PEMIMPIN DENGAN ABUNDANT MENTAL oleh Don Sadana

Keterampilan lunak diperlukan pada semua lini organisasi. Sadarilah, kelola, dan bagikan untuk yang membutuhkan.

Keterampilan lunak diperlukan pada semua lini organisasi. Sadarilah, kelola, dan bagikan untuk yang membutuhkan.

Dalam tradisi birokratis Jawa, seorang pemimpin juga disebut pangreh projo atau penguasa sipil yang memiliki sifat sembada atau mampu (capable). Pemimpin seperti ini dalam setiap tindakannya mrajake tamu (customer)-nya namun seringkali minus dalam respon yang lincah dan tanggap. Pemimpin semacam ini kurang menumbuhkan antusiasme kelompok dan organisasi yang dipimpinnya. Inilah salah satu tantangan utama yang diperagakan oleh para pemuka organisasi human capital (HC) dalam gelaran Indonesia Human Capital Award (IHCA) 2016.

Pemimpin seyogianya bertindak dengan endurance dan persistensi tinggi meski situasi berubah cepat cenderung messy. Mereka menjadi inspirator, bukan menumbuhkan pengikut (follower). Untuk menjalankan peran tersebut, pemimpin harus berani mengambil risiko, antusias, kreatif, cepat bertindak, tidak menyukai birokrasi, dan kalau perlu cenderung oportunis. Hal  inilah yang terbaca dan terlihat pada para pemimpin human capital di Garuda, KCJ, dan MMS yang dapat disebutkan sebagai contoh.

Peran pemimpin (leader) di dalam situasi bisnis kompleks dinamis Indonesia dalam kesimpulan saya adalah, mendorong tumbuh berkembangnya kepemimpinan (leadership) di organisasi melalui visi dan hasil kerja.

Kedua alasan tersebut, menjadi daya dorong luar biasa dalam membentuk karakter pemimpin dan keputusan strategis. Perspektif visioner dan orientasi hasil mendorong pemimpin melakukan aktivitas membangun relasi personal untuk memahami kebutuhan  customer (eksternal maupun internal/pegawai). Pemimpin dan hasil yang diharapkan customer adalah mata rantai komunikasi yang harus selalu dikelola dan dikontrol sebagai sebuah sistem.

Oleh karena itu, pemimpin seyogianya mengarusutamakan empat hal: strategi, serba sistem, struktur, dan budaya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan kontribusi para karyawan melalui peragaan komitmen pribadi dan komitmen pengembangan kapabilitas karyawan yang memberi hasil nyata terhadap organisasi. Mereka harus terus-menerus berinteraksi membentuk proses dan kultur, bersama-sama dengan pemangku kepentingan lainnya, untuk meningkatkan kapabilitas respon organisasi terhadap perubahan.

Tugas terpenting dan terutama seorang pemimpin dalam tim dan organisasi adalah menularkan keyakinan dan inisiatif perubahan. Perubahan berfokus pada kinerja tim, memperpendek siklus waktu, inovasi, serta mengimplementasikan teknologi baru tertentu. Tantangan penting lainnya adalah upaya pengembangan dan penyampaian perubahan dengan cara yang tepat dan momentum sesuai waktunya. Perubahan bermuara pada kecerdasan eksekusi dengan keberanian sebagai ruhnya. Perubahan yang didekati secara kesisteman tersebut menghasilkan transformasi organisasi.

Transformasi adalah tugas semua pemangku kepentingan mulai dari komisaris, board of director sampai front office. Hasilnya adalah keeratan hubungan pemimpin dan konstituennya yang terwujud dalam corporate citizenship dan team engagement. Sejumlah tantangan dapat disampaikan di sini. Bagaimana pemimpin HC sebagai kampiun perubahan (change champion-Ulrich, 2012) membangun kapasitas individu dan organisasinya?  Bagaimana performance tim yang bertumpu pada kompetensi inti (core competence) dan kecerdasan emosi kelompok (emotional intelligence of groups) dikelola? Organisasi tidak cukup memiliki agen perubahan, namun perlu kampiun perubahan.

Pada gilirannya, outcome yang dihasilkan adalah karyawan kampiun hasil interaksi profesional HC sebagai pemimpin yang mempunyai karakter projo dan sembada. Sehingga pemimpin yang dihasilkan memiliki mental berkelimpahan (abundant leader). Abundant leader adalah formator karyawan dalam organisasi agar memiliki kompetensi profesional (certification) pada masing-masing fungsinya. Sekaligus responsive dalam pendekatan serba sistem lunak (soft systems approach).

Dalam kaitannya dengan sumber daya manusia (SDM) strategik, departemen SDM dituntut melampaui peran sebagai mitra strategis (strategic partner) era 90-an. Situasi lingkungan bisnis saat ini mengharuskan mereka meredisain agar mencapai pemosisi strategis (strategic positioner) era 2010-an. Untuk itu, manajemen perusahaan dituntut selalu mengembangkan kompetensi profesional dan kompetensi inti melalui strategi penciptaan nilai karyawan (employee value creation).

Sudahkah Anda melakukan redisain kepemimpinan Anda? Pemimpin dengan mental berkelimpahan tidak menciptakan pengikut, ia menginspirasi pemimpin lain untuk berkolaborasi bersamanya. Mari membangun negeri dengan mental berkelimpahan (abundant mental)!

 

 




PEMIMPIN KREDIBEL MEMILIKI HIGH PERSONAL EFFICACY oleh Don Sadana

Ajang Anugerah Perbankan 2016 yang diselenggarakan September ini memberi  marwah pentingnya  pengelolaan sumber daya manusia (SDM). Jawaban peserta interview top management yang disertai data konkret sangat membantu melihat perubahan yang dilakukan sepanjang tahun. Beberapa perubahan tersebut megacu pada masukan jury pada penilaian tahun sebelumnya. Tercatat perubahan nyata pada bank BUMN, seperti Bank BTN. Di sisi lain, bank-bank peserta “pendatang baru” juga tak kalah hebat kiprahnya dalam situasi yang kurang menguntungkan.

Ajang penganugerahan  ini dapat menjadi ukuran bagi mereka atas kerja yang dilakukan sekaligus tantangan perubahan lingkungan untuk dikelola. Tentu saja saja kesuksesan ditentukan juga oleh faktor lain, misalnya direktur utama sebagai pemimpin serta sistem yang dibangun bersama segenap stakeholdernya. Prinsip dsar perubahan sistemik yang baik diikuti juga oleh  sistem yang dikehendaki dan dapat dilaksanakan. Artinya keberhasilan pemimpin mengenali kesiapan stakeholder sebagai pelaksana sistem menentukan keberhasilan membangun system kerja  berkinerja unggul.

