Riset Kualitatif & Kuantitatif: Metode/Paradigma?

Apakah perbedaan riset kualitatif dengan kuantitatif? Pendapat pertama mengatakan bahwa perbedaan keduanya hanyalah perbedaan dalam menentukan metode yang tepat untuk menjawab pertanyaan penelitian, dan untuk itu bisa saling melengkapi. Dalam hal ini penekannya pada pemilihan metode atau kombinasi metode, mana yang paling pas untuk mencapai tujuan.
Pendapat kedua mengatakan bahwa pendekatan kualitatif dan kuantitatif mengandung asumsi mengenai pengetahuan tentang realitas, bagaimana kita dapat mengetahuinya, serta apa tujuan penelitiannya. Asumsi-asumsi tersebut akan menentukan apakah ini pendekatan yang digunakan dapat dikatakan cocok, legitimate, atau valid.
Pendekatan kedua inilah yang banyak dianut oleh kebanyakan peneliti kualitatif. Namun demikian belakangan juga mulai tumbuh pendekatan yang menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif, yang disebut mixed methods.

Hammersley, M. (2013). What is qualitative research? London: Continuum/Bloomsbury. p. 15

 




Evaluasi Riset Kualitatif

Metode kualitatif digunakan dalam lintas disiplin, untuk mempelajari pemaknaan yang dilakukan oleh manusia dalam perannya di dunia nyata, mengungkapkan pandangan dan perspektif mereka, mengenali kondisi kontekstual yang signifikan, menemukan atau mendapatkan tambahan wawasan mengenai konsep perilaku dan sosial, serta mengakui kontribusi berbagai perspektif teoritis dalam metode ini.
Dalam mengevaluasi riset kualitatif, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan.

Wu, Yelena P., Deborah Thompson, Karen J. Aroian, Elizabeth L. Mcquaid, and Janet A. Deatrick. “Commentary: Writing and Evaluating Qualitative Research Reports.” Journal of Pediatric Psychology 41, no. 5 (2016): 493–505.




COURSERA — ONLINE

Courses From Top Universities … Join for…

Kedutaan Besar AS membuka kesempatan bagi para jurnalis atau penulis pemula mengikuti program kursus jarak jauh “English for Journalism” yang diselenggarakan oleh University of Pennsylvania dan Coursera. Kursus ini dirancang bagi yang ingin memperdalam dasar-dasar ilmu jurnalistik dan mengasah kemampuan membuat artikel berita dalam Bahasa inggris.

Program ini diselenggarakan pada :

Hari / tanggal           : Sabtu , 14, 21, 28 Januari dan 04, 11 Februari 2017

Waktu                         : pukul 10.30 – 12.30

Tempat                       : @America, Mall PAcific Place lantai 3 Jakarta

Pendaftaran : setiap peserta wajib mendaftar di Coursera http://www.coursera.org/ dan memilih jenis kursus English for Journalism. Anda dapat memilih Free Courses. Setelah mendaftar di Coursera, calon peserta juga harus mengisi formulir di @America melalui link http://docs.google.com/a/atamerica.info/forms/d/e/1FAlpQLSdm5P1kDhzi6eDuHyYB55hAGH1FfoakhWel7bAumCq9DhKrmw/viewform

Informasi lebih lanjut tentang pendaftaran silahkan hubungi PeriuzaWegner melalui email WegnerPU@state.gov atau @America di webmaster@atamerica.info.

dari Information Office Kedubers AS Jakarta




Kelebihan dan Kekurangan Riset Kualitatif & Kuantitatif

Looi Theam Choy, “The Strengths and Weaknesses of Research Methodology: Comparison and Complimentary between Qualitative and Quantitative Approaches,” Journal Of Humanities And Social Science 19, no. 4 (2014): 99–104, http://www.iosrjournals.org/iosr-jhss/papers/Vol19-issue4/Version-3/N0194399104.pdf.




