Pendidikan 4.0

Revolusi Pembelajaran dalam Education 4.0

Image may contain: 1 person, text

Oleh: Vincent Gaspersz, Lean Six Sigma Master Black Belt and Certified Management System Lead Specialist

Telah terjadi revolusi (bukan sekedar evolusi) sistem pendidikan di negara-negara maju beberapa tahun terakhir ini. Sistem Pendidikan di negara-negara sedang berkembang seperti di Indonesia, terutama di daerah-daerah yang belum maju pendidikannya tidak terasa perubahan cepat karena sesungguhnya tidak terjadi persaingan ketat dalam sistem pendidikan di daerah itu.

Di samping itu sistem pendidikan di Indonesia juga masih berada pada tahapan Education 1.0 . Internet yang berkembang di Indonesia, pemanfaatannya hanya banyak digunakan untuk aktivitas-aktivitas sosial seperti yang terjadi selama ini dalam pemanfaatan FB, WA, Instagram, dll BUKAN (hanya sedikit sekali) dimanfaatkan untuk akses perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Karakteristik utama yang paling menonjol dari Education 1.0 (Sistem Pendidikan Indonesia) vs. Education 4.0 yang telah mulai terjadi dan sedang berlangsung di negara-negara maju adalah:

• Dalam Education 1.0, guru/dosen berfungsi sebagai sumber utama ilmu pengetahuan dan teknologi; sedangkan dalam Education 4.0, guru/dosen berfungsi sebagai pemimpin team (team leader) yang bekerjasama dengan siswa/mahasiswa untuk menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan didukung banyak sumber pembelajaran berbasis internet (Artificial Intelligence Portals).

• Dalam Education 1.0, materi pembelajaran semata-mata dari buku-buku teks; sedangkan dalam Education 4.0 materi pembelajaran sesuai kebutuhan praktek yang bersumber dari berbagai portal internet (Artificial Intelligence Portals) tanpa perlu terikat secara kaku pada buku-buku teks.

• Dalam Education 1.0, proses pembelajaran dilakukan melalui kuliah, membuat paper dan bahan presentasi, ujian tertulis dan/atau lisan; sedangkan dalam Education 4.0 proses pembelajaran secara terbuka untuk meningkatkan kreativitas pembelajar, membangun jaringan sosial melewati ruang-ruang kelas dan disiplin ilmu, pembelajaran adaptif yang dikendalikan oleh banyak Artificial Intelligence Portals (berbasis internet).

• Dalam Education 1.0, organisasi pembelajaran tergantung pada bangunan fisik berbentuk ruang-ruang kelas dengan guru/dosen lokal, pembelajaran, penilaian, maupun akreditasi tergantung pada institusi tunggal; sedangkan dalam Education 4.0 pembelajaran tidak lagi tergantung pada bangunan fisik karena aktivitas pembelajaran dilakukan secara terbuka dengan pertukaran guru/dosen melintasi daerah/wilayah/nasional seperti menawarkan gelar/ijazah ganda (double degree), dan akreditasi dari banyak institusi yang diakui secara internasional.

• Dalam Education 1.0, siswa/mahasiswa bersikap pasif hanya menerima pengaturan 100% dari sekolah/universitas; sedangkan dalam Education 4.0, siswa/mahasiswa memiliki otonomi untuk menyusun rencana pembelajaran yang dibantu oleh guru/dosen sebagai penasehat serta didukung oleh Artificial Intelligence Portals, di mana rencana pembelajaran ini dapat diperbaharui secara terus-menerus melalui mekanisme adaptif.

• Dalam Education 1.0, alat-alat pembelajaran meskipun telah menggunakan sistem manajemen E-learning tetapi dibatasi dan tergantung 100% oleh institusi (sekolah/universitas) tempat pembelajaran itu; sedangkan dalam Education 4.0 sistem manajemen E-learning dilakukan secara terintegrasi dengan banyak aplikasi Artificial Intelligence.

Membutuhkan kemandirian 100% dari pembelajar dalam Education 4.0 untuk memilih sendiri bahan-bahan pembelajaran agar meningkatkan kompetensi pembelajar secara mandiri, Bahan-bahan pembelajaran itu dapat diakses baik secara gratis maupun berbayar melalui internet.