Rupanya kinerja perubahan tidak memandang kepemilikan oleh swasta atau pemda. Bank-bank yang berasal dari sektor swasta  menyikapi dinamika lingkungan dengan cantik  dan tetap memperhatikan prinsip efisiensi dan efektifitas. Patut diapresiasi pengembangan SDM pada Bank BCA yang luar biasa. Secara ekonomis mereka unggul dalam persaingan yang ketat, baik dengan sesama bank swasta maupun dengan bank umum, sekaligus memandang aspek manusia secara strategis sebagai lokomotif perubahan.

Kesamaan dari  para pengelola  bank-bank unggul dapat ditarik benang merahnya, yaitu cara pandang sistemik aspek manusia. Sistem aktifita manusia (human activity systems) tidak lagi mempertentangkan kepemilikan atau asal-usul bank, tetapi meletakkan customer sebagai pusat penambahan nilai.  Saat ini nasabah sungguh penuh tuntutan dan cerdas. Bank yang mampu melayani dan memenuhi kebutuhan nasabah yang akan mendapat kepercayaan mereka. Ya, kuncinya kepercayaan bukan sekedar trust namun credible.

Catatan saya atas bank-bank milik pemerintah daerah (BPD) menunjukkan bahwa dalam operasional sehari-hari tidak merasa tersaingi oleh bank swasta dan bank perkreditas rakyat. Mereka malah berkolaborasi untuk memudahkan nasabah, misalnya dalam hal kliring. Tentu hal ini terjadi karena faktor kepercayaan (credible) baik antar bank umum dan BPR maupun antarindividu sudah teruji oleh waktu.

Secara teoritis saat ini berkembang pandangan dalam perencanaan strategik dan pengembnagn SDM tentang peran pemimpin, khususnya pemimpin SDM sebagai aktifis kredibel (credible activist). Pandangan Ulrich (2012) ini pada pemikiran penulis melampaui prinsip efisiensi maupun efektifitas karena memiliki jangkar yang kuat di dalam dasar jiwa pemimpin dan kepemimpinan organisasi yang dibawakannya.

Kredibel berasal dari kata kredo (credo) kepercayaan atau syahadat. Kepercayaan yang dibangun dari pengalaman  tidak pandang usia, namun kemampuan merefleksikan pengalaman menjadi pengetahuan dan kebijakan dalam aspek manusia. Dikaitkan dengan transformasi organisasi, kredibel dekat dengan konsep efikasi. Manusia memang perlu diuwongke atau dianggap memberikan nilai dalam setiap kehadirannya (efficacy). Mengingat pengelolaan manusia dapat dikatakan paling rumit dibandingkan masalah dana, operasi organiasi, pemasaran, maupun teknologi. Maka baiklah bila organisasi perlu memperhatikan konsep efikasi yang berasal dari pengetahuan psikologi.

Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri  pada dasarnya adalah hasil proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau penghargaan.  Individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Efikasi diri tidak berkaitan dengan kecakapan yang dimiliki, tapi berkaitan dengan keyakinan individu tentang kecakapan yang ia miliki. Seorang pemimpin dengan efikasi diri menekankan keyakinan diri dalm menghadapi situasi yang akan datang. Situasi yang kabur, tidak dapat diramalkan, dan sering penuh dengan tekanan menjadi permasalahan yang apat diuraikan.

Meskipun efikasi diri memiliki suatu pengaruh sebab-musabab yang besar pada tindakan kita, efikasi diri terkait erat dengan lingkungan, perilaku sebelumnya, dan variabel-variabel personal lainnya. Hal tersebut juga terkait erat dengan harapan terhadap hasil untuk menghasilkan perubahan perilaku. Efikasi diri akan mempengaruhi beberapa aspek dari kognisi dan perilaku seseorang.

Self-efficacy umumnya terkait dengan harga diri, baik dari aspek penilaian yang berkaitan dengan keberhasilan atau kegagalan kepemimpinan. Namun demikian, terdapat perbedaan pada self-efficacy tidak terdapat pada komponen harga diri. Harga diri adalah sifat manusia sebagai makhluk hidup; sedangkan self-efficacy selalu dikaitkan dengan situasi tertentu dan biasanya didahului dengan tuntutan tindakan segera. Ini kemampuan untuk selaras dengan sistem yang alami (nature) bukan rekayasa  (nourture).

Seseorang pemimpin dengan efikasi diri tinggi percaya bahwa mereka mampu melakukan sesuatu untuk mengubah kejadian-kejadian di sekitarnya. Sedangkan pemimpin dengan efikasi diri rendah menganggap dirinya tidak mampu mengerjakan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Dalam situasi yang sulit, orang dengan efikasi yang rendah cenderung mudah menyerah. Mereka mempunyai rencana (preactive) namun kesulitan membuatnya menyerah. Bahkan kebanyakan orang hanya mengalir seperti air (inactive) atau malah reaktif (reactive). Sementara dengan orang dengan efikasi diri yang tinggi akan berusaha lebih keras (proactive) untuk mengatasi tantangan yang ada. Efikasi memainkan satu peran penting dalam memotivasi diri dan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan yang menantang dengan tujuan yang ambisius. Sudah siapkah Anda menjadi proactive dan sekaligus kredibel? Mari kenali diri agar menjadi pemimpin dengan efikasi tinggi! (Sadana, dosen Perbanas Institute).

 

product_signals




Menjadi Detektif Dunia Digital

forensik1

Masih hangat dalam ingatan, kasus Videotron yang katanya “tidak sengaja” menayangkan film yang berkategori dewasa. Ramainya berita ini menghiasi semua media sosial maupun media elektronik untuk melakukan pembahasan yang cukup beragam, mulai dengan kecurigaan tentang kelalaian petugas yang bertanggung jawab terhadap videotorn tersebut sampai dengan dihubung-hubungkan dengan PilKaDa yang akan datang.

Pembahasan ini tidak berlarut-larut dengan materi “kecelakaan” videotron di atas maupun dampak yang dihasilkan namun menitik beratkan tentang sebuah profesi di bidang ilmu teknologi informasi yang belakangan mulai menjadi salah satu tujuan menuntut ilmu yang menarik bagi beberapa orang (mahasiswa atau calon professional). Secara khusus ilmu ini termasuk dalam golongan besar ilmu Keamanan Sistem Komputer atau Keamanan Informasi dan ilmu ini dikenal sebagai ilmu forensik digital.

