Kualitas Riset Studi Kasus

Nerida Hyett, Amanda Kenny, and Virginia Dickson-Swift, “Methodology or Method a Critical Review of Qualitative Case Study Reports,” International Journal of Qualitative Studies on Health and Well-being 9, no. 1 (2014): 1–12.

 




Kerangka 5 P dalam riset mixed method

Riset mixed method (MM) semakin berkembang penggunaannya belakangan ini. Menuturut Creswell & Clark (2007) riset MM merupakan desain riset yang memiliki asumsi filsafat sebagaimana halnya dengan metode riset yang lain. Sebagai metodologi, mengandung asumsi filsafat yang memberi arah pada kegiatan pengumpulan dan analisa data serta menggabungka data kuantitatif dan kualitatif baik dalam satu penelitian maupun rangkaian penelitian. Dasar pemikirannya adalah bahwa kombinasi penggunaan data kualitatif dan kuantitatif akan memberikan pemahaman yang lebi baik ketimbang satu pendekatan saja.
Diakui ada berbagai kontroversi/krissis/tantangan terhadap riset MM. Berikut ini pedoman dalam merespon tantangan-tantangan tersebut.

Kelima P tersebut dapat dikelompokkan ke dalam tiga area:

Dalam menganalisa perkembangan-perkembangan penting, masalah dan prioritas gerakan riset MM, kelima P tersebut dapat dikaitkan dengan berbagai domain sebagai berikut.

Sementara Teddlie and Tashakkori (2010) menunjukkan adanya posisi paradigmatik dalam melakukan riset MM.

Kesimpulan
Karena sifatnya yang menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif, peneliti MM perlu lebih inovatif dan kreatif dalam membuat laporan penelitiannya. Landasan filsafat dan posisi paradigmatik harus dinyatakan eksplisit sebelum mengemukakan pilihan metodologinya. Dituntut pula kemahiran dan kompetensi dalam menguasai metode kuailtatif dan kuantitatif serta menggabungkan kedua metode tersebut. Kerangka 5P diharapkan dapat menjadi panduan untuk itu.

Roslyn Cameron, “Mixed Methods Research: The Five Ps Framework,” Electronic Journal of Business Research Methods 9, no. 2 (2011): 96–108.




Pembentukan Badan Siber Nasional Hanya Buang-Buang Anggaran

Pemerintah melalui Presiden Joko Widodo berencana membentuk Badan Siber Nasional (Basirnas) terkait dengan maraknya fenomena berita palsu atau ‘hoax’ di dunia maya.

Akademisi ABFI Perbanas Institute, I Gusti Njoman Mantra mengatakan, sebaiknya Pemerintah tidak tergesa-gesa untuk membentuk badan siber. Pasalnya, banyak badan-badan yang sudah dibentuk di Indonesia dan berakhir tidak efektif.

Dan sebenarnya masalah berita ‘hoax’ itu, kata Gusti sapaannya, tidaklah terlalu ‘urgent’ dan menjadi perhatian penting, sehingga tak perlu membuat badan siber.

Lanjut….

Pembentukan Badan Siber Nasional Hanya Buang-buang Anggaran




Netiquette Part 1: Jangan jadi one click killer

Oleh: Mardiana Sukardi
Peringkat literasi Indonesia berada di posisi kedua terbawah dari 61 negara yang diteliti (World’s Most Literate Nations, yang disusun oleh Central Connecticut State University tahun 2016). Dan selama setahun (2016) Indonesia menghasilkan 4,1 Milyar cuitan (belum termasuk medsos lain dan WA Group). Jadi gak heran juga dengan segala kegaduhan saat ini, ketika banyak orang yang “tidak suka membaca” tapi “suka sekali berbicara”.

Ada 3 kata kunci sederhana yang bisa kita aplikasikan klo kita memang berniat TIDAK mau menjadi bagian dari kegaduhan saat ini: True AND Good AND Useful. Kenapa Budos menggunakan operator AND diantara True, Good, Useful? Karena di dalam eksekusi program, operator AND mengharuskan ketiga kondisi tersebut dipenuhi.

