Sedikit Cerita Tentang Film ‘Ketika Mas Gagah Pergi’

Siapa yang tak kenal Helvy Tiana Rosa? Kalau rekan-rekan belum mengenalnya, saya akan bantu rekan-rekan berkenalan dengan kakak Helvy. Saya ketemu kak Helvy beberapa kali, tapi hanya satu kali sempat berfoto bersama dengannya beberapa tahun silam saat kami sama-sama hadir menonton Teater Koma di Komunitas Salihara, Pejaten, Pasar Minggu. Kak Helvy yang saya kenal adalah seorang dosen, penulis, dan sekarang tulisannya pun diangkat ke Layar Lebar, tertuang di dalam sebuah film menarik bertemakan religi berjudul ‘Katika Mas Gagah Pergi’, sama persis dengan judul tulisan asli kak Helvy.

Film ‘Ketika Mas Gagah Pergi’ adalah sebuah film yang dibuat dengan menggunakan dana dari crowd funding (istilah ini lagi ngetren, silakan digoogle apabila belum mengenalnya^_^). Saya, walaupun belum pernah membaca bukunya, dari awal mendengar bahwa kak Helvy sedang membuat film ini sudah berniat akan menontonnya, bukan hanya karena saya ‘ngefan’ sama kak Helvy, tapi juga karena saya yakin film yang sudah ramai dibicarakan orang sejak awal proses pembuatannya ini, pasti akan menjadi sebuah tontonan menarik. Akhirnya, minggu lalu saya sempatkan menonton film ini di sebuah bioskop di daerah Kemang, Jakarta Selatan (film Indonesia masih kurang mendapat tempat di hati orang Indonesia sendiri, sehingga bioskop yang memutarnya biasanya tidak sebanyak bioskop yang memutar film film pop Amerika).

Ketika Mas Gagah Pergi adalah sebuah judul yang sederhana menurut saya, dan ternyata film ini memang mengisahkan tentang seorang Gagah yang pergi meninggalkan keluarganya ke Ternate selama beberapa bulan. Walau demikian isi cerita film kebanyakan bercerita tentang bagaimana kemudian Gagah pulang kembali ke tengah keluarganya, namun sosok Gagah yang kembali dari Ternate ini berubah menjadi seorang laki-laki yang lebih religius. Perubahan pada diri Gagah inilah yang kemudian menjadi konflik di dalam film yang berdurasi 99 menit ini. Sepanjang film diperlihatkan bagaimana reaksi keluarga, terutama respon kaget Gita, adik perempuan Gagah satu-satunya yang sejak kecil sudah sangat dekat dengan Gagah. Gita diperankan oleh seorang wanita mungil bernama Aquino Umar dengan ciamik, sementara yang berperan sebagai Gagah adalah Hamas Syahid. Mereka berdua adalah pendatang baru di dunia perfilman. Selain mereka berdua tentu saja banyak bintang film lainnya yang ikut mendukung film ini, di antaranya yang sudah lebih kita kenal ada Epi Kusnandar, Mathias Muchus, Nungky Kususmastuti, Wulan Guritno, Ustadz Salim A. Fillah, Shireen Sungkar, dan Irfan Hakim.

Jadi tunggu apalagi? Mumpung filmnya masih ada di bioskop, sok atuh ditonton filmnya, insyaa Allah bermanfaat sekalian kita mendukung perfilman Indonesia di negeri kita sendiri.

Oiya, ini laman situs kak Helvy Tiana Rosa http://sastrahelvy.com/, siapa tahu ada teman-teman yang tertarik membacanya 🙂

Jakarta, 27 Januari 2016
Adelina Fauzie




Merger

*Menurut Gitman (2003), merger adalah kombinasi dua atau lebih perusahaan, dimana perusahaan yang  dihasilkan mempertahankan salah satu identitas perusahaan, biasanya perusahaan yang lebih besar

*Adapun konsolidasi (Gitman: 2003) adalah kombinasi dua atau lebih perusahaan untuk membentuk sebuah  perusahaan yang sama sekali baru

*Merger dilakukan secara tunai atau dengan pertukaran saham

*Merger melibatkan Target Co. (Acquired Co.) dan Acquiring Co. (Acq)

*Berikut adalah beberapa perhitungan yang sering digunakan apabila merger dilakukan dengan pertukaran saham:

# Rasio merger dengan pertukaran saham:

         –  Ratio of exchange (shares = RE) = harga penawaran/harga pasar Acq

         – Exchange ratio in Market Price (MPR) = harga penawaran/harga pasar Target

atau = (harga pasar Acq x RE)/ harga pasar Target

# EPS gabungan (setelah merger/baru) = EAT gabungan/Jumlah saham gabungan

# Jumlah saham gabungan = jumlah saham baru + jumlah saham  Acq

# Jumlah saham baru = rasio pertukaran x jumlah saham Target

# EPS original Target = rasio pertukaran x EPS gabungan

# EPS original Acq = EPS gabungan

# P/E rasio untuk memperoleh Target Co. = harga penawaran/EPS Target

atau = (harga pasar Acq x RE)/EPS Targetmerger




Mengenali Kontribusi Ibnu Khaldun terhadap Pemikiran Ekonomi

Image result for ibnu khaldun

Para sarjana Barat umumnya gagal megenali kontribusi umat Islam dalam ilmu pengetahuan. Mereka menyebutkan adanya “jurang besar (the great gap)” pengetahuan selama lebih dari 500 tahun dalam sejarah pemikiran ekonomi, mulai sejak jaman Yunani hingga renaisans Barat. Namun ahirnya pandangan ini terbantahkan. Ibnu Khaldun, seorang ulama yang hidup pada abad 14 merupakan yang telah mengemukakan gagasan-gagasannya jauh sebelum orang-orang Barat menyatakan ulang gagasan tersebut. Kontribusi terbesar Ibnu Khaldun dalam pemikiran ekonomi adalah penggunaan cabang ilmu pegetahuan ini bersamaan dengan cabang ilmu lain seperti sosiologi, politik, norma dan kepercayaan untuk membentuk model yang komprehensif dan saling berkait yang menjelaskan naik turunnya peradaban. Tulisan ini menelusuri sumbangan Ibnu Khaldun dalam pemikiran ekonomi modern melalui studi kepustakaan untuk mengidentifikasi pemikiran-pemikirannya yang masih relevan.

Jahja, A. S. (2009). Mengenali Kontribusi Ibnu Khaldun terhadap Pemikiran Ekonomi. Jurnal Ekonomi dan Keuangan Syariah Amwaluna, 1(1), 61–75.

 




Rasio Profitabilitas Bank (ROA dan ROE)

Untuk mengukur rasio profitabilitas bank, biasanya menggunakan dua rasio utama yaitu Return on Equity atau ROE dan Return On Assets atau ROA. Dalam menghitung rasio profitabilitas (Riyadi, 2006) dengan cara membandingkan Laba (setelah pajak) dengan Modal (Modal Inti) dikalikan 100%, maka hasilnya dalam bentuk persen (%), ini untuk perhitungan ROE. Sedangkan ROA adalah membandingkan Laba (sebelum pajak) dengan total Assets yang dimiliki Bank pada periode tertentu dikali 100%, sama halnya dengan ROE, maka hasilnyapun dalam bentuk persen (%). Untuk mendapatkan hasil perhitungan rasio agar mendekati pada kondisi yang sebenarnya (Riyadi, 2006), maka posisi modal atau assets dihitung secara rata-rata selama periode perhitungan.
Kedua rasio ini sering digunakan sebagai variabel dependen, yang dipengaruhi oleh banyak variabel independen lainnya, seperti Dana Pihak Ketiga (DPK), Dana Pihak Kedua (DP 2), Dana Pihak Pertama (Modal), Kredit Yang Diberikan, Giro Wajib Minimum (GWM), Loan to Deposit Rasio (LDR), Net Interest Margin (NIM), Posisi Devisa Neto (PDN), Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK), Non Performing Loan (NPL), Biaya Operasional dibanding Pendapatan Operasional (BOPO), Capital Adequacy Rasio CAR), total assets, Fee Income, BI rate, Inflasi, Kurs, Jumlah Karyawan, jumlah kantor cabang dan masih banyak lagi variabel bebas lainnya.
Dalam pembahasan ini, sengaja dibatasi pada variable LDR dan NPL yang memengaruhi ROA atau ROE. Bagaimana pengaruhnya? karena terdapat beberapa peneliti yang menghasilkan bahwa LDR dan NPL berpengaruh Negatif terhadap ROA atau ROE, sementara peneliti lainnya mengatakan positif dan sebagian lagi menyatakan positif dan negatif.
Lalu yang benar yang bagaimana? Kalau kita berbicara yang benar yang seperti apa, maka, pertama harus dipahami dahulu proses atau urutan normalnya suatu Bank melakukan kegiatan usahanya, kedua pahami komponen LDR dan NPL apa saja. LDR adalah perbandingan antara Kredit yang diberikan dengan DPK atau DPK ditambah Surat Berharga yang diterbitkan (DP 2) dikalilkan 100% hasilnya dalam persen (%). Sedangkan NPL diperoleh dari perbandingan Kredit Bermasalah, yaitu Kolektibilitas 3 s/d. Kolektibilitas 5 dengan total Kredit yang diberikan dikalikan 100%, maka hasilnya dalam persen (%). Berdasarkan penjelasan tersebut maka pengaruh LDR terhadap ROA atau ROE adalah positif, artinya kenaikan LDR akan menyebabkan kenaikan ROA atau ROE. Karena dengan LDR yang tinggi (maksimal 92%), ini berarti Kredit yang diberikan juga tinggi, dengan posisi kredit yang tinggi maka akan menghasilkan pendapatan bunga yang tinggi pula dan pada akhirnya Laba (sebelum pajak) dan Laba (setelah pajak) juga tinggi, sehingga ROA atau ROE bank juga akan mengalami kenaikan secara proporsional. Lalu bagaimana jika hasil penelitian tidak menunjukan kondisi seperti itu? Disini perlu dilihat atau diteliti lebih dalam lagi, misalnya mengenai kondisi bank itu sendiri selama periode penelitian, lalu kondisi makro ekonomi negara selama periode penelitian. Sedangkan NPL (sebaiknya menggunakan NPL net), sesuai ketentuan yang berlaku NPL Net maksimal 5%, pengaruhnya terhadap ROA atau ROE adalah negatif, artinya dalam kondisi NPL turun maka ROA atau ROE naik, demikian pula sebaliknya.
Semoga ulasan yang sederhana ini dapat memberi gambaran kepada peneliti pemula untuk memudahkan pemahaman dasarnya.