Pembelajaran yang semata-mata untuk tujuan motivasi ekstrinsik seperti hanya mengejar ijazah akademik dari sekolah/universitas dan/atau sertifikasi professional dari asosiasi-asosiasi professional menjadi tidak relevan lagi pada Education 4.0!

Motivasi intrinsik untuk meningkatkan kompetensi agar mampu berkompetisi secara professional merupakan hal yang paling utama dalam Education 4.0.

Membutuhkan revolusi mental mulai dari perubahan dramatik pada Mindset—Attitude—Habits—Character agar bisa memasuki Education 4.0 (lompatan melewati Education 2.0 dan 3.0 seperti bagan terlampir) atau TETAP bertahan saja dalam Sistem Pendidikan: Education 1.0 ?

Malaysia adalah contoh negara maju yang telah memulai aplikasi Education 4.0. Informasi tentang Education 4.0 di Malaysia dapat download GRATIS di sini

Ali Selamat. Higher Education 4.0 : Current Status and Readiness in Meeting the Fourth Industrial Revolution Challenges

Bagi mereka yang tertarik dengan pengajaran dan pembelajaran di perguruan tinggi, maka silakan download GRATIS ebook berjudul: A Handbook for Teaching and Learning in Higher Education (2009, xviii + 525 pages), 3rd ed., edited by: Heather Fry, Steve Ketteridge and Stephanie Marshall.

Akhir-akhir ini Kemen Ristek Dikti mengubah kebijakan dengan mencantumkan Multidisiplin. Selama ini para dosen-dosen dan pihak perguruan tinggi di Indonesia bangga dengan sebutan linearitas ilmu (S1, S2, dan S3 harus sebidang). Mungkin tidak lama lagi semua mulai membahas tentang multidisiplin ilmu.

Vincent Gaspersz




Positivisme vs Interpretivisme/Konstruktivisme

Positivism and Interpretivism in Social Research

Postitivisme merupakan aliran filsafat yang berkembang pesat di abad 19. Dalam padndangan penganut fisafat ini tujuan riset adalah untuk mendapatkan penjelasan ilmiah. Positivisme memandang ilmu-ilmu sosial sebagai metode terorganisir dengan menggunakan logika deduktif serta pengamatan empiris dari perilaku individu dalam rangka menemukan dan mengkorfirmasi dugaan hubungan sebab-akibat. Hal ini dilakukan untuk meramalkan pola umum kegiatan manusia.

Sifat dasar dari pendekatan ini adalah bahwa fakta empirik terpisah dari gagasan atau pemikiran personal. Fakta empirik itu terjadi karena adanya hukum sebab dan akibat. Pola realitas sosial itu bersifat stabil. Paradigma ini mengasumsikan bahwa tujuan sains adalah mengembangkan meode-metode yang sangat obyektif untuk mendekati realitas. Peneliti yang menggunakan pespektif ini menjelaskan bagaimana variabel-variabel saling berinteraksi, membentuk suatu kejadian , dan menghasilkan sesuatu. Semuanya dilakukan dengan pendekatan kuantitatif. Sering penjelasn-penjelasan tersebut dikembangkan dan diuji dalam studi eksperimental. Diantara kontribusi penting dri tipe riset ini adalah analisis multivariate dan teknik-teknik peramalan statistik.

Disisi lain, ada perspektif interpretivist/constructivist yang merupakan riset kualitatif, memandang dunia sebagai sesuatu yang dikonstruksi, ditafsirkan, dan dialami oleh orang dalam interaksinya dengan sesama serta dalam sistem sosial yang lebih luas. Menurut paradigma ini sifat dasar penelitian adalah penafsiran, sedangkan tujuannya adalah untuk memahami fenomena tertentu. Bukan untuk melakukan generlisasi dari populasi. Penelitian pada paradigma ini besifat alamiah karena diterapkan pada situasi dunia nyata.

Antwi, S. K., & Hamza, K. (2015). Qualitative and Quantitative Research Paradigms in Business Research: A Philosophical Reflection. European Journal of Business and Management, 7(3), 217–225.