Kalau diperhatikan, fenomena Group WA akhir-akhir ini orang jarang sekali melakukan filter akan berita yang akan diteruskan di Group. Buat sebagian orang yang penting nyampah dulu, benar ato tidak itu belakangan. Ajakan untuk tabayyun, cek dan ricek sebelum posting justru dianggap menggurui apalagi klo mereka itu lebih tua. Apapun yang diposting tanpa tabayyun terlebih dahulu, bukan hanya perkara hoax. Tapi juga nyawa seseorang. Beranikah bertanggung jawab kalau apa yang kita bagikan ternyata bukan berita yang benar, yang akhirnya akan berujung pada nasib seseorang? Silakan dipikir kembali, apakah itu benar? Apakah itu baik? Apakah itu bermanfaat? Kalau anda yakin, IYA, silakan dilanjutkan. Dan lengkapi dengan segala tanggung jawab dan konsekuensinya.

Nah, silakan cek dan ricek timeline medsos dan group wa pagi ini. Apakah sudah berubah menjadi “tempat sampah”? Silakan, bebersih dulu akun-akun dan group-group yang sekiranya tidak menambah erat silaturahmi antar umat, dan hanya sebagai penyebar berita yang belum sepeuhnya benar. Bukankah kebersihan juga bagian dari iman?

Jakarta, Januari 2017




Knowledge Management And Informal Learning Part 1 : Knowledge Management Component

 

Pengetahuan adalah membuat keputusan, mengubah sudut pandang, atau mengambil beberapa tindakan lainnya berdasarkan data yang dikumpulkan oleh sebuah organisasi. Data tersebut dapat berupa data pelanggan, data keuangan, data karyawan, data produk, dan data pasar. Rosenberg (2012) menterjemahkan manajemen Pengetahuan (Knowledge Management) merupakan sebuah revolusi dalam mengelola informasi dan cara kita membagikan dan menggunakan informasi tersebut. Dalam definisi lainnya, manajemen pengetahuan adalah penciptaan, berbagi dan pengarsipan informasi berharga (pengetahuan eksplisit dan tacit) dalam kelompok orang yang memiliki kepentingan atau kebutuhan yang sama dan tidak memiliki pengetahuan yang diperlukan. Manajemen Pengetahuan membutuhkan proses, manajemen dan kepemimpinan organisasi, dan software yang unik. Ketiganya ibarat kaki kursi, yang jika salah satunya tidak ada maka kursi itu tidak akan bisa berdiri.

Dalam kebanyakan organisasi, pengetahuan terdiri dari 4 jenis, sebagai berikut :

  1. Explicit Knowledge

Pengetahuan yang dapat dikodefikasi dan didokumentasi dalam buku teks , majalah, koran, website, buku petunjuk, dan panduan pengguna.

     2. Tacit Knowledge

Pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan wawasan. Tacit knowledge sulit untuk diidentifikasi, diartikulasi dan dikelola. Pada hakikatnya lebih banyak tacit knowledge dalam suatu organisasi dibandingkan dengan explicit knowledge

       3. Common Knowledge

Common Knowledge adalah explicit knowledge yang perlu dan selayaknya diketahui oleh setiap orang

       4. Undiscovered Knowledge

Ide yang belum tergambar yang memiliki benefit bagi organisasi tertentu, yang merupakan tantangan terbesar setiap orgnisasi untuk menemukannya. Misalnya ide-ide yang tersembunyi di dalam ribuan email pelanggan, inovasi yang terselip di dalam tumpukan data pelanggan dan lainnya. Terkadang, undiscovered knowledge ada di depan mata kita tapi tidak disadari.

 

Knowledge Management Component

Manajemen pengetahuan yang komprehensif dibangun oleh tiga komponen yang saling berhubungan: codification, collaboration, dan access.