Referensi :
Riyadi, Selamet (2006). Banking Assets And Liability Management, Edisi Keempat, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi & Bisnis, Universitas Indonesia




Menulis Artikel Ilmiah

Mengapa Perlu Menulis?

  • Hoby, keharusan/pekerjaan/tugas, menuangkan pikiran dan perasaan, popularitas, karir dan peluang/sumber pendapatan
  • Belum banyak orang yang tertarik menekuninya
  • Bisa menjadi lahan mendapatkan uang dan pekerjaan
    • MENULIS DAPAT MENYELAMATKAN HIDUP
    • MENULIS ITU MENYEHATKAN: menulis menjernihkan pikiran, menulis mengatasi trauma, menulis membantu mendapatkan dan mengingat informasi baru, menulis membantu memecahkan masalah, dan menulis-bebas membantu kita ketika terpaksa harus menulis.
    • MENULIS ITU SALAH SATU LANGKAH MENUJU KE KEABADIAN
    • MENULIS BERARTI MENATA DAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN PIKIRAN
    • MENULIS DAPAT MENYEBARKAN BERKAT ROHANI
    • MENULIS MENDATANGKAN BERKAT JASMANI

    Prof. Dr. Ir. Sony Heru Priyanto, MM.

Langkah Taktis Menulis Karya Ilmiah

BHS AKADEMIK DLM ARTIKEL-2014

Hasil Penelitian

Kajian Teoretik

Kiat Menulis Artikel Ilmiah di Jurnal Nasional Terakreditasi

Literature Review 2015_a Cndi

SITASI, DAFTAR PUSTAKA, DAN ANTIPLAGIARISME-2014

 




Pengertian Jurnal Ilmiah Internasional

Jurnal internasional adalah jurnal yang memenuhi kriteria sebagai berikut.

a. Karya ilmiah yang diterbitkan ditulis dengan memenuhi kaidah ilmiah dan etika keilmuan.

b. Memiliki ISSN.

c. Ditulis dengan menggunakan bahasa resmi PBB (Arab, Inggris, Perancis, Rusia, Spanyol dan Tiongkok).

d. Memiliki terbitan versi online.

e. Dewan Redaksi (Editorial Board) adalah pakar di bidangnya paling sedikit berasal dari 4 (empat) negara.

f. Artikel ilmiah yang diterbitkan dalam 1 (satu) nomor terbitan paling sedikit penulisnya berasal dari 2 (dua) negara.

g. Terindeks oleh database internasional: Web of Science, Scopus, Microsoft Academic Search, dan/atau laman sesuai dengan pertimbangan Ditjen Dikti.

Jurnal internasional bereputasi adalah jurnal yang memenuhi kriteria jurnal internasional sebagaimana kriteria tersebut huruf a sampai f, dengan kriteria tambahan:

  • Terindeks pada Web of Science dan/atau Scopus serta mempunyai faktor dampak (impact factor) dari ISI Web of Science (Thomson Reuters) atau mempunyai faktor dampak (impact factor) dari Scimago Journal Rank (SJR) sampai dengan tahun 2013 dan di atas 0,100 setelah tahun 2013 dinilai paling tinggi 40.
  • Jurnal yang memenuhi kriteria jurnal internasional tersebut dan terindeks oleh database internasional (Web of Science, Scopus, atau Microsoft Academic Search) namun belum mempunyai faktor dampak (impact factor) dari ISI Web of Science (Thomson Reuters) atau Scimago Journal Rank (SJR) dengan faktor dampak (impact factor) 0,100 setelah tahun 2013 dalam penilaian karya ilmiah dan dinilai paling tinggi 30.

Sumber: Petunjuk_Operasional_PAK-_update-Juni-2015




BIG DATA – BIG OPPORTUNITY Jika Tahu Manfaat dan Cara Pemanfaatannya

(Seri 1)

*Tulisan berseri yang akan mengulas secara lengkap tentang (Teknologi Big Data)

 

PENGANTAR

Perkembangan teknologi internet dewasa ini sudah sangat luar biasa ditandai dengan makin mudahnya akses baik melalui media diam yaitu perangkat komputer maupun perangkat bergearak yaitu telepon yang sudah dibekali teknologi yang dapat melakukan akses dengan cepat. Perkembangan terakhir adalah munculnya teknologi kecepatan akses yaitu generasi ke empat atau yang dikenal dengan teknologi 4G.