 

Mengenal Digital Forensik.

Berbicara tentang forensik umumnya berhubungan dengan peristiwa kejahatan (kriminalitas) baik di dunia nyata maupun dunia digital. Forensik sendiri diartikan sebagai aplikatif bidang ilmu hukum dalam usaha mencari kebenaran dalam ranah sipil, kriminalitas dan perilaku budaya. Kegiatan forensik itu sendiri bertujuan untuk mengungkap nilai bukti kejahatan pada tempat kejadian perkara (TKP) dan keterkaitannya bukti tersebut terhadap suatu perkara kejahatan.

Digital Forensik adalah kegiatan untuk mengungkap bukti kejahatan yang berada di TKP kejahatan baik yang non digital maupun kejahatan digital. Istilah digital sangat erat dengan bukti yang diperoleh pada TKP yang disebut dengan bukti digital (digital evidence), sehingga barang yang akan diungkap dalam digital forensic yaitu benda-benda kategori digital baik itu komputer, telepon (pintar) genggam, flashdisk, memory card dan lain sebagainya.

 

Siapakah yang disebut dengan “detektif” digital ?

expert-forensicSebutan resmi dari “detektif” digital adalah Ahli Forensik yang bekerja sebagai perseorangan maupun secara tim (tim
forensik). Latar belakang pendidikan seorang ahli forensik umumnya bidang teknologi informasi dan bidang elektronika. Selain latar belakang tersebut seorang ahli forensik juga diharapkan mengerti juga bidang ilmu hukum. Beberapa tokoh forensik yang dimiliki Indonesia adalah Ruby Alamsyah, M. Nuh Al-Azhar dan masih banyak lagi.

 

Apa Aktifitas seorang “detektif“ digital ?

Menjalankan aktifitas digital forensik harus sesuai standar acuan yang telah dibuat secara nasional maupun internasional. Adapun tahapan yang dilakukan dalam melakukan investigasi Digital Forensik secara garis besar adalah :

  1. melakukan identifikasi perkara kejahatan (komputer)
  2. mengumpulkan bukti digital untuk dilakukan forensik pada laboratorium forensic
  3. melakukan duplikasi bukti digital untuk dilakukan forensik, sdeangkan bukti digital yang asli diamankan untuk menjaga validitas dan otentikasinya
  4. hasil analisa akan dilaporkan pada pihak berwenang untuk menjadi barang bukti di pengadilan
  5. jika diperlukan ahli forensik akan berperan menjadi saksi ahli dalam persidangan dalam rangka menjelaskan hasil analisa kegiatan forensic yang telah dilakukan

 

Apa saja yang dapat dikategorikan menjadi barang bukti digital ?

Penjelasan sebelumnya sudah membahas barang bukti yang dapat dikategorikan sebagai barang bukti digital. Secara prinsip adalah semua barang yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data dalam bentuk digital yang berhubungan dengan sebuah perkara kejahatan yang sedang ditangani. Hal ini perlu ditegaskan bahwa barang bukti ini nukan saja barang yang berada di TKP sebuah kejahatan namun yang mungkin dapat berhubungan dengan peristiwa tersebut yaitu perangkat digital yang dimiliki oleh pihak yang dianggap terlibat dalam kejahatan tersebut. Sehingga dalam prakteknya muncul aktifitas “penyitaan barang bukti” yang mungkin berada tepat di TKP atau yang dimiliki oleh pihak tertentu namun berada di tempat lain namun masih berhubungan dengan peristiwa kejahatan yang terjadi.

 

digital-evidence

Beberapa contoh barang bukti digital yang dapat digunakan antara lain :

  1. Barang bukti fisik yang umumnya berupa media penyimpanan beserta isinya. Media penyimpanan yang dimaksud adalah flashdisk, memory card, harddisk, CD/DVD, “Kaset” dari perangkat handicam, dll. Sedangkan isi yang digunakan adalah semua data simpanan baik data text sampai multimedia (gambar, suara dan film)
  2. Barang bukti lain adalah “rekaman” aktifitas yang dilakukan di media digital yaitu perangkat jaringan atau komputer server. Rekaman tersbut disebut dengan logfile atau server log. Selain itu rekaman lain yang dapat digunakan adalah rekaman jejak penjelajahan yang disebut dengan history dari web browser.
  3. Barang bukti lain yaitu email.

 

 

Contoh kasus kejahatan yang dipecahkan dengan digital forensik.

 

  1. Kasus penyanyi Alda R. – tindakan forensic yang dilakukan adalah video forensic dan image forensic
  2. Kasus Nasrudin Z dan Antasari A. – tindakan forensic yang dilakukan adalah voice forensic dan pembuktian asal pengiriman SMS
  3. Kasus TrioMacan2000 – tindakan forensic yang dilakukan adalah bukti rekam ketik di komputer, laptop dan telepon genggam yang dilakukan tersangka
  4. Kasus Bank Century – tindakan forensic yang dilakukan dengan melacak lalu lintas rekening bank
  5. Kasus Videotron di Jakarta Selatan – tindakan yang dilakukan antara lain disajikan dengan link berita berikut :
    1. Penyitaan barang bukti : “Polisi Sita CPU dari PT Transito Adimas Terkait Videotron Porno” – http://news.detik.com/berita/3310935/polisi-sita-cpu-dari-pt-transito-adimas-terkait-videotron-porno
    2. Uji Forensik : “Polda Metro Uji Forensik Videotron yang Tayangkan Film Porno” – http://news.detik.com/berita/3310953/polda-metro-uji-forensik-videotron-yang-tayangkan-film-porno
    3. Hasil Analisa Sementara : “Polisi Sudah Ketahui Asal Link Film Porno yang Ditayangkan di Videotron” – http://news.detik.com/berita/3311180/polisi-sudah-ketahui-asal-link-film-porno-yang-ditayangkan-di-videotron
    4. Penyitaan barang bukti : “Polisi Periksa HP 8 Karyawan PT Transito Terkait Videotron Porno” – http://news.detik.com/berita/3311197/polisi-periksa-hp-8-karyawan-pt-transito-terkait-videotron-porno
    5. Uji Forensic : “Kasus Videotron Bokep, Polisi Periksa 10 Saksi dan Uji Digital Forensik 5 CPU” – http://news.detik.com/berita/3311463/kasus-videotron-bokep-polisi-periksa-10-saksi-dan-uji-digital-forensik-5-cpu
    6. Hasil Temuan Modus Pelaku : “Polisi: Pelaku yang Tayangkan Film Porno di Videotron Lakukan Akses Ilegal” – http://news.detik.com/berita/3313350/polisi-pelaku-yang-tayangkan-film-porno-di-videotron-lakukan-akses-ilegal
    7. Hasil Temuan Modus Pelaku : “Begini Cara SAR Dapatkan Username dan Password untuk Akses ‘Videotron Porno’ – http://news.detik.com/berita/3313376/begini-cara-sar-dapatkan-username-dan-password-untuk-akses-videotron-porno
    8. Akhir Kegiatan : “Polisi Tangkap Pelaku yang Tayangkan Film Porno di Videotron” – http://news.detik.com/berita/3313323/polisi-tangkap-pelaku-yang-tayangkan-film-porno-di-videotron

