Bunga di Balai Kota

Sampai saat ini, Jumat, 28 April 2017,  bunga di Balai Kota terkumpul sebanyak 4700 buah.    Luar biasa.  Jumlah yang tidak sedikit,  seperti yang dikatakan oleh bapak Sumarna, salah satu petugas Balai Kota.   Baru sekali ini dalam sepuluh tahun terakhir, terdapat kiriman bunga sebanyak itu.

Rata-rata papan bunga tersebut berukuran standar.  Namun ada satu papan bunga ukuran 4 x 12 m, sehingga mencuri perhatian bagi siapa saja yang melihatnya, bertuliskan “Satu Kekalahan, Seribu Bunga Merekah.  Terima kasih, pak Ahok!”.   Tulisan itu berada di tengah-tengah dikelillingi oleh ribuan bunga dominasi warna merah (Purnamasari & Rinaldi, 27 April 2017).

Bunga-bunga  di Balai Kota itu dikirimkan oleh warga masyarakat, tidak hanya dari Jakarta, namun juga dari luar kota, Surabanya, Bogor, Yogyakarta, bahkan ada yang dari negara Kanada, dan Perancis.   Bunga dipilih untuk perwujudan rasa syukur warga atas prestasi  gubernur & wakil gubernur, bapak Basuki Tjahaya Purnama & Djarot Syaiful Hidayat, mewujudkan kesejahteraan dan keadilan sosial di DKI.

Bunga, barangkali sebuah benda biasa.  Menjadi tidak biasa ketika dikirimkan kepada seseorang, pejabat publik, dalam jumlah yang fantastis (lebih dari1000 papan bunga!), dalam saat yang sama.  Hal ini baru kali ini terjadi di Balai Kota DKI, bahkan di Balai Kota di seluruh Indonesia.

Bunga diidentikkan dengan keindahan, bentuk dan warna-warninya.  Bunga dapat memberikan perasaan sukacita,  Bunga juga menebarkan keindahan.    Bunga seringkali dipakai untuk mengungkapkan perasaan seseorang, entah itu perasaan bahagia, suka cita, maupun juga perasaan duka.   Bunga dipajang sebagai dekorasi pelaminan pernikahan, bnga juga dipakai sebagai pemanis ruangan di kamar melahirkan, di rumah sakit maupun di kamar pribadi.    Namun, bunga juga menjadi hiasan ruangan di kamar duka.   Bunga menjadi media ungkapan perasaan seseorang di berbagai peristiwa (wisuda, melahirkan, menikah, atau kehilangan).   “Say it with flowers,” kata NN.

Bunga di Balai Kota, menjadi ungkapan syukur, pujian, apresiasi dari sekelompok orang, baik perseorangan maupun berkelompok, ditujukan bagi kinerja seorang gubernur & wakilnya.  Ada rasa cinta.   Ada rasa syukur.  Dan ada rasa keterwakilan.   Teringat kata-kata Erich Fromm melalui The Art of Loving bahwa dalam cinta melalui bunga yang melimpah di halaman Balai Kota, terkandung perwujudan kepedulian (care), selain ada juga perasaan respect yang menyertainya (1956).

Bunga menjadi sarana ungkapan rasa sebagai bentuk apresiasi kinerja sang  gubernur dan wakil yang sudah berkarya bagi mereka.    Bunga di Balai Kota menjadi saksinya.

Sabtu, dini hari, 29 April 2017

MMM

 

Sumber bacaan:

Dian Dewi Purnamasari & Ingki Rinaldi.    Wajah harapan, bukan tangisan kegalauan.  Kompas,  Kamis, 27 April 2017,

hal.  15, kolom 5-7.

Fromm, Erich.   (1956).  The art of loving.    New York:  Harper & Row, Inc.