Pertumbuhan media akses tersebut mendorong para pemakai juga semakin banyak yang menumbuhkan sebuah ekosistem pengguna serta varian data yang ditransformasikan melalui teknologi yang ada. Varian data disini bukan saja berupa data teks dan suara saja, namun juga multimedia menjadi salah satu jenis data yang makin banyak ditransformasikan. Dampak terbesar yang dirasakan adalah “ledakan informasi” yang berkaitan erat dengan besarnya data sebagai sumber informasi tersebut.

Dengan banyaknya jumlah dan jenis data menimbulkan permasalahan baru khususnya bagi pelaku bisnis yang sudah banyak memanfaatkan teknologi informasi bagi operasional sehari-hari. Permasalahan tersebut secara internal adalah bagaimana data yang dimiliki (untuk perusahaan skala besar) dikelola dan dimanfaatkan sebaik-baiknya bukan sebagai sampah data. Secara eksternal data yang ada sekitar (di internet melalui media social maupun beberapa situs lain) juga dapat sebagai data tambahan untuk pendukung bisnis. Solusi yang kini mulai banyak dibicarakan adalah munculnya sebuah teknologi yang dikenal dengan (teknologi) Big Data.

Salah satu pelopor Big Data ini adalah perusahaan yang sudah dikenal dengan fasilitas pencarian di web yaitu Google. Melalui tulisan ini kita mencoba menimba ilmu dari beberapa perusahaan yang sudah memanfaatkan Big Data salah satunya adalah Google Inc. dan beberapa perusahaan lokal.

 

DEFINISI

Pembahasan tentang pemanfaatan Big Data memasuki ranah teknologi karena sebuah data yang besar agar memiliki sebuah “nilai lebih” diperlukan suatu cara (teknik) sendiri. Sebelum dikenalkan teknologi ini maka olah data selama ini dilakukan oleh seorang pemrogram aplikasi dengan keterbatasan yang dihasilkan adalah waktu proses yang tidak singkat.

Berdasarkan Gartner (sebuah lembaga penelitian dan advisory bidang teknologi informasi) sebuah Big Data adalah “High Volume, High Velocity dan High Variety of Information Assets” yang memberikan dampak “that demand cost-effective forms of information processing for enhanced insight and decision making”.

Selanjutnya berdasarkan definisi di atas, oleh sekelompok organisasi lain ada penambahan satu lagi tentang Big Data adalah High Veracity (tidak memliki kejelasan yang pasti).

Sehingga berdasarkan definisi atau pernyataan tersebut muncul sebuah istilah 4V’s of Big Data yaitu meliputi :

  • High Volume
  • High Variety
  • High Velocity
  • High Veracity

Empat V tersebut kini menjadi karakter Big Data artinya sebuah permasalahan yang berhubungan dengan volume data yang besar, variasi data yang sangat beragam, pertumbuhan data yang sangat tinggi serta ketidak jelasan data yang dimiliki maka teknologi Big Data dapat dimanfaatkan untuk mengolahnya untuk sebuah tujuan tertentu. Karakterisktik tersebut tidak harus dipenuhi keseluruhan namun jika salah satu saja sudah ada maka Big Data sudah berada dihadapan kita.

 

Dampak yang dihasilkan bagi dunia bisnis adalah data yang dimiliki jika mampu diolah dengan cara yang benar maka dari Big Data tersebut akan menghasilkan informasi dan pengetahuan yang lebih dalam (insight) dan akan bermanfaat dalam pengambilan keputusan serta merencanakan tindakan yang lebih baik dalam menjalankan bisnis.

 

Contoh sebuah Big Data adalah data yang memiliki jumlah volume 1024 terabytes (petabytes) atau 1024 petabytes (exabytes). Dari segi variasi data misalkan data yang disimpan berasal dari sumber web, data kepegawean dalam bentuk excel, data yang diambil dari media social dan data yang diperoleh dari perangkat mobile dan lain sebagainya. Beragamnya data ini yang disebut dengan data tidak terstruktur.

 

ISTILAH TEKNIS dalam (TEKNOLOGI) BIG DATA

Sebelum mengulas pengalaman pemakaian Big Data para pelaku bisnis, ada baiknya mengenal beberapa istilah teknis yang digunakan agar dapat dijadikan bekal dalam memahami paparan yang disampaikan dalam tulisan ini.

Data event.

Adalah data (yang tesimpan) dalam jumlah yang sangat besar dimana dengan menganailsa data ini dapat diketahui tentang proses kerja (urutan kinerja) sistem. Artinya data tersebut dapat “merekam” sebuah sistem telah melakukan apa dan bagaimana proses kerja dari pekerjaan yang sudah dilakukan.