 

 

Menarik bukan… itulah sedikit gambaran dari profesi baru di dunia teknologi informasi yang saat ini cukup banyak memiliki peminat untuk mendalami ilmu forensik ini. Untuk menjawab kebutuhan ini, maka semakin banyak kampus yang menyediakan jurusan atau bidang peminatan keamanan sistem komputer atau keamanan informasi dimana salah satu spesialisasi bidangnya adalah ilmu forensik. Salah satu kampus yang sudah mempersiapkan peminatan ini adalah kampus tercinta Perbanas Institute khususnya di Fakultas Teknologi Informasi (FTI).

 

 

Salam Pengetahuan.

Penulis

M. ISNIN FARIED

 

Sumber Gambar :

http://2.bp.blogspot.com/-VbS3g_IwPxM/TqOIAYYHPDI/AAAAAAAAAhE/3-Xjvg39A3M/s1600

http://cybersec.org/wp-content/uploads/2015/04

https://anurava.files.wordpress.com/2015/04/

 

 




Aplikasi Voice to SMS Berbasis Android

Hello World …

Ketemu lagi dengan saya … jangan bosan ya untuk belajar coding sederhana, karena ada pepatah “Practice Makes Perfect”.

Kali ini kita akan belajar untuk membuat aplikasi “Voice to SMS”, tetap berbasis android dan menggunakan AppInventor.

Mari kita mulai,

Ketik ai2.appinventor.mit.edu di browser untuk membuka aplikasi app inventor.
Klik “Create” button pada App Inventor website.
Log in to App Inventor dengan gmail (atau google) user name dan password.
Klik “Continue” untuk menutup splash screen.
Start new project.
Beri nama project dengan “VoiceToSMS”.
Sekarang kita berada pada layar Designer.

Buat tampilan seperti di bawah ini pada layar Designer :

screen-shot-2016-10-12-at-20-46-16

 

Tampilan Code Blocks

screen-shot-2016-10-12-at-20-29-26

Jika sudah selesai connect dengan menggunakan AI Companion, Emulator atau USB untuk melihat hasil output aplikasi yang telah kita buat.

Jika sudah selesai dan tidak ada error klik build aplikasi untuk install file apk ke device smartphone atau tablet android.

Aplikasi Voice to SMS sudah terinstall dan dapat digunakan di smartphone atau tablet kita.

images-6

Happy Coding …




Pangan, Papan, Akal Budi

Seorang filsuf Cina, Konfusius pernah menyampaikan ungkapan yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia akan berbunya seperti berikut. “Jika kamu membuat rencana untuk satu tahun, tanamlah padi. Jika kamu membuat rencana untuk 10 tahun, tanamlah pohon. Jika kamu menbuat rencana untuk 100 tahun, didiklah anak-anakmu”.

Jika ungkapan itu dijabarkan lebih jauh, tampaknya apa yang diungkapkan oleh Konfusius itu tidak jauh berbeda dengan apa yang dipaparkan oleh Maslow beberapa ratus tahun kemudian. Paling tidak ada tiga tahapan di dalam membangun sebuah masyarakat. Tahap yang paling dasar adalah memenuhi kebutuhan pangan, kemudian memenuhi kebutuhan papan, dan terakhir adalah memenuhi kebutuhan akal budi.

Untuk mengembangkan pangan tidak diperlukan perencanaan jangka panjang, cukup perencanaan jangka pendek saja. Namun, untuk mengembangkan akal budi dibutuhkan perencanaan jangka panjang, dan untuk itu, pendidikan menjadi hal yang berperan di dalamnya. Sebuah bangsa yang masih berorientasi kepada pangan cenderung melakukan kegiatan-kegiatan jangka pendek, sedangkan bangsa yang berorientasi kepada akal budi, akan cenderung melakukan kegiatan-kegiatan jangka panjang.

Pemenuhan pangan dan papan terwujud pada kesejahteraan (welfare), sedangkan pemenuhan akal budi terwujud pada kebahagiaan (well-being). Dengan demikian, bangsa yang menetapkan kesejahteraan sebagai tujuan utamanya cenderung berorientasi kepada pencapaian tujuan jangka pendek, sedangkan bangsa yang menetapkan kebahagiaan sebagai tujuan utamanya cenderung berorientasi kepada pencapaian jangka panjang.




COBIT untuk memastikan keamanan sistem informasi dengan DS5

Untuk memastikan keamanan system dapat dilakukan Auidt system dengan menggunakan COBIT 5. Indikator yang dapat menentukan tingkat keamanan system yang digunakan oeh sebuah perusahaan dapat dilihat dari bobot nilai yang ada pada maturity level hasil perhitungan yang dilakukan pada saat audit.

Ekspektasi  bobot yang diharapakan ditentukan terlebih dahulu oleh pimpinan yang bertanggung jawab pada keamanan system informasi. Setelah itu dilakukan pelaksanaan audit dengan menggunakan checklist yang sudah ditetapkan. Audit dilakukan dengan melakukan wawancara kepada karyawan perusahaan yang terlibat dalam keamanan system. Urutan setiap pertanyaan mengikuti  daftar pertanyaan yang sudah ada pada checklist.

Pengelompokkan kapabilitas perusahaan dalam pengelolaan proses TI dari level nol (non-existent (belum tersedia) hingga level lima atau optimized (teroptimasi). Hal yang perlu diperhatikan adalah level tersebut bukan dimaksudkan sebagai kenaikan sekuensial yang harus dipenuhi mulai dari tingkatan terendah sampai tertinggi.