PENGEMBALIAN ATAS INVESTASI MODAL

Komponen: RNOA & ROCE
(1) RNOA (Return on Net Operating Assets) dihitung dng cara:

a. RNOA = Net Operating Profit after Tax (NOPAT)/Average Net Operating Assets (NOA)

NOPAT = EBIT (1 – Tarif pajak)
Tarif pajak = Tax/EBT

NOA = Operating Assets (OA) – Operating Liabilities (OL) atau
NOA = Net Financial Obligation (NFO) + Stockholders’ Equity (SE)

NFO = Financial Liabilities (FL) – Financial Assets (FA)

Aset Operasi meliputi kas, piutang usaha, persediaan, beban dibayar dimuka, aset pajak tangguhan, aset tetap & investasi jangka panjang yg terkait dengan akuisisi strategis(mis: investasi metode ekuitas, goodwill, & aset tak berwujud)

Kewajiban operasi meliputi utang usaha & beban yg msh hrs dibayar, kewajiban operasi jk panjang (mis: pensiun & kwjbn purnakarya lain-OPEB), serta kewajiban pajak tangguhan

Aset non-operasi meliputi investasi dlm efek yg dpt diperdagangkan, investasi ekuitas non-strategis & investasi dlm operasi yg dihentikan sblm dijual

Kewajiban non-operasi meliputi obligasi & kewajiban jk panjang lain yg dikenakan bunga, serta bagian tidak lancar sewa guna usaha modal

b. Pemisahan RNOA

RNOA = Margin NOPAT x NOA Turnover

NOPAT/Avg NOA = (NOPAT/Sales) x (Sales/Avg NOA)
c. Pemisahan RNOA

RNOA = (NOPAT/Sales) x (Sales/Avg OA) x (1 + OLLEV)
OLLEV = (Avg OL/Avg NOA)

(2) ROCE (Return on Common Stockholders’ Equity) dihitung dng cara:

a. ROCE = (Net Income – Preferred Dividend)/Average Equity

b. Pemisahan ROCE

ROCE = Margin Laba Disesuaikan x Perputaran Asset x Leverage

ROCE = (NI – Pref. Div)/Sales x (Sales/Avg Asset) x (Avg Asset/Avg Equity)

c. Pemisahan ROCE
ROCE = RNOA + (LEV x Spread)

Dimana:
LEV (leverage keuangan) = Avg NFO/Avg SE

NFO (kewajiban keuangan bersih) = NOA – SE

Spread = RNOA – NFR

NFR (tingkat keuangan bersih) = NFE/Avg NFO

NFE (beban keuangan bersih) = B.bunga (1 – Tarif pajak) atau
NOPAT – Net Income




Perbandingan Riset Kualitatif & Kuantitatif

quant_qual-1

quant_qual-2

quant_qual-3

Kaya Yilmaz, “Comparison of Quantitative and Qualitative Research Traditions : Epistemological , Theoretical,” European Journal of Education 48, no. 2 (2013): 311–325.




Pengembangan Teori dan Pengujian Teori

Untuk menjawab pertanyaan “mengapa”, diperlukan teori. Teori-teori tersebut berbeda-beda dalam ruang lingkup, abstraksi dan kompleksitas (berapa banyak variabel dan hubungan-hubungan). Untuk memahami peran teori dalam riset empiris, perlu dibedakan antara pengujian teori dengan pengembangan teori.

Vaus, D. de. (2002). Research Design in Social Research. Sage Publications Ltd. 




Edhi Juwono – Mistisisme dan Empirisme

Tidak semua orang menyadari bahwa kita hidup di dalam dunia yang dipenuhi oleh persepsi. Persepsi tentang dunia memengaruhi pola berpikir dan berperilaku. Paling kurang ada dua madzab yang mempengaruhi persepsi kita yang pada gilirannya membentuk pola berpikir dan berperilaku, yaitu madzab mistisisme (mysticism) dan empirisme (empiricism).