Patokan dalam Penulisan Jurnal

• Title (judul): the title must be eye-catching
• Abstract: abstract must be intriguing
• Introduction: it must be motivating
• Literature review: must be inspiring
• Body of your text: must be convincing
• Conclusion/Concluding remarks: must be interesting

Selain daripada itu,
• Keywords: keywords/key phrases refer to the subject classification of your work
• Acknowledgement: is to appreciate those who make significant contribution in research and in manuscript writing (e.g. Editor, reviewers, sponsors, institution)
• References: refers to the quality and up-to-datedness of your baseline (furthermore, you have to facilitate the Editor and reviewers in order for them to be able to access and read easily all the references)

 

Membuat Title (judul) artikel ilmiah

Bagaimana membuat judul yang eye-catching (yang membuat orang jatuh hati pada pandangan pertama melihat judul)?

Jawabannya: “perlu latihan.” Kalau perlu, belajarlah dari mereka yang berkecimpung dalam dunia periklanan. Mereka sangat pandai membuat judul.

Salah satu kata kunci membuat judul artikel ilmiah adalah “jangan terlampau panjang” Semakin pendek semakin bagus. Semakin panjang akan semakin sulit dicerna. Kalau begitu, sebaiknya seberapa panjang? Ada kebiasaan umum yang kerap berlaku, yakni tidak lebih dari 15 kata. Saya sendiri selalu berusaha untuk menggunakan 10 kata atau kurang.

Kata2 yang menunjukkan “new ideas” atau “terobosan” atau “melawan arus” perlu mendapat perhatian untuk digunakan dalam judul artikel.

Selamat berkarya!

 

Membuat abstract yang intriguing

Abstract yang mampu membangkitkan minat Editor dan Reviewers pasti menampilkan the state-of-the-art of the work.

Ada rumus umum yang biasa digunakan untuk membuat sebuah abstract yang demikian. Rumus tsb adalah sbb. Abstract terdiri atas (tulislah sesingkat mungkin sesuai urutannya);
1. Purpose,
2. Design/methodology/approach,
3. Findings,
4. Limitations/implications, dan
5. Originality/value.

Harap diketahui bahwa Editor dan Reviewers bekerja dengan berpegang pada pedoman “The 3 I’s” yang dirumuskan oleh Warren Buffett (investor dunia ternama) yakni; Innovators, Imitators dan Idiots (dia menggunakan istilah yang sarcastic).

Hanya kategori “Innovators” yang akan mendapat tempat terhormat.

Maman A. Djauhari 




Kumpulan Komentar Proposal Defend dan Viva

Komentar-komentar itu disusun berdasarkan topik-topik sebagai berikut:

  • Tajuk tesis
  • Abstrak
  • Fokus kajian, pernyataan masalah, objektif kajian dan soalan kajian
  • Definisi operasional
  • Tinjauan literatur
  • Metodologi (reka bentuk/sampel/peserta/instrumentasi)
  • Pengutipan data (kaedah, mencukupi untuk menjawab soalan kajian)
  • Analisis kuantitatif (statistik)/kualitatif
  • Interpretasi data/maklumat
  • Kesimpulan
  • Perbincangan
  • Implikasi kajian
  • Bahan rujukan (komprehensif, terkini)
  • Susunan keseluruhan bab, rujukan dan lampiran
  • Kekuatan tesis
  • Kelemahan tesis
  • Kejelasan penyampaian tesis
  • Penggunaan bahasa dan tatabahasa
  • Ejaan
  • Lain-lain ulasan

Silakan  Klik

NURUL FADLY HABIDIN




Apa, Mengapa, dan Bagaimana Melakukan Kajian Pustaka

Penjelasan secara skematik
What is a literature review, why is it important and how do I do it?

No automatic alt text available.

Langkah-langkah

1. Identifikasi kata kunci (keywords)

  • Pertanyaan riset (RQ)
  • Konsep

2. Mencari Literatur yang Ada

  • Penelitian sebelumnya
  • Sumber data sekunder

3. Evaluasi Hasil Pencarian

  • Relevansi
  • Kualitas
  • Konsensus atau Ketidak-sepakatan
  • Gaps

 

Amir Albasha




Definisi Riset Kualitatif & Verstehen

Berbagai pandangan mengenai ciri-ciri metode kualitatif

Ada berbagai macam contoh definisi penelitian kualitatif.