Instrumentasi.

Sebuah metode atau format pendukung sebuah sistem (software) yang digunakan untuk menyimpan data disebut dengan istilah instrumentasi. Sebagai contoh, jika ingin mengimplementasikan Big Data untuk transaksi yang mengandalkan teknologi web, maka instrumentasi menimbang factor kecepatan transaksi, kecepatan proses pembacaan database, berapa kebutuhan memory yang digunakan untuk setiap proses dan kebutuhan lain yang diperlukan agar tujuan implementasi berhasil.

 

SEPENGGAL PEMANFAATAN BIG DATA di INDUSTRI

 

Wal Mart        memanfaatkan Big Data untuk melihat tren di media social dan melihat pola pembelian jenis barang yang sama dari pelanggan

 

UPS                  memiliki Big Data sebesar 16 petabyte. Data ini digunakan untuk melakukan analisa optimasi rute utama perjalanan petugas pengiriman, dengan membuat proyek yang diberi nama ORION (OnRoad Integrated Optimization and Navigation). Hasil yang diperoleh dari proyek ini, perusahaan dapat menghemat lebih dari 8,4 juta gallon bahan bakar dan mengurangi 85 juta mil rute tiap hari pada tahun 2011

AmEx              American Express Co., menggunakan Big Data untuk memprediksi loyalitas pelanggan. Obyek penelitian lain adalah menganalisa transaksi historis dan 115 variabel guna melaukan peramalan potensi churn.

 

United Healthcare

Memanfatkan Big Data dengan cara mengubah data suara (voice) yang diperoleh dari transaksi customer call center menjadi teks. Hasil konversi ini dianalisa menggunakan aplikasi “Natural Language Processing” yang akan diimplementasikan dalam usaha peningkatan kepuasan pelanggan.

 

Beberapa kisah menarik implementasi Big Data di bidang Industri akan disajikan pada tulisan selanjutnya.

 

 

REFERENSI

 

Djatmiko H. E., (2015), Big Data, Binatang Apa Gerangan, Majalah Swa, Jakarta

Feinleib D., (2014), Big Data Bootcamp : What Managers Need to Know to Profit from the Big Data Revolution, APress

Sugiarsono J., (2015), Gelombang Besar Big Data, Majalah Swa, Jakarta

 

Situs

www.gartner.com/it-glossary/big-data akses terakhir : Oktober 2015

www.apaitubigdata.com   akses terakhir : Oktober 2015

tekno.liputan6.com/read/801638/apa-itu-teknologi-big-data   akses terakhir : Januari 2015

http://lawencon.com/big-data/ akses terakhir februari 2015

 




Apakah Sistem Informasi SDM diperlukan?

Peran Sumber Daya Manusia
Seperti yang kita tahu sekarang ini perguruan tinggi bukan lagi hanya merupakan institusi penyedia layanan pendidikan saja, tetapi sudah menjadi suatu kegiatan bisnis yang cukup menjanjikan. Sebagai suatu organisasi yang bergerak dibidang jasa maka perguruan tinggi berusaha untuk meningkatkan kepuasan pelanggan, melalui penerapan sistem yang efektif, dan terus melakukan perbaikan pada semua proses yang ada. Agar semua proses berjalan dengan baik perlu ditunjang oleh sumber daya manusia, infrastruktur, dan lingkungan perkuliahan. Sumber daya manusia mencakup pimpinan pengelola, karyawan, dan dosen. Penyediaan sumber daya harus memadai baik dari sisi kualitas maupun kuantitas.

Banyak perubahan terjadi dalam lingkungan sumber daya manusia yang menuntutnya untuk memainkan peranan yang penting dalam suatu organisasi seperti perkembangan teknologi informasi yang pesat, globalisasi, dan perubahan dalam dunia jabatan dan kerja. Tren teknologi akan mendorong suatu usaha bisnis menjadi lebih kompetitif. Dimana komputer pribadi (PC), pengolah kata, dan sistem informasi manajemen terus mengubah dunia kerja. Pemanfaatan teknologi informasi dalam proses-proses yang dijalankan membutuhkan sumber daya manusia yang terlatih dengan baik.

Semua pekerjaan, sampai yang paling sederhana sekalipun, membutuhkan karateristik masing-masing. Karateristik pekerjaan dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: skill, knowlegde, dan orientation. Skills adalah kemampuan atau kompetensi khusus yang dibutuhkan oleh suatu pekerjaan. Secara umum kemampuan ini membutuhkan pelatihan dan pengalaman. Knowledge adalah informasi, pengetahuan dan wawasan, yang secara umum diperoleh lewat pendidikan, dan diperluas oleh pengalaman. Sedangkan orientation adalah sikap, kepercayaan dan pilihan yang dimiliki oleh karyawan.
Sumber daya manusia dengan gabungan ketiga karateristik pekerjaan di atas merupakan aset yang bernilai bagi suatu perusahaan atau organisasi. Aset ini perlu dipertahankan untuk kelangsungan hidup organisasi dan untuk terus bersaing di dunia bisnis. Pengembangan (development) sumber daya manusia mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan pengetahuan, kemampuan, sikap, dan sifat-sifat kepribadian.