Berikut adalah contoh pelaksanaan audit pada proses TI DS5 “memastikan keamanan system”

Keterangan :

Keterangan Isian :

STS         = Sangat Tidak Sepakat

SS           = Sepakat Sedikit

SST         = Sepakat sebagian besar

S              = Sepakat

DS5 Menjamin keamanan system

Yang perlu diingat :

  1. Setiap proses pada tingkat kedewasaan, harus dihitung tingkat kepatutannya
  2. Menghitung tingkat kepatutan adalah jumlah bobot dari setiap soal pada leve proses dibagi jumlah soal pada kriteria untuk setiap level proses
  3. Sealnjutnya model pelaporan ikuti seperti contoh yang dilampirkan untuk audit pada ds5

 

    Apakah sepakat ?
0 Pertanyaan STS SS SST S NILAI
Level Kriteria 0 0.33 0.66 1  
0

Non Existent

  1. Organisasi tidak mengenali kebutuhan keamanan TI.
  2. Akuntabilitas dan tanggungjawab untuk menjamin keamanan belum dibagi-bagi.
  3. Pengukuran dukungan pengelolaan keamanan TI tidak diimplementasikan.
  4. Tidak ada laporan keamanan TI dan tidak ada proses untuk merespon keamanan TI.
  5. Ada kekurangan dalam mengenali proses administrasi keamanan sistem.
  X

 

 

 

X

 

x

 

 

X

 

 

 

 

 

x

 

  0.33

 

0.66

 

0.33

 

0.33

 

0.66

    Tingkat Kepatutan 0,46
   

 

   
    Apakah sepakat ?
1 Pertanyaan TSS ST DTT S NILAI
Level Kriteria 0 0.33 0.66 1  
1

Initial/Ad-hoc

  1. Organisasi mengenali kebutuhan untuk keamanan TI.
  2. Kesadaran mengenai kebutuhan keamanan TI bersifat individual.
  3. Keamanan sistem dilakukan secara reaktif.
  4. Keamanan sistem tidak diukur.
  5. Apabila ada pelanggaran keamanan TI akan terjadi saling tunjuk, karena tanggungjawabnya yang tidak jelas.
  6. Respon pada keamanan dan pelanggaran TI tidak dapat diprediksi.
         
    Tingkat Kepatutan 0.20
             
    Apakah sepakat ?
2 Pertanyaan TSS ST DTT S NILAI
Level Kriteria 0 0.33 0.66 1  
             
2

Repeatable but intuitive

  1. Tanggungjawab dan akuntabilitas untuk keamanan TI diberikan pada koordinator keamanan TI, walaupun hak dan wewenang dari manajemen koordinator terbatas.
  2. Kesadaran akan kebutuhan keamanan dibagi-bagi dan terbatas.
  3. Walaupun informasi yang relevan mengenai keamanan dihasilkan oleh sistem, tetapi tidak dianalisa.
  4. Layanan dari pihak ketiga tidak mengatur keamanan spesifik yang diperlukan organisasi.
  5. Kebijakan keamanan telah dilakukan, tetapi kemampuan dan peralatan masih terbatas.
  6. Laporan keamanan TI tidak lengkap.
  7. Disediakan pelatihan mengenai keamanan tetapi inisiatifnya berasal dari individu.
  8. Keamanan TI dilihat sebagai tanggungjawab dari domain TI dan bisnis dan tidak melihatnya sebagai hal yang dominan.
         
    Tingkat Kepatutan 0.40

 

 

    Apakah sepakat ?
3 Pertanyaan TSS ST DTT S NILAI
Level Kriteria 0 0.33 0.66 1  
3

Define process

  1. Ada kesadaran keamanan yang dilakukan oleh manajemen.
  2. Prosedur keamanan TI didefinisikan dan disesuaikan dengan kebijakan keamanan TI.
  3. Tanggungjawab untuk keamanan TI dilakukan dan dipahami, tetapi belum ditegakkan secara konsisten.
  4. Ada perencanaan keamanan TI dan solusinya dianalisa dengan faktor resiko.
  5. Laporan keamanan tidak berisi fokus bisnis yang jelas.
  6. Testing keamanan dilakukan secara ad hoc (untuk tujuan tertentu) misal pengujian gangguan/intrusion.
  7. Pelatihan keamanan disediakan untuk TI dan bisnis tetapi belum diatur dan dijadwalkan secara formal.

 

         
    Tingkat Kepatutan 0.3
             
    Apakah sepakat ?
4 Pertanyaan TSS ST DTT S NILAI
Level Kriteria 0 0.33 0.66 1  
4

Manage and measureable

  1. Tanggungjawab untuk keamanan TI telah diatur, dilakukan, dan ditegakkan.
  2. Resiko keamanan TI dan pengaruhnya telah dianalisa dan dilakukan secara konsisten.
  3. Kebijakan keamanan dan pelatihan dilengkapi dengan dasar keamanan yang spesifik.
  4. Metode yang digunakan dalam memperkenalkan kesadaran keamanan bersifat perintah.
  5. Identifikasi user, bukti otentik, dan otorisasi telah distandarisasi.
  6. Sertifikasi keamanan telah diberikan pada staff yang bertanggungjawab untuk mengaudit dan mengatur keamanan.
  7. Testing keamanan dilakukan sesuai standar dan proses formal untuk meningkatkan tingkat keamanan.
  8. Proses keamanan TI dikoordinasikan dengan seluruh fungsi keamanan organisasi.
  9. Laporan keamanan TI disesuaikan dengan sasaran bisnis.
  10. Pelatihan keamanan TI dilakukan untuk bisnis dan TI.
  11. Pelatihan keamanan TI direncanakan dan diatur untuk merespons kebutuhan bisnis dan menjelaskan resiko keamanan.
  12. KGI dan KPI untuk pengaturan keamanan telah didefinisikan tetapi belum diukur.
         
    Tingkat Kepatutan 0.5

 

 

    Apakah sepakat ?
5 Pertanyaan TSS ST DTT S NILAI
Level Kriteria 0 0.33 0.66 1  
5

Optimised

  1. Keamanan TI merupakan gabungan tanggungjawab bisnis dan manajemen TI diintegrasikan dengan sasaran bisnis.
  2. Kebutuhan keamanan TI telah didefinisikan, dan disertakan dalam perencanaan keamanan yang telah disetujui.
  3. User dan customer ditingkatkan akuntabilitasnya dalam mendefinisikan kebutuhan keamanan, dan fungsi keamanan diintegrasikan dengan aplikasi pada tahap desain.
  4. Insiden keamanan disesuaikan dengan prosedur formal yang didukung oleh tools otomatis.
  5. Penugasan keamanan secara periodik telah dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas implementasi perencanaan keamanan.
  6. Informasi mengenai ancaman dan gangguan dikumpulkan dan dianalisa secara sistematis.
  7. Kontrol yang memadai untuk mengurangi resiko dikomunikasikan dan dilakukan.
  8. Testing keamanan, akar penyebab permasalahan dianalisa dan diidentifikasi yang digunakan untuk peningkatan proses keamanan.
  9. Proses keamanan dan teknologi disesuaikan dengan perluasan organisasi.
  10. KGI dan KPI untuk pengaturan keamanan dikumpulkan dan dikomunikasikan.
  11. Manajemen menggunakan KGI dan KPI untuk menyesuaikan perencanaan keamanan dalam proses peningkatan yang berkelanjutan.
         