Penelitian kualitatif memiliki makna yang berbeda bagi setiap orang. Definisi-definisi tersebut menggambarkan perbedaan pemahaman, asumsi, pendekatan maupun kriteria. Tidak ada sebuah definisi, prinsip ataupun pedoman yang disepakati mengenai apa itu riset kualitatif. Namun dalam definisi-definisi di atas, ada kesamaan pandangan bahwa riset kualitatif itu berkenaan dengan interpretasi yang berasal dari tradisi verstehen. Verstehen adalah tafsir pemahaman atas makna tehadap kumpulan kegiatan yang dialami oleh sang pelaku.

Cassell, C., Buehring, A., Symon, G., Johnson, P., & Bishop, V. (2006). Benchmarking good practice in qualitative management research. Benchmarking good practice in qualitative management research.

Allwood, C. M. (2012). The distinction between qualitative and quantitative research methods is problematic. Quality & Quantity, 46(5), 1417-1429.




Apakah data Facebook bisa digunakan untuk memenangkan Pilpres & Pilkada?

Beberapa hari lalu tersiar kabar bahwa data facebook bocor dan dapat digunakan untuk pemenangan pemilu presiden USA Donald Trump seperti yang dilansir beberapa media terkemuka di USA.

Mengapa bisa demikian ? Berkat salah seorang whistle blower di Christopher Wylie, mantan pegawai Cambridge Analytica yang bekerja sama dengan tim kampanye Donald Trump membocorkan skandal ini.

 

Jawaban dari pertanyaan diatas Apakah data Facebook bisa digunakan untuk memenangkan Pilpres & Pilkada ? bisa ya bisa tidak.

Bisa Ya, bila populasi pengguna facebook Indonesia yang besar sama dengan jumlah pemilik suara yang akan ikut pilkada dan pilpres.

Bisa Tidak, bila populasi pengguna facebook Indonesia bukan pemilik suara seperti yang diperkirakan.

Nah apa betul data Facebook bisa digunakan ? jawaban, bisa saja digunakan bila si pemilik data memiliki profile lengkap terhadap user facebook, sebagai contoh, untuk menjual camera seharga 50 juta rupiah tidak mudah di Indonesia, tetapi bila si sales memiliki profile para user facebook yang suka kamera digital dan mewah, berorientasi hasil yang maksimal, merupakan para photographer professional dan amatir, para blogger facebook,  instagram kamera dan photography, para penikmat photography. Tidak sulit bagi sales tersebut untuk menawarkan dan memberikan demo hasil jepretan kamera 50jt tersebut dan menjualnya.

Kembali kepada data facebook yang dapat digunakan untuk memetakan profile para pemilik suara untuk Pilpres dan Pilkada dapat dijadikan amunisi untuk mendulang suara pemilihnya dan sekaligus memenangkannya.

URL : https://inet.detik.com/cyberlife/d-3927407/facebook-dan-mark-zuckerberg-dihantam-krisis?_ga=2.86273434.360711365.1521785753-1097097774.1521785753




Kriteria Kualitas Riset Kualitatif pada Berbagai Momen

1. Momen
Kriteria kualitas penelitian kualitatif secara historis

2. Kontinum paradigma, ontologi, epistemologi dan metodologi penelitian

3. Konsep dan istilah pada kriteria kuantitatif yang dignakan untuk menilai kriteria kualitatif

4. Konsep dan istilah kriteria kualitas yang terkait dengan paradigma

5. Konsep dan istilah kriteria kualitas dengan penilaian individual

6. Konsep dan istilah penilaian kualitas dengan kriteria bridging

7. Kategori kriteria bridging serta pertanyaan yang terkait

Ravenek, Michael John, and Debbie Laliberte Rudman. “Bridging conceptions of quality in moments of qualitative research.” International Journal of Qualitative Methods 12, no. 1 (2013): 436-456.




Aturan Tak Tertulis Riset PhD

Image may contain: coffee cup, drink and text

No automatic alt text available.

Image may contain: text

Petre, Marian, and Gordon Rugg. The unwritten rules of PhD research. McGraw-Hill Education (UK), 2010.




Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

Perspektif ontologi, epistemologi, dan metodologi

Landasan Riset – Foundations of Research

Tuli, Fekede. “The basis of distinction between qualitative and quantitative research in social science: Reflection on ontological, epistemological and methodological perspectives.” Ethiopian Journal of Education and Sciences 6, no. 1 (2011).