there will be enough tickets, whether you will get seats together, and whether many people will sneak into the line ahead of you.

Secondly, once you have made it to the box office and bought your tickets, you are confronted with the problems of the theater itself. If you are in one of the run-down older theaters, you must adjust to the dusty smell of seldom-cleaned carpets. Broken springs hide in the cracked leather seats, and half the seats you sit in seem loose or tilted so that you sit at a strange angle. The newer theaters with small rooms next to each other offer their own problems.
Sitting in an area only one-quarter the size of a regular theater, movie-goers often have to put up with the sound of the movie next door. This is especially upsetting when the other movie involves racing cars or a karate war and you are trying to enjoy a quiet love story. And whether the theater is old or new, it will have floors that seem to be coated with rubber cement. By the end of a movie, shoes almost have to be ripped off the floor because they have become sealed to a deadly mix of spilled soda, hardening bubble gum, and crushed candy.

Thirdly, some of the movie-goers are even more of a problem than the theater itself. Little kids race up and down the aisles, usually in giggling gangs. Teenagers try to impress their friends by talking back to the screen, whistling, and making what they consider to be hilarious noises. Adults act as if they were at home in their own living rooms and comment loudly on the ages of the stars or why movies aren’t as good anymore. And people of all ages crinkle candy wrappers, stick gum on their seats, and drop popcorn tubs or cups of crushed ice and soda on the floor. They also cough and burp, squirm endlessly in their seats, file out for repeated trips to the rest rooms or kiosk, and elbow you out of the armrest on either side of your seat.

In conclusion, after arriving home from the movies one night, I decided that I was not going to be a movie-goer anymore. I was tired of the problems involved in getting to the movies and dealing with the theater itself and some of the patrons. The next day I arranged to have cable TV service installed in my home. I may now see movies a bit later than other people, but I’ll be more relaxed watching box office hits in the comfort of my own living room.

Semoga bermanfaat. Saya berharap apabila berkenan teman-teman dapat memberikan saran yang membangun. Terima kasih.

Jakarta, 25 Januari 2011

Adelina




Zaman Sekarang Tidak Boleh Tidak Bisa Bahasa Inggris. Harus Bisa!!

Beberapa bulan yang lalu sempat iseng bertanya ke teman-teman di FB tentang pengalaman belajar bahasa Inggris. Alhamdulillaah ada beberapa yang kasih komentar, hampir semua adalah teman SMA yang saya akui bahasa Inggrisnya bagus-bagus, ya minimal tidak malu-maluin lah.

Berdasarkan cerita atau komentar yang didapat, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan kalau mau berhasil dalam belajar bahasa Inggris. Pertama adalah motivasi, lalu yang kedua adalah balajar dan latihan yang keras, lalu yang selanjutnya adalah kreativitas, yang keempat fasilitas.

Sekarang coba saya jabarkan dulu tentang motivasi ya. Motivasi itu datangnya bisa dari diri sendiri atau biasa disebut internal motivation dan yang datangnya bukan dari kita, misalnya dari orang tua, itu adalah contoh external motivation. Jadi memang fakta bahwa orang tua itu memiliki peranan dalam perkembangan anak termasuk perkembangan kemampuan berbahasa. Belajar bahasa Inggris mungkin menurut sebagian orang tua tidak dianggap penting karena mungkin orang tua tidak melihatnya sebagai aset yang berharga untuk masa depan anak. Biasanya orang tua yang, maaf, biasa-biasa saja, bekerjanya tidak berhubungan dengan penggunaan bahasa Inggris biasanya menganggap remeh bahwa bahasa asing, tidak hanya bahasa Inggris, itu penting, sementara orang tua yang berkecimpung di dunia kerja yang lebih global, menggunakan bahasa Inggris di dalam pekerjaannya akan lebih memotivasi anak-anaknya untuk lebih tekun mempelajari bahasa asing. Jadi kalau mau anak kita belajar bahasa asing lebih awal, dari mereka masih kecil, ya otomatis memang orang tua yang harus memotivasi, kelak jika sudah beranjak remaja atau dewasa, motivasi dari dalam sendiri akan muncul atau bisa juga karena anak kita melihatnya dari lingkungan sekitar entah dari saudara-saudara atau sekedar dari bacaan dan tontonan mereka di TV. Tapi intinya, motivasi itu selalu penting dalam masalah pemelajaran dan ortu adalah suri tauladan anak, karena itu mari berusaha menjadi ortu yang semangat selalu dalam belajar sehingga anak bisa menumbuhkan dan mengembangkan rasa percaya diri dan keberaniannya dalam belajar segala macam ilmu, terutama dalam hal ini bahasa Inggris.

Ini testimoni tentang motivasi dari sahabat saya, Iko, β€œ …’teachers’ di sini luas maksudnya, buat gw yg pertama adl Nyokap; always motivate even push me to the max to learn n learn English. Waktu gw kecil, Nyokap suka ajarin vocab dg main tny jwb.. Ampe skrg aja suka ajak Alang bhs Inggris :))” Alang itu anaknya Iko.