    Tingkat Kepatutan 0.3

 

Menghitung tingkat kedewasaan adalah :

Merupakan hasil bagi antara total nilai kriteria dibagi dengan  jumlah petanyaan

DS5
LEVEL KEDEWASAAN TINGKAT KEPATUTAN KONTRIBUSI TIAP LEVEL NILAI
0 0.3 0 0
1 0.2 0.3 0.06
2 0.4 0.7 0.28
3 0.3 1.0 0.3
4 0.5 1.3 0.65
5 0.3 1.7 0.51
Tingkat kedewasaan Proses TI = 1.8

 

 

Penjelasan penulisan berikutnya adalah membuat laporan hasil audit

FORMAT DALAM PEMBUATAN LAPORAN

  1. Latar belakang pelaksanaan audit
  2. Tim Auditor
  3. Temuan –temuan

 

No Fakta/Temuan Potensial Resiko Rekomendasi
       
       
       

 

  1. Penjelasan temuan-temuan
  2. Pelaksanaan audit dengan menggunakan check list
  3. Grafik Radar
  4. Kesimpulan



Perhitungan HPP Perusahaan Manufaktur

hpp

Perhitungan Harga pokok produksi perusahaan manufaktur di atas cenderung menjadi momok bagi mahasiswa dalam menghafalkannya. padahal kita tidak harus menghafalkannya melainnya mengerti langkah2 pengerjaannya dan menganalogikannya dalam kehidupan sehari-hari. berikut saya bagi tips cara menghafal perhitungan Harga Pokok Penjualan perusahaan manufaktur.

1. langkap pertama, adalah perhitungan biaya manufaktur/biaya produksi. di sisini kita menganalogikan bawasanya biaya manufaktur adalah biaya pembuatan barang, kemudian pikirkan apa yang kita butuhkan ketika kita akan memproduksi barang. ya pasti kita butuh bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead (biaya selain bahan baku dan tenaga kerja, seperti listrik, bahan pembantu, dll). maka dari itu rumus biaya manu faktur adalah penjumlahan dari biaya tenaga kerja, biaya overhead, serta biaya bahan baku yang digunakan.

2. sepertinya ada yang terlewatkan, “perhitungan bahan baku yang digunakan”. dalam hal ini saya sering menganalogikan bahan baku yang digunakan dari perebusan mie rebus di rumah.

caranya seperti ini, misalkan pada bulan Januari tanggal 1, mie rebus yang ada di lemari sebanyak 10 bungkus, sedangkan pada 31 Januari mie yang ada di lemari sebanyak 15. selama bulan Januari tersebut kita sempat membeli mie di indomarete sebanyak 30. pertanyaannya adalah berapa mie goreng yang di rebus dalam bulan januari. tentu saja mahasiswa dapat menjawab dengan mudah yaitu sebanyak 25.

jadi dalam perhitungan bahan bagu yang digunakan yang perlu kita lakukan adalah menjumlahkan awal periode dengan komponen penambah yaitu pembelian kemudian kita kurangi dengan komponen akhir periode. dari situ didapat berapa jumlah bahan baku yang digunakan.

3. langkah berikutnya adalah dengan menghitung jumlah harga pokok produksi. dengan cara menganalogikan bahwasanya harga pokok produksi adalah barang jadi yang sudah diproduksi kemudian disimpan ke gudang.

seperti halnya bahan baku yang digunakan, kita melakukan peritungan dengan cara menambahkan komponen barang yang kita proses pada awal periode ditambah dengan komponen penambahnya yaitu biaya manufaktur (biaya pembuatan barang/barang yang diproduksi pada periode tersebut) dikurangi dengan barang dalam proses yang ada digudang pada akhir periode.

4. terakhir pehitungan harga pokok produksi. dengan menganalogikan bawasanya harga pokok produksi adalah barang jadi yang disimpan di gudang yang siap untuk dijual.

seperti halnya bahan baku yang digunakan, kita melakukan peritungan dengan cara menambahkan komponen barang jadi di gudang pada awal periode ditambah dengan komponen penambahnya yaitu harga pokok produksi dikurangi dengan barang Jadi di gudang pada akhir periode.

Demikian cara menghafal perhitungan harga pokok produksi perusahaan manufaktur, semoga bermanfaat. terimakasih




Apa itu Organisasi Belajar (Learning Organization) ?

Pada abad 21 ini perubahan semakin pasti dan cepat. Globalisasi dan teknologi mempengaruhi organisasi dan memaksa organisasi untuk berubah agar dapat bertahan dan berkompetisi dalam dunia baru, era baru sekarang ini. Organisasi dengan tingkat penyesuaian yang tinggi akan dapat bertahan hidup dilingkungan yang cepat, millennium baru, teknologi yang sangat maju dan berkembang.

Organisasi harus belajar lebih cepat, beradaptasi lebih cepat terhadapat perubhan lingkungan agar dapat bertahan. Seperti pada masa lalu banyak mahluk yang punah karena tidak dapat beradaptasi dengan baik. Organisai harus terus belajar agar dapat terus bertahan dan tidak punah.

Belajar dalam organisasi menjadi suatu hal yang penting dan kritis. Evolusi ini tidak terjadoi dengan sengaja, tetapi dibangun melalui pengalaman dari waktu ke waktu dan belajar mengenai belajar dari para manajer dan pimpinan yang memahami pentingnya dan mendorong untuk implementasinya. Yang dibicarakan disini bukan hanya merubah elemen luar dari organisasi seperti hasil, aktifitas atau struktur melainkan mengubah operational secara hakiki seperti: nilai-nilai, pola pikir, dan bahkan tujuan utamanya.

 

Mengapa Organisasi Belajar Menjadi Penting?

Tuntutan organisasi di seluruh dunia sekarang ini menuntut pembelajaran disampaikan dengan kecepatan yang lebih besar, dengan biaya lebih sedikit, dan tempat kerja yang lebih efektif dan tenaga kerja mobile yang terpengaruh lebih dramatis daripada sebelumnya oleh perubahan harian di pasar. Dan isu krusial apa yang dihadapi perusahaan saat ini?