Codification adalah mendokumentasikan pengetahuan eksplisit untuk memudahkan pengambilan pengetahuan. Komponen collaboration, bertujuan untuk menyediakan cara bagi mereka yang memiliki pengetahuan tacit untuk berbagi. Sedangkan komponen access, membuat pengetahuan mudah ditemukan dengan cara menggunakan satu gerbang universal yang mudah digunakan terhadap semua sumber daya informasi dan kolaborasi.

 

Manajemen pengetahuan memiliki peluang yang sangat besar untuk diimplementasi dalam semua tipe organisasi dan semua fungsi. Kapan saja seseorang ingin membagi pengetahuannya, bekerja dalam tim, atau meningkatkan efisiensi sebuah pekerjaan, maka manajemen pengetahuan akan menjadi tool yang sangat bermanfaat. Beberapa contoh pemanfaatan manajemen pengetahuan, yaitu pada call center, customer relationship management, e- commerce, government, human resources, information technology, partner-supplier relationships, professional services, sales, dan training.

 

Sumber :

Robert A Reiser, John V Dempsey, (2012). Trends And Issues In Intructional Design And Technology Third Edition.

 

Ditulis oleh Pratiwi dan Dian Syafitri




The Challenges of Using Mixed Methods

1. Definition

Mixed methods research is the type of research in which a researcher or team of researchers combines elements of qualitative and quantitative research approaches (e.g., use of qualitative and quantitative viewpoints, data collection, analysis, inference techniques) for the broad purposes of breadth and depth of understanding and corroboration. (Johnson, Onwuegbuzie, & Turner, 2007)

 

2. Different types of mixed methods research 

graphic-mixed-methods

(Johnson et al., 2007)

 

3. Six possible categories or designs of mixed method research

6-mixed-methods

(McLaughlan, Nobert, O’Reilly, & Thorkelsson, n.d.)

 

4. Rationales of mixed methods

rationale-mixed-methods

(Symonds & Gorard, 2008)

 

5. Challenges of mixed methods

challenges-mixed-methods

(Greenwood & Terry, 2012)

 

6. Conclusion

Designing and implementing a mixed methods research project is a challenging undertaking for the novice researcher. (Greenwood & Terry, 2012)

 

References

Greenwood, M. D., & Terry, K. J. (2012). Demystifying mixed methods research: Participation in a reading group “sign posts” the way. International Journal of Multiple Research Approaches, 6(2), 98–108. http://doi.org/10.5172/mra.2012.6.2.98

Johnson, R. B., Onwuegbuzie, A. J., & Turner, L. A. (2007). Toward a Definition of Mixed Methods Research. Journal of Mixed Methods Research, 1(2), 112–133. Retrieved from The SAGE encyclopedia of qualitative research methods

McLaughlan, M., Nobert, M., O’Reilly, L., & Thorkelsson, P. (n.d.). Mixed Methods Research: An Emerging Paradigm? University of Victoria.

Symonds, J. E., & Gorard, S. (2008). The death of mixed methods: research labels and their casualties. In The British Educational Research Association Annual Conference (pp. 1–19). Edinburgh: Heriot-Watt University. http://doi.org/10.1080/09500790.2010.483514

 




BANK VS PERBANKAN

Pengertian Perbankan dan Bank menurut UU No.10/98 tentang Perbankan menjelaskan bahwa Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Sedangkan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari kedua pengertian ini terlihat sekali bedanya.

Berdasarkan definisi sesuai UU maka jelas sekali perbedaannya antara pengetian Bank dan Perbankan, Bank adalah bentuk badan usahanya sedangkan perbankan adalah aktivitasnya dalam pengertian yang luas secara operasional bisnis yang dilakukan Bank. Hal ini dibahas sebagai bahan studi literatur bagi praktisi, akademisi dan mahasiswa S1, S2 atau S3 yang akan menyelesaikan tulisan karya ilmiah, apakah skripsi, tesis atau disertasi yang terkait dengan perbankan baik di Indonesia maupun di luar negeri.