Kalo ini komen dari Ratih, satu sahabat saya juga, dia bilang β€œKl di sini (Indonesia maksudnya Ratih), pengalaman gw, org2 suka ngetawain kl qta salah ngomong, n kl udah diketawain, efeknya jd ga pede deh, pdhl bhs inggris itu needs practice n mnrt gw, wajar bgtlah kl qta salah2 ngomong in english, kan qta bukan org sana.” Ya itu, kalau mau memotivasi tidak boleh kita mentertawakan kesalahan pemelajar, kesalahan anak, juga kesalahan murid. Kalau teman-temannya di kelas mentertawakan, harus diberikan pemahaman tentang efek mentertawakan, itu yang biasa saya lakukan di kelas.

Selanjutnya adalah belajar dan latihan keras. Jadi begini ya pembaca, namanya keahlian, ya harus sering dilatih, sama seperti keahlian lain misalnya keahlian berolahraga basket, semakin dilatih akan semakin jago, belajar bahasa asinng atau belajar bahasa Inggris juga begitu, dan jaman sekarang latihan dapat dilakukan di mana saja, banyak media yang dapat membatu kita berlatih bahasa Inggris, buka internet tinggal cari di mesin pencari, google misalnya. Salah satu laman internet yang bisa dipakai untuk berlatih bahasa Inggris itu misalnya http://www.englisch-hilfen.de/en/ dan http://www.eslfast.com/. Coba buka deh. Nah latihan ini harus dilakukan secara terus menerus, harus tekun melakukannya, karena kalau latihannya hanya sekali-sekali, missal sekali sebulan, ya tak pengaruh banyak lah. Jadi begitu ya, harus rajin berlatih.

Yang ketiga adalah kreativitas. Seseorang yang kreativitasnya tinggi biasanya idenya banyak, semakin kreatif orangnya semakin bervariasi cara belajarnya. Nah kalau begitu bagaimana caranya supaya bisa kreatif, ya termasuk dengan ikut kelompok-kelompok belajar, missal kelompok belajar bahasa Inggris yang ada di sekolah, kelompok debat bahasa Inggris, dsb. Lalu bisa juga kreatif dengan mamanfaatkan fasilitas yang ada. Nah ini jadi bersambung ke faktor keempat yaitu fasilitas. Misalnya di rumah sudah disediakan komputer oleh orang tua, komputer harus dimanfaatkan untuk hal-hal yang berguna, misalnya belajar bahasa Inggris online, lalu kalau tidak ada computer, mungkin di sekolah ada fasilitas perpustakaan, coba rajin-rajin mencari buku berbahasa Inggris untuk dibaca. Membaca buku itu bisa dimanfaatkan juga loh untuk mengembangkan bermacam keahlian, misalnya keahlian membaca. Seseorang yang membiasakan dirinya berlatih membaca buku dengan keras akan juga melatih kemampuan pengucapan bahasa yang digunakan buku tsb. Lalu bisa menambah kosa kata yang dimiliki, serta akhirnya semakin banyak buku yang dibaca, akan semakin banyak hal yang dapat dijadikan modal menulis. Akan sangat menyenangkan apabila kemudian kita dapat menulis menuangkan ide-ide yang didapat dari hasil membaca. Selain itu ada juga teman-teman yang mungkin mendapat fasilitas lebih lainnya, maklumlah jaman sekarang, apalagi di kota besar seperti Jakarta, fasilitas sudah bertebaran di mana-mana, tinggal kita yang pandai-pandai memanfaatkannya.

Oiya, selain 4 hal di atas, seorang teman juga bicara tentang bantuan guru dan teman dalam proses pembelajaran, tentu saja guru dan teman bisa menjadi faktor penting. Guru dan teman dapat didapat dari orang-orang yanga ada di sekitar kita, misal dari sekolah, temoat bekerja, bahkan tetangga baik tetangga di rumah maupun tetangga di internet, hehehhe. Tetangga di internet ini maksud saya adalah teman-teman ngeblog, atau teman-teman hasil pertemanan lewat ruang-ruang atau kelompok belajar yang ada di internet. Terlebih lagi kalau seseorang itu sudah remaja atau dewasa biasanya sudah bisa dengan mudah belajar sendiri tanpa guru. Salah satu teman saya, Ceuceu bercerita kalau dia punya sepupu yang memiliki teman yang keinginannya sangat keras sehinga walaupun tidak ikut kursus, dia bisa jago bahasa Inggris karena belajar mandiri, rajin berlatih dan menghafal kosa kata.

Baiklah, sekian dulu berbagi idenya. Kalau ada yang kurang sila ditambahkan saja. Mari kita saling berbagi πŸ™‚ Semoga tulisan ini menjadi sesuatu yang bermanfaat ya πŸ˜‰

Jakarta 25 Mei 2014