 

  • Reorganisasi, restrukturisasi, dan rekayasa ulang untuk sukses, bukan hanya bertahan hidup
  • Peningkatan keterampilan yang kurang yang disebabkan oleh sekolah yang belum cukup menyiapkan orang untuk bekerja di abad ke-21
  • Menggandakan pengetahuan setiap 2 sampai 3 tahun
  • Persaingan global dari perusahaan yang paling kuat di dunia
  • terobosan teknologi baru yang luar biasa dan canggih
  • Spiral kebutuhan organisasi untuk beradaptasi dengan perubahan

 

Belajar yang terjadi di seluruh organisasi dan seluruh sistem memberikan kesempatan terbaik tidak hanya untuk bertahan tapi keberhasilan.

 

Untuk mendapatkan dan mempertahankan keunggulan kompetitif dalam lingkungan baru ini, perusahaan harus belajar lebih baik dan lebih cepat dari keberhasilan dan kegagalan. Organisasi perlu untuk terus mengubah diri menjadi organisasi belajar, menjadi tempat di mana kelompok-kelompok dan individu pada semua tingkatan terus menerus terlibat dalam proses pembelajaran baru.

 

Belajar bukan lagi kegiatan terpisah yang terjadi baik sebelum seseorang memasuki tempat kerja atau dalam pengaturan ruang kelas jarak jauh. Juga bukan suatu kegiatan disediakan untuk kelompok manajerial. Perilaku yang mendefinisikan belajar dan perilaku yang menentukan menjadi produktif adalah satu dan sama. Belajar adalah jantung dari kegiatan produktif. Sederhananya, belajar adalah bentuk baru dari tenaga kerja .

 

Apakah Belajar baru dalam Organisasi?

 

Dalam lingkungan saat ini, pembelajaran organisasi merupakan bentuk baru dari belajar dengan cara sebagai berikut:

  • Berbasis kinerja dan diikat dengan tujuan bisnis.
  • Menekankan pentingnya proses belajar, atau belajar bagaimana belajar.
  • Kemampuan untuk mendefinisikan belajar adalah sama pentingnya dengan menemukan jawaban atas pertanyaan yang spesifik.
  • Kesempatan Organisasi-lebar ada untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
  • Belajar adalah bagian dari pekerjaan.

 

Muculnya Organisasi Belajar

Konsep pembelajaran organisasi yang luas, dan pengakuan pentingnya, dapat ditelusuri dalam literatur penelitian pada tahun 1940-an, tetapi tidak sampai tahun 1980-an beberapa perusahaan mulai menyadari potensinya untuk meningkatkan kinerja organisasi, daya saing, dan kesuksesan.

Pada 1980-an, Shell Oil mulai mempertimbangkan pembelajaran organisasi dalam kaitannya dengan perencanaan strategis. Perusahaan menyimpulkan bahwa belajar sebagai organisasi memang terbukti berharga bagi perencanaan strategis dan keberhasilan perusahaan dan telah membuat Shell untuk mendapatkan keuntungan dari satu atau dua tahun atas pesaingnya

Selama tahun 1990-an, jumlah perusahaan yang komit untuk menjadi organisasi belajar meningkat secara dramatis.

The Fifth Discipline dari Peter Senge dan artikel tentang organisasi belajar di Harvard Business Review, The Economist, BusinessWeek, Fortune, dan Asiaweek telah menyebabkan banyak perusahaan mulai mempertimbangkan proses transformasi diri menjadi organisasi belajar. Perubahan yang terus meningkat dari abad ke-21 telah membuat organisasi belajar menjadi lebih penting.

 

Apakah ingin menjadi sebuah organisasi belajar atau tidak bukanlah pertanyaan lagi; menjadi organisasi belajar diperlukan untuk tetap kompetitif. Dan, siapa pun yang bertanya “kapan?” Harus diberitahu “Segera” karena menjadi mahluk baru akan segera menjadi penting untuk kelangsungan hidup di lingkungan yang semakin global.

Bagaimana menjadi sebuah organisasi belajar akan dibahas pada tulisan berikutnya…

 

Referensi:

Marquardt,Michael J., Building the Learning Organization Mastering The 5 Elements For Corporate Learning, DAVIES-BLACK PUBLISHING, INC. Palo Alto, CA, Second Edition, 2002

 




PENTINGNYA PENGUKURAN KEPUASAN MAHASISWA

PERLUNYA PENGUKURAN KEPUASAN MAHASISWA

SEBAGAI PENGGUNA JASA PENDIDIKAN TINGGI

 

Globalisasi menjadikan masyarakat dunia semakin terhubungkan satu sama lain dalam berbagai kehidupan, berdimensi politik, teknologi, sosial budaya, dan ekonomi. Dampak globalisasi merambah ke dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan dan dunia perguruan tinggi. Tuntutan masyarakat terhadap mutu perguruan tinggi sebagai akibat globalisasi merupakan masalah konkrit, yang pemecahannya tidak bisa ditunda-tunda. Hal ini berarti, bahwa proses pembelajaran di perguruan tinggi harus bermutu dan memenuhi standar mutu yang ditetapkan. Eksistensi dan tantangan sebuah perguruan tinggi tergantung pada penilaian stakeholders. Oleh karena alasan itu pula, perguruan tinggi perlu menjalankan proses penjaminan mutu terhadap pendidikan yang diselenggarakannya.

Komponen penentu mutu proses dan lulusan perguruan tinggi terdiri dari banyak komponen, di antaranya mutu program akademik, sumberdaya manusia, sarana prasarana, dan suasana akademik. Berbagai komponen mutu tersebut perlu ditingkatkan dalam rangka memenuhi standar nasional pendidikan. Pemerintah dengan Per-aturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (Standar Nasional Pendidikan) pasal 2, menyatakan bahwa untuk penyelenggaraan setiap satuan pendidikan harus mengacu delapan standar mutu pendidikan, yakni: standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, standar pengelolaan, pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Globalisasi juga telah melahirkan berbagai tuntutan baru pada institusi pendidikan tinggi. Sejalan dengan tuntutan tersebut, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi telah menetapkan acuan   utama  dalam  kebijakan   dasar pengembangan pendidikan tinggi ke depan yakni Strategi Jangka Panjang Pendidikan Tinggi (Higher Education Long Term Strategy, HELTS) 2003-2010 yang diarahkan untuk meningkatkan daya saing bangsa.