Misalnya mahasiswa hendak menulis pokok bahasan tentang strategi pemasaran untuk meningkatkan dana pihak ketiga atau meningkatkan kepuasan nasabah atau meningkatkan loyalitas nasabah. Berdasarkan pokok permasalahan ini ditulislah judul : “ Strategi Pemasaran Perbankan di Indonesia Dalam Meningkatkan Dana Pihak Ketiga”. Sengaja dibuat judul yang pendek hanya untuk mempermudah pemahaman penggunaan kata “Bank” atau “Perbankan”. Nah jika dilihat dari judul, maka kata yang tepat digunakan adalah “Bank” bukan “Perbankan”. Mengapa demikian ? Karena yang membuat strategi adalah Manajemen Bank, yaitu Dewan Direksi ditururkan penugasanya kepada Direktur yang membidangi, diturunkan lagi kepada Unit kerja yang ada dibawah Direktur Bidang Pemasaran. Direktur merupakan bagian dari orgran yang ada di Bank.

Untuk lebih memperjelas misalnya pokok permasalahan adalah bisnis bank yang dipengaruhi oleh banyak faktor. Berdasarkan pokok permasalahan dibuta judul, misalnya: “ Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Bisnis Bank di Indonesia”. Sekilas tampaknya benar, tetapi jika kita telaah dari segi pengertian dasarnya, maka judul yang tepat adalah kata “Bank” diganti menjadi “Perbankan”. Karena tersirat bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap bisnis seperti IHSG, BI rate, Inflasi, Bunga Desposito, kupon (bunga) obligasi, kondisi ekonomi dan politik, dan lainnya ini akan memengaruhi kegiatan usaha atau bisnis perbankan.

Tulisan yang sederhana ini dimaksudkan untuk membantu mahasiswa yang akan dan sedang membuat penelitian yang terkait dengan bak atau perbankan, sehingga dapat membedakan, kapan harus menggunakan kata “bank” atau “perbankan” yang akan dipakai pada judul skripsi atau tesis. Semoga bermanfaat.




Perbandingan Metode Studi Kasus: Yin, Stake & Merriam

Yazan, Bedrettin. “Three Approaches to Case Study Methods in Education: Yin, Merriam, and Stake.” The Qualitative Report 20, no. 2 (2015): 134–152. http://www.nova.edu/ssss/QR/QR20/2/yazan1.pdf.




Choosing a Mixed Methods Design

mixed-method-creswell-1

 

mixed-method-creswell-2

John Creswell and Vicki L. Plano Clark, Choosing a Mixed Methods Design, Designing and Conducting Mixed Methods Research (SAGE Publications, Inc., 2010).

Pett, Marjorie A., and Lauren C. Clark. “Continuing Conundrums in Communication between Qualitative and Quantitative Paradigms in Health Research.” Neuropsychological Trends 12, no. 1 (2012): 87–98. doi:10.7358/neur-2012-012-pett.

Katrin Niglas, ‘Introducing the Qualitative-Quantitative Continuum: An Alternative View of Teaching Research Methods Courses’, Learning and Teaching of Research Methods at University: Research in Education Science, 2007, 185–203.




Mixed Method dalam Berbagai Fungsi Riset

 

Terjadi perdebatan yang sengit dalam riset ilmu sosial mengenai apakah pendekatan kualitatif dan kuantitatif dapat dikombinasikan. Sebagian berpandangan bahwa pendekatannya amat beda, baik dalam filsafat maupun metodologi, sehingga tidak dapat digabungkan. Sebagian yang lain berpendapat bahwa meskipun dasar ontologi dan epistemologinya beda, kuantitatif dan kualitatif dapat digabungkan dan dapat memberikan nilai manfaat.

Ritchie & Lewis (2003)  berpandangan bahwa dalam riset kebijakan, kedua pendekatan ini bisa digabungkan. Kedua pendekatan dapat menghasilkan informasi yang berguna bagi pengambilan kebijakan  maupun dalam praktek. Contohnya sebagai berikut.

contoh-mixed-method

Referensi

Ritchie, J., & Lewis, J. (2003). QUALITATIVE RESEARCH PRACTICE: A Guide for Social Science Students and Researchers. Qualitative research practice: A guide for social science students and researchers. http://doi.org/10.4135/9781452230108