Mistisisme berkeyakinan bahwa dunia ini dipengaruhi oleh kekuatan di luar entitasnya. Dengan kata lain dunia bukan bersifat independen, melainkan dependen. Lebih jauh, diyakini bahwa kehidupan atau keberadaan sebuah entitias bergantung pada kekuatan lain atau entitas lain yang berada di luar jangkauan sebuah entitas. Contohnya, dunia bergantung pada sebuah bimasakti (galaxy), dan bimasakti bergantung pada alam semesta (universe). Keyakinan ini yang melahiran agama-agama yang mempercayai bahwa kehidupan manusia bergantung dan ditentukan oleh kekuatan lain (outer power), terutama, oleh Yang Ilahi. Dipercayai bahwa manusia adalah citra dari Yang Ilahi sehingga keberhasilan dan kebahagiaan seseorang ditentukan oleh kerahiman Yang Ilahi.

Empirisme berkeyakinan bahwa dunia adalah sebuah entitias yang berdiri sendiri (independen), berbeda dari entitas lain. Hal itu menjelaskan mengapa sebagai sebuah planet, bumi ini memiliki makhluk hidup, sedangkan planet lain tidak memiliki makhluk hidup. Empirisme meyakini bahwa kehidupan manusia ditentukan oleh manusia itu sendiri atau keuatannya sendiri (inner power). Dipercayai bahwa setiap manusia akan membangun atau membentuk citranya masing-masing (self-image) sehingga keberhasilan dan kebahagiaan seseorang dipengaruhi oleh dirinya sendiri.

Di samping tesis dan antitesis itu, muncullah konvergensi yang mencoba untuk menyelaraskan kedua madzab itu. Aliran ini mempercayai bahwa pada kebanyakan entitas yang dependen terdapat ruang “kebebasan” sehingga keberhasilan dan kebahagiaannya ditentukan juga oleh kemampuan memaknai “kebebasan” yang diberikan sebagai bagian dari kerahiman Yang Ilahi.




Jumlah Referensi dalam Sebuah Artikel

Referensi atau Daftar Pustaka

Ismail Suardi Wekke (STAIN Sorong, Papua Barat)

Sebuah pertanyaan mengawali pagi ini di hari Maulid (12/12 2016). “berapa referensi yang patut digunakan dalam sebuah artikel?”. Tidak ada batasan yang baku. saya menjawabnya dengan satu kalimat komprehensif. Kondisi yang kedua adalah dimana artikel tersebut akan dipublikasikan?. jikalau sebuah artikel dipublikasikan dalam jurnal nasional terakreditasi, maka artikel harus menggunakan referensi dengan wawasan internasional. walaupun sebuah artikel mempublikasikan hasil penelitian yang dilaksanakan secara lokal, tetapi referensi dalam bagian state of the art adalah referensi yang diterbitkan dan dibaca secara internasional. demikian pula referensi pembanding dalam bagian pembahasan juga adalah artikel yang sudah dipublikasikan di tingkat internasional.

Senada dengan jawaban singkat saya tentang jumlah, Lovaglia (1991) mengemukakan jawaban terkait pertanyaan “The ideal number of references”, jawabannya adalah adequacy (kecukupan). seorang penulis memiliki pandangan tersendiri, jumlah referensi yang mencukupi untuk sebuah artikel. Lovaglia juga memberikan jumlah, seperti dalam kajian sosilogi, minimal sarannya sebanyak 65 artikel. namun, menurut saya bukan hanya tentang jumlah referensi tetapi terkait dengan kelengkapan. Jika sebuah artikel dalam pendidikan Islam tetapi tidak merujuk kepada karya monumental seperti Mastuhu, Zamaksyari Dhofier, Azyumardi Azra, Samsul Nizar, Abdurrahman Mas’ud, Imam Suprayogo, maka tidaklah lengkap. Nama-nama yang saya ketikkan tersebut merupakan para sarjana yang menggeluti kajian pendidikan Islam.