Berdasarkan klasifikasi Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) sesuai dengan GATS/WTO-Central Product Classification/MTN. GNS/W/120,  pendidikan juga diklasifikasikan sebagai salah satu bentuk bisnis jasa. Perguruan tinggi merupakan salah satu penyedia jasa pendidikan ini. Secara umum, tujuan penyelenggaraan pendidikan, termasuk di perguruan tinggi, adalah terciptanya sumberdaya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Semua tujuan tersebut akan terakumulasi melalui proses belajar. Hasilnya adalah kemampuan peserta didik yang tergambar melalui prestasi belajarnya. Prestasi belajar ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Salah satu faktor eksternalnya adalah kualitas layanan yang diberikan lembaga pendidikan tinggi kepada para pengguna jasa pendidikan tinggi tersebut.

Organisasi Perguruan Tinggi (PT) memang bukan murni organisasi bisnis. Namun demikian,  ada kesamaannya dengan organisasi bisnis, yakni bahwa di dalam upaya meraih keberhasilan atau kinerja yang baik, keduanya  perlu menerapkan prinsip-prinsip pemasaran, yaitu upaya yang bertujuan untuk memuaskan pelanggan dan juga para pemangku kepentingan (stakeholders), melalui kegiatan menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai yang unggul kepada para pengguna jasa pendidikan tinggi tersebut. Oleh karena itu, dewasa ini banyak organisasi yang menjadikan tingkat kepuasan dan loyalitas pelanggannya menjadi tolok-ukur kinerja organisasi.

Dalam kondisi bisnis yang  tingkat persaingannya tinggi dengan diferensiasi produk dan jasa yang begitu beragam, kepuasan dan loyalitas pelanggan menjadi  sangat penting untuk diketahui oleh manajemen perusahaan. Dengan mengagendakan program pengukuran kepuasan konsumen secara periodik akan memberikan banyak manfaat bagi perusahaan, salah satu di antaranya adalah meningkatkan loyalitas para pelanggannya. Hal yang sama berlaku pula pada organisasi yang bergerak dalam jasa pendidikan.

Dalam jangka panjang, akan jauh lebih menguntungkan mempertahankan pelanggan yang loyal daripada terus-menerus menarik  atau mencari pelanggan baru. Pelanggan yang sangat puas   secara tidak langsung akan menjadi agen promosi bagi  perusahaan untuk menarik pelanggan baru. Sebaliknya, bila kualitas layanan yang dirasakan pelanggan/para mahasiswa tidak memadai, hal itu juga merupakan bad promotion mengenai Perguruan Tinggi tersebut. Selain itu, kualitas layanan juga merupakan bagian dari penjaminan mutu sebuah Perguruan Tinggi.

Pengukuran kepuasan pengguna jasa di suatu lembaga pendidikan tinggi perlu dilakukan secara periodik dalam rangka akreditasi Institusi Perguruan Tinggi, sebagaimana diamanatkan oleh BAN-PT (Badan Akreditasi Nasional-Perguruan Tinggi).  Pada Buku III Pedoman Pengisian Borang Akreditasi Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), Standar 3 Mahasiswa dan Lulusan  butir 3.1.6 dan 3.1.6 (18-19),  Institusi Perguruan Tinggi wajib memiliki tata cara dan instrumen untuk mengetahui kepuasan mahasiswa terhadap layanan kemahasiswaan dan hasil pelaksanaan pengukuran kepuasan mahasiswa. Borang adalah alat untuk mengumpulkan dan mengungkapkan data dan informasi yang digunakan untuk menilai kelayakan dan mutu institusi perguruan tinggi. Sedangkan standar akreditasi  merupakan tolok ukur yang harus dipenuhi oleh institusi perguruan tinggi, yang digunakan untuk mengukur dan menetapkan mutu dan kelayakan institusi serta untuk mengukur  kinerja perguruan tinggi yang bersangkutan.

Dengan demikian, pengukuran kepuasan mahasiswa, sebagai pengguna jasa pada suatu perguruan tinggi, sangatlah penting dan perlu dilakukan, karena berkaitan erat dengan kinerja perguruan tinggi yang bersangkutan. Lebih dari itu, tingkat kepuasan pelanggan atas kualitas layanan pada suatu perguruan tinggi juga dapat dikaitkan dengan perkembangan jumlah calon mahasiswa yang masuk setiap tahunnya, dengan asumsi bahwa mahasiswa yang sangat puas   secara tidak langsung akan menjadi agen promosi bagi  perguruan tinggi yang bersangkutan untuk menarik calon mahasiswa baru. (ihw).




10 RULES FOR A BLESSED DAY

Sebenarnya tulisan ini sudah lama tersimpan di komputer. Sayang kalau hanya sekedar disimpan, jadi lebih baik dibagi saja, supaya lebih banyak orang yang bahagia. Have a great day 😀

1. TODAY I WILL NOT STRIKE BACK . . .
If someone is rude, if someone is impatient, if someone is unkind, I will not respond in a like manner.

2. TODAY I WILL ASK GOD TO BLESS MY ‘ENEMY’
If I come across someone who treats me harshly or unfairly, I will quietly ask God to bless that individual. I understand “enemy” could be a family member, neighbor, co-worker or stranger.

3. TODAY I WILL BE CAREFUL ABOUT WHAT I SAY . . .
I will carefully choose and guard my words being certain that I do not spread gossip.

4. TODAY I WILL GO THE EXTRA MILE . . .
I will find ways to help share the burden of another person.

5. TODAY I WILL FORGIVE . . .
I will forgive any hurts or injuries that come my way.

6. TODAY I WILL DO SOMETHING KIND FOR SOMEONE, (BUT I WILL DO IT IN SECRET . . .)
I will reach out anonymously and bless the life of another.

7. TODAY I WILL TREAT OTHERS THE WAY I WISH TO BE TREATED . . .
I will practice the golden rule. “Do Unto others as I would have them do unto me”- with EVERYONE I encounter.

8. TODAY I WILL RAISE THE SPIRITS OF SOMEONE WHO IS DISCOURAGED . . .
My smile, my words, my _expression of support, can make the difference to someone who is wrestling with life.

9. TODAY I WILL NURTURE MY BODY . . .
I will eat less . . . I will eat only healthy foods. I will thank God for my body.

10. TODAY I WILL GROW SPIRITUALLY . . .
I will spend a little more time in prayer today. I will begin reading something spiritual or inspirational; I will find a quiet place (at some point during this day) and listen to God’s voice.

Remember, today is a gift from God so treat it preciously
— Author Unknown