Antara STEM dan SKKNI . . .

STEM-Logo

STEM adalah singkatan dari Science, Technology, Engineering, Math. Beberapa perusahaan atau organisasi yang berkepentingan dengan tenaga kerja berpendapat bahwa Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi STEM yang baik dipercaya cekatan dan dapat menyelesaikan masalah lebih trampil dibanding yang kadar STEM-nya rendah. Untuk itulah diperlukan upaya agar SDM Indonesia memiliki kompetensi STEM yang bisa bersaing untuk menghadapai MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) yang akan segera datang. Kesiapan Sumber Daya Manusia Indonesia sangat diperlukan untuk menghadapi MEA bila tidak ingin Negara Indonesia menjadi pasar bagi negara ASEAN lainnya.

STEM adalah salah satu indikator yang bisa digunakan untuk mendapatkan kesiapan Sumber Daya Manusia dalam menghadapi kebutuhan kompetensi tenaga kerja yang siap bersaing. Selanjutnya muncul pertanyaan “Bagaimana dngan SKKNI . . . ?”.

SKKNI adalah Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) adalah uraian kemampuan yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja minimal yang harus dimiliki seseorang untuk menduduki jabatan tertentu yang berlaku secara nasional. SKKNI akan digunakan sebagai acuan dalam pembinaan, persiapan SDM yang berkualitas, kompeten yang diakui oleh seluruh pemangku kepentingan (stake holder) dan berlaku secara nasional di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Acuan dari Standar Kompetensi Kerja yaitu Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 2006 tentang Sistem Pelatihan Kerja Nasional.

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia yang telah disusun dan telah mendapatkan pengakuan oleh para pemangku kepentingan akan dirasa bermanfaat apabila telah terimplementasi secara konsisten. Standar Kompetensi Kerja digunakan sebagai acuan untuk:

  • Menyusun uraian pekerjaan.
  • Menyusun dan Mengembangkan program pelatihan dan sumber daya manusia.
  • Menilai unjuk kerja seseorang.
  • Sertifikasi profesi di tempat kerja.
  • Dengan dikuasainya kompetensi sesuai dengan standar yang telah ditetapkan maka seseorang mampu:
  • Mengerjakan suatu tugas dan pekerjaan.
  • Mengorganisasikan agar pekerjaan dapat diselesaikan.
  • Menentukan langkah apa yang harus dilakukan pada saat terjadi sesuatu yang berbeda dengan rencana semula.
  • Menggunakan kemampuan yang dimilikinya untuk memecahkan masalah atau melaksanakan tugas dengan kondisi yang berbeda.

Dari hal diatas saya mencoba memetakan antara beberapa SKKNI terhadap STEM seperti terlihat dibawah ini :

Untuk SKKNI Operator Komputer dari mulai standar kompetensi umum TIK.OP01.001.01 dampai dengan kompetensi spesialisasi TIK.OP03.003.01 bagaimana komposisi STEM terhadap SKKNI.

Screen Shot 2015-06-12 at 7.31.57 PM

Screen Shot 2015-06-12 at 7.06.18 PM

Screen Shot 2015-06-12 at 7.06.33 PM

Screen Shot 2015-06-12 at 7.06.42 PM

Terlihat bahwa komposisi STEM berbeda-beda untuk tingkat SKKNI tertentu. Dalam hal ini Kampus sebagai sebuah lembaga yang menyiapkan Sumber Daya Manusia memiliki peran yang sangat penting dalam penyiapan SDM yang sesuai kebutuhan. Penyiapan Kurikulum dan Tata Kelola kampus yang baik sangat diperlukan untuk menghasilkan kualitas Sumber Daya Manusia Indonsia yang siap bersaing  pada saat menghadapi MEA tersebut.




Akuntansi di beberapa Negara

Sistem Akuntansi beberapa Negarasi




Jurusan SI dan Programming

Topik yang sering dibicarakan pd Fakultas TI Program Studi Sistem Informasi adalah antara SI dan Programming. Banyak mahasiswa yang berpendapat bahwa anak SI tidak perlu bisa membuat Program karena merasa bahwa lulusan SI nantinya akan bekerja mendisain Sistemnya programming itu menjadi core knowledge lulusan TI. Akibat dari persepsi ini sebagian besar mahasiswa SI mengalami mental blocking dengan masalah programming ini.

Diawal perkuliahan yang berbau programing pada umumnya mahasiswa mulai lesu dan kurang bersemangat, sedmikian sehingga kadang-kadang membawa pengaruh kepada dosen pengajar menjadi sulit dalam mengembangkan komunikasi pada saat proses belajar mengajar. Dibawah ini ada beberapa pengalaman dari para pengajar atau alumni SI yang berhubungan dengan masalah diatas.