Untuk artikel review, idealnya sebuah artikel merujuk tidak kurang dari 100 artikel. Aturan ini tidak tertulis, saya hanya mendengarnya dari Pak Istadi (Universitas Diponegoro). ini merupakan kelaziman dalam bidang ilmu teknik kimia. Sementara dalam kajian keislaman saya belum mendapatkan informasi terkait dengan jumlah.

Sekarang ini dengan adanya aplikasi seperti Zotero dan Mendeley memudahkan penulis untuk mengecek keseluruhan artikel yang dirujuk dalam batang tubuh artikel terdapat dalam daftar pustaka. Di masa lalu, ada kesulitan bagi penulis dalam memastikan semua artikel yang dirujuknya terdapat dalam pustaka. Kajian Eichorn & Yankauer (1987) menunjukkan bahwa penulis kadang lalai untuk mengecek kembali apa yang dirujuknya kemudian menempatkannya dalam daftar pustaka. 31% dari 150 artikel yang diteliti terdapat kesalahan sitasi. Sementara 1 dari 10 artikel, menempatkan rujukan yang tidak akurat. Begitu pula 31% artikel bahkan menyajikan referensi yang tidak akurat.

Sekadar sebuah contoh saja, tiga artikel berikut dipublikasikan di media yang berbeda. Pertama, artikel diterbitkan di jurnal nasional terakreditasi: https://www.academia.edu/…/MUSLIM_MINORITY_ON_LEARNING_AND_…. Artikel kedua, diterbitkan di prosiding seminar nasional: https://www.academia.edu/…/TANTANGAN_PENGEMBANGAN_PEMBELAJA…. Terakhir, artikel diterbitkan di jurnal regional: http://www.academia.edu/…/RITUAL_SASI_LAUT_AKULTURASI_AGAMA…. Ketiga artikel tersebut memiliki jumlah referensi yang berbeda-beda. Maka jawaban kedua dalam pertanyaan “jumlah referensi” adalah sasaran penerbitan. Jikalau itu untuk publikasi awal, maka referensi cukup dengan angka 10-an. Sementara kalau untuk kepentingan prosiding diperlukan angka 20-30. Adapun untuk artikel di jurnal nasional 30-40.

Rujukan:
Eichorn, P., & Yankauer, A. (1987). Do authors check their references? A survey of accuracy of references in three public health journals. American Journal of Public Health, 77(8), 1011-1012.
Lovaglia, M. J. (1991). Predicting citations to journal articles: The ideal number of references. The American Sociologist, 22(1), 49-64.
Webster, J., & Watson, R. (2002). Analyzing the Past to Prepare for the Future: Writing a Literature Review. MIS Quarterly, 26(2), Xiii-Xxiii.




Edhi Juwono – Dilakukannya vs Dilakukan olehnya

Sering kali kita mendengar kata seperti “dilakukannya” di dalam sebuah kalimat seperti, “Pengembangan aset telah dilakukannya.”

Apakah sudah tepat penggunaan kata “dilakukannya” di dalam kalimat itu? Salah satu cara yang paling mudah untuk mengetahui apakah kata “dilakukannya” sudah tepat adalah dengan mengubah urutan kata sebagai bagian dari upaya memberikan tekanan pada kata tertentu. Misalnya kita akan memberikan tekanan pada siapa yang melakukan pengembangan aset, kalimatnya akan berubah menjadi, ” Nya telah dilakukan pengembangan aset” (?). Kalimat tersebut jelas tidak berterima. Oleh karena itu, pasti ada yang salah di dalam penggunaan kata “dilakukannya”. Alih-alih kata “dilakukannya”, adalah frasa “dilakukan olehnya” sehingga jika kita memberikan tekanan kepada siapa yang melakukan, kalimatnya menjadi, “Olehnya telah dilakukan pengembangan aset”

Dengan demikian, yang harus dicermati di dalam pengalimatan adalah menambahkan kata “oleh” di belakang verba atau kata kerja pasif. Jadi, frasa verbal kalimat aktif “melakukannya”  akan berubah menjadi verba berbentuk frasa atau gabungan kata verbal”dilakukan olehnya” di dalam kalimat pasif.