Ketika suatu Perguruan Tinggi berkembang menjadi makin besar, dengan jumlah mahasiswa yang makin banyak, tentu akan dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang makin baik, cepat, dan akurat. Dengan jumlah sumber daya manusia yang terbatas semua proses harus dapat ditangani dengan baik. Hal ini tentu membutuhkan suatu proses pengelolaan sumber daya manusia yang tepat, dengan tujuan untuk meningkat kepuasan dan kenyamanan sumber daya manusia yang terlibat, sehingga mereka dapat bekerja lebih baik.

Ada beberapa masalah yang sering muncul dalam proses pengelolaan sumber daya manusia antara lain; proses rekruitmen memakan waktu yang sangat lama kurang lebih 3 bulan dari mulai pengajuan sampai diterimanya SK pengangkatan. Pelatihan karyawan untuk meningkatkan kemampuan karyawan belum merata dan terencana tiap unit, sehingga ada karyawan yang sering dikirim untuk mengikuti pelatihan dan ada yang belum pernah sama sekali dikirim untuk pelatihan. Selain itu terdapat data karyawan dan dosen dengan banyak versi.

Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia (SIM-SDM)
Dalam strategi bisnis dengan orientasi pelanggan, proses mengelola dan mengembangkan sumber daya manusia merupakan salah satu ”critical process”, disamping proses-proses lain. Sistem Informasi Manajemen sendiri dibangun untuk mendukung semua proses tersebut, dimana tercakup didalamnya antara lain: proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian, serta dapat memberikan informasi mengenai kondisi riil organisasi.

Sistem Informasi Sumber Daya Manusia merupakan salah satu bagian dari Sistem Informasi Manajemen yang dibangun dalam keseluruhan organisasi. Sumber daya manusia merupakan aset yang sangat berharga bagi organisasi, sehingga manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu pilar utama organisasi dalam mendukung pola penentuan strategi dan kebijakan secara terpadu. Keputusan-keputusan sumber daya manusia yang sehat harus didukung oleh informasi mengenai sumber daya manusia yang baik. SIM-SDM merupakan prosedur sistematik untuk mengumpulkan, menyimpan, mengambil, dan memvalidasi data oleh organisasi mengenai sumber daya manusia, dan kegiatan-kegiatan personalia.

Mengingat betapa pentingnya mengelola sumber daya manusia dengan tepat, maka sudah sewajarnya Sistem Informasi Manajemen Sumber Daya Manusia di Perguruan Tinggi menjadi salah satu hal yang perlu untuk dibangun dan dipelihara dengan baik.




Regresi Linier Berganda (dengan EViews )

Regresi Linier Berganda yang akan disimulasikan pada bagian ini menggunakan pendekatan Ordinary Least Squares (OLS). Penjelasan akan dibagi menjadi 4 (empat) tahapan, yaitu:

  • Persiapan Data (Tabulasi Data)
  • Estimasi Model Regresi Linier (Berganda)
  • Pengujian Asumsi Klasik
  • Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit Model)
  • Intepretasi Model Regresi Linier (Berganda)

Persiapan data dimaksudkan untuk melakukan input data ke dalam software EViews. Setelah data di-input kedalam software EViews, maka langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi (pendugaan) model (persamaan) regresi linier, baru dilanjutkan dengan pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik dilakukan setelah model regresi diestimasi, bukan sebelum model diestimasi. Tidak mungkin pengujian asumsi klasik dilakukan sebelum model regresi diestimasi, karena pengujian asumsi klasik yang meliputi normalitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi membutuhkan data residual model yang didapat setelah model terbentuk. Apabila model yang terbentuk tidak memenuhi asumsi klasik yang disyaratkan, maka dibutuhkan modifikasi/ transformasi/penyembuhan terhadap data ataupun model regresi. Pada bagian ini akan dibahas solusi yang harus ditempuh apabila tidak dipenuhinya asumsi klasik dalam model regresi linier, terutama heteroskedastisitas. Tahap terakhir dari bagian ini akan dijelaskan bagaimana melihat layak tidaknya model dan menginterpretasikan model yang terbentuk. Berikut rincian tahap-tahap yang dilakukan dalam regresi linier berganda :

Selanjutnya dapat dilihat di link berikut ini: Regresi Linier Berganda (Eviews)




Sudah siapkah SDM kita menerapkan e-Business?

Strategi Penyiapan SDM
Pengembangan SDM merupakan salah satu kunci strategis yang tidak dapat ditinggalkan begitu saja. Untuk mempercepat pengembangan SDM di bidang TIK perlu ada sebuah proses learning based education dimana SDM langsung terlibat secara aktif dalam proses pengembangan dan implementasi TIK. Akan tetapi hal ini sangat tergantung dari sumber pendanaan yang akan diberikan pemerintah untuk pendayagunaan TIK. Selama belum ada pendanaan yang sifatnya terpadu untuk TIK, maka Kota/Kabuptan hanya dapat mengandalkan sukarelawan yang mau berkecimpung di dalam TIK yang pada saat ini terdapat di Bagian Pengolahan Data dan Elektronik di pemerintahan daerah baik di kota maupun di pedesaan. Konsekuensi yang harus diambil dengan kondisi ini adalah setiap daerah harus menyiapkan sendiri operator dan SDM untuk mengoperasikan jaringan komputernya.

Pada saatnya keadaan masyarakat Indonesia sudah sampai pada tahap menganggap e-Business itu sebagai hal yang biasa dan lumrah. Maka untuk mencapai hal tersebut harus dilakukan melalui tahapan-tahapan yang terencana. Di samping itu perlu dikaitkan dengan definisi e-Business itu sendiri. Pada dasarnya dilihat dari kosa katanya e-Business terdiri dari 2 kata, yaitu electronic dan business. Electronic merujuk pada sarananya yaitu penggunaan infrastruktur digital, sedangkan business sendiri merujuk pada aktivitas yang melibatkan pada berbagai pihak. Mulai dari pihak produsen, kemudian institusi, point of sale, sampai pada konsumennya. Komponen yang mengikat konsumen dan produsen dalam aktivitas ini adalah barang/produk, informasi, dan keuangan. Untuk itu ada 3 (tiga) komponen yang terkait dengan e-Business yang masuk dalam kerangka informasi atau infrastruktur informasi yaitu: 1) alur produk jasa overing; 2) alur informasi; dan 3) alur uang. Dan aktivitas terjadi di atas tulang punggung infrastruktur digital. Jika dilihat dari kondisi tersebut maka kesiapan SDM dapat diartikan bagaimana masyarakat dapat menggangap bahwa ketiga alur tadi sebagai hal biasa atau lumrah dan sudah menjadi kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari dan tidak lagi menganggap sebagai teknologi.

Kenyataan pada saat ini e-Business di Indonesia dapat digambarkan masih sebagai topi, artinya dari sisi tingkat kedewasaan (maturity), kepedulian (awareness), dan penggunaan masih beragam. Langkah yang wajar dan masuk akal adalah tidak menggunakan langkah yang liniear. Artinya tidak menyiapkan kesiapan orang dengan suatu kerangka pikir dari tidak mengetahui dan perduli (aware) kemudian dari aware menjadi menggunakan dan selanjutnya menjadi kebiasaan yang pada akhirnya menjadi bagian dari gaya hidup (life style). Penyiapan SDM ini tidak demikian, karena kenyataan di lapangan, kondisi di Indonesia mensyaratkan untuk melihat daerah secara berbeda dan melihat transaksi e-Business secara berbeda-beda pula, karena pendekatan e-Business sifatnya tidak monolitik atau tidak tunggal tetapi sifatnya tersebar. Jadi tantangan dalam penyiapan SDM adalah untuk pemahaman terlebih dahulu terhadap peta dari kondisi e-Business.

Identifikasi Stakeholder
Terdapat beberapa stakeholder atau pemangku kepentingan utama yaitu yang bertindak sebagai regulator. Disini harus dilihat bagaimana peran regulator untuk menjadi siap dalam e-Business. Stakeholder yang kedua adalah pelaku bisnis itu sendiri. Disini harus dilihat bagaimana pelaku bisnis ini siap untuk menjalankan e-Business. Stakeholder yang ketiga adalah masyarakat atau komunitas. Juga harus dilihat kesiapan masyarakat dalam menjalankan e-Business. Namun pada stakeholder yang ketiga ini perlu dipetakan lagi mengingat masing-masing komponen masyarakat memiliki perannya sendiri yang lebih khusus.

Pemerintah tidak hanya berperan sebagai regulator namun juga berperan sebagai inisiator, koordinator, dan fasilitator, sehingga bagaimana mendidik dan menyiapkan SDM untuk inisiator, reguator, dan fasilitator. Kesiapan SDM dari sisi ini dapat dilihat dari bagaimana di dalam pemerintah ada kelompok yang selalu siap sebagai inisiator dan fasilitator pekerjaan-pekerjaan e-Business, dan bagaimana pemerintah menyiapkan kelompok yang akan menjadi koordinator. Dalam hal ini perlu ada kebijakan khusus tentang peningkatan SDM disisi pemerintah, berdasarkan empat peran tersebut.

Dari pelaku bisnis, diperlukan kepastian, baik kepastian produk barang atau jasa, kepastian perlindungan terhadap kepentingan bisnisnya baik dari transaksi dan delivery produknya. Dalam hal ini yang paling penting adalah mengenai transaksi elektroniknya, yaitu bagaimana mempersiapkan transaksi ini dapat berlangsung. Kuncinya ada pada kepercayaan. Diperlukan SDM yang memang bekerja untuk membangun dan mengembangkan kepercayaan.

Kepercayaan di dalam e-Business itu adalah suatu masalah yang tidak mudah dengan bisnis biasa. Diketahui bahwa di dalam bisnis biasa berlaku kaidah pasar dan istilah ”Buyer Beware” atau “teliti sebelum membeli”. Teliti sebelum membeli menunjukkan bahwa ada faktor-faktor yang harus disepakati dulu. Dalam sistem bisnis internasional sudah ada mekanisme trust yakni mekanisme menggunakan kartu kredit. Kartu kredit ini dapat dipakai sebagai indikator trust. Dimana kalau orang bepergian kemana-mana di seluruh dunia, maka kartu kredit dapat digunakan untuk melakukan transaksi. Kartu kredit ini menunjukkan worthiness apakah seseorang itu layak untuk memperoleh hutang atau tidak. Jadi dalam kartu kredit tersebut sudah berlaku garansi dengan sebuah institusi yang sangat besar. Kartu kredit ini memberikan arti bahwa kalau seseorang memegang kartu kredit maka dengan sendirinya layak hutang. Dan data di kartu kredit tersebut sangat sederhana, ada Nama, kemudian ada Bank yang mengeluarkan kartu kredit tersebut, kemudian ada tanggal berlaku dan terakhir adalah kredit limit. Disini ada pola pikir yang terbentuk yaitu mengenai kepercayaan yang perlu dibangun dan disiapkan. Untuk keperluan tersebut perlu dilihat kesiapan SDM secara berkesinambungan melakukan agar kredit worthiness Indonesia terlindungi.

Pada kenyataannya kartu kredit Indonesia belum berlaku secara keseluruhan untuk melakukan transaksi e-Business, kalaupun berlaku masih terbatas. Dan ini menjadi masalah yang sangat riil didepan mata bahwa ini kembali pada penyiapan SDM yaitu orang-orang yang dapat melakukan pendekatan bisnis untuk mengembangkan trust ini. Orang-orang ini akan menjadi garantor atau assurance dan hal ini adalah yang paling pokok dibanding yang lain-lain. Ada perbedaan pokok bisnis tradisional dan bisnis elektronik. Bisnis elektronik tidak lagi mengenal batas-batas geografis atau batas-batas negara. Karena itu salah satu strategi dalam e-Business adalah menyiapkan orang-orang yang dapat membuat Indonesia menjadi salah satu respect countries. Dari sisi pelaku bisnis yang lain adalah penyiapan SDM yang siap menjalankan e-Business Supply Chain. Yang dimaksud dengan e-Business Supply Chain adalah seluruh mata rantai nilai, bagaimana produk atau jasa itu berpindah dari satu tempat ke tempat lain dan bagaimana ini dapat diikuti dari kerangka e-Business.

Kemudian SDM lain yang perlu dipersiapkan adalah komunitas-komunitas e-Business dalam pengertian sebagai konsumennya. Hal berkaitan sekali dengan kegiatan SDM yang dapat membantu menyiapkan perilaku. Pengertian menyiapkan perilaku adalah menyiapkan sosial ekosistem untuk e-Business secara intensif. Karena sebetulnya kalau bicara e-Business, apa yang dilakukan adalah membuat rekayasa sosial, dimana life style atau gaya hidup itu diubah, dengan memanfaatkan kantung-kantung atau hot spot yang cocok untuk persiapan life style ini. Life style e-Business ini akan mudah dilakukan untuk tempat-tempat yang memang bisnis intensif. Karena itu perlu kesiapan SDM untuk mengetahui konservasi gaya hidup dari business to business, business to consumer, dan consumer to consumer.

Pada prinsipnya penyiapan SDM dilakukan dengan dua kelompok aktivitas, yaitu bersifat reaktif dan proaktif. Reaktif artinya e-Business sudah terjadi kemudian masyarakatnya baru disiapkan. Proaktif artinya sambil e-Business disiapkan masyarakatnya juga disiapkan. Hal tersebut tentu berkaitan dengan masalah usaha dan biaya. Pendekatan reaktif memerlukan platform teknologi dan offering-nya dilakukan terlebih dahulu baru kemudian masyarakat didisain untuk itu.

Sumber gambar: Google
Daftar Pustaka
Laudon, Kenneth dan Carol Traver. 2002. E-Commerce: Business, Technology, Sosiety. Prentice Hall
Groff, Todd R. dan Jones, Thomas P. 2003. Introduction to Knowledge Management: KM in Business. Butterworth-Heinemann
Depkominfo. 2003. Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government (Inpres no. 3 Tahun 2003). Depkominfo
Drucker, Peter Ferdinand, dkk. 1998. Harvard Business Review on Knowledge Management. Harvard Business School Press
Weill, Peter dan Michael R. Vitale. 2001. The E-Business Revolution. Harvard Business School Press
Dessler, Gary. 1997. Human Resource Management. Prentice Hall Inc., USA.