Beberapa menyebut antara SI dan Programming itu seperti Love and Hate Relationship. Yang menjadi masalah adalah ketika materi programming menjadi bahan yang harus ditempuh oleh mahasiswa SI, bagaimana supaya mereka exited dalam menerima materi dan ikut terlibat secara emosional mengembangkan kreatifitasnya pada saat proses belajar mengajar.

Lets first thing first, dari beberapa pendapat mahasiswa yang mengikuti mata kuliah programming adalah tidak menarik, rumit, tidak variatif penyampaiannya, dll. Pengalaman penulis ketika belajar programming yang pertama diajarkan biasanya adalah “Hello World” dan hampir semua urutan pengajaran programming diawali dg “Hello World”. Sedemikian sehingga memberikan kesan awal bahwa programming itu tidak menarik.

Screen Shot 2015-06-04 at 7.43.20 AMScreen Shot 2015-06-04 at 7.45.59 AM Screen Shot 2015-06-04 at 7.52.33 AM Screen Shot 2015-06-04 at 7.54.32 AM Screen Shot 2015-06-04 at 7.58.13 AM

Karena hal tersebut saya mencoba pendekatan lain untuk mengajar matakuliah programming. Saya mengawali dengan memberikan gambaran betapa menariknya aplikasi-aplikasi yang ada dunia maya mulai dari aplikasi web sampai aplikasi mobile yang dapat didownload dengan bebas. Selanjutnya saya memperkenalkan tools-tools yang bisa membuat aplikasi secara instant sedemikian sehingga siswa dapat membuat aplikasi dengan cepat tanpa ribet dengan coding diawal. Setelah mereka mulai merasakan irama yang menarik dari programming barulah saya menjelaskan dan memberikan contoh bahwa aplikasi instant ini memiliki beberapa keterbatasan dan untuk mengatasinya perlu diperkuat dengan programming.

Dan hasilnya lumayan membantu karena mereka pada berlomba untuk menunjukkan aplikasi buatan mereka baik yang sudah ditambah dengan coding maupun yang masih polos-polos saja. Dari permasalahan inilah mahasiswa baru mulai mendapatkan motivasi untuk memperdalam programming, karena keinginan untuk mengatasi kekurangan aplikasi buatannya inilah yang menjadi pendorong untuk memahami programming.

Beberapa contoh aplikasi android yang dibuat mahasiswa bisa di downloads di :http://202.153.128.79/fileapk/




Regresi Linier Berganda (dengan Software SPSS)

Regresi merupakan salah satu metode yang dapat digunakan untuk mencari pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Metode regresi yang paling sering digunakan biasanya adalah regresi linier dengan pendekatan OLS. Pada kesempatan ini penulis mencoba membuat sebuah tutorial untuk pengolahan data regresi linier berganda dengan Software SPSS.

Regresi Linier Berganda yang akan disimulasikan pada bagian ini menggunakan pendekatan Ordinary Least Squares (OLS). Penjelasan akan dibagi menjadi 4 (empat) tahapan, yaitu:
1) Persiapan Data (Tabulasi Data)
2) Estimasi Model Regresi Linier (Berganda)
3) Pengujian Asumsi Klasik
4) Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit Model)
5) Intepretasi Model Regresi Linier (Berganda)
Persiapan data dimaksudkan untuk melakukan input data ke dalam software SPSS. Setelah data di-input kedalam software SPSS, maka langkah selanjutnya adalah melakukan estimasi (pendugaan) model (persamaan) regresi linier, baru dilanjutkan dengan pengujian asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik dilakukan setelah model regresi diestimasi, bukan sebelum model diestimasi. Tidak mungkin pengujian asumsi klasik dilakukan sebelum model regresi diestimasi, karena pengujian asumsi klasik yang meliputi normalitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi membutuhkan data residual model yang didapat setelah model terbentuk. Apabila model yang terbentuk tidak memenuhi asumsi klasik yang disyaratkan, maka dibutuhkan modifikasi/transformasi/ penyembuhan terhadap data ataupun model regresi. Pada bagian ini tidak dibahas langkah-langkah yang harus ditempuh apabila tidak dipenuhinya asumsi klasik dalam model regresi linier. Pada bagian ini data yang digunakan untuk mengestimasi model regresi linier dengan OLS telah memenuhi semua asumsi klasik. Tahap terakhir dari bagian ini akan dijelaskan bagaimana melihat layak tidaknya model dan menginterpretasikan model yang terbentuk.

Selengkapnya silahkan baca:

Regresi Linier Berganda (SPSS)




Metode Pembelajaran

Proses pembelajaran melalui kegiatan kurikuler perlu menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata kuliah untuk mencapai capaian pembelajaran yang ditetapkan pada matakuliah tersebut.

Metode pembelajaran untuk pelaksanaan pembelajaran mata kuliah antara lain:

  • diskusi kelompok,
  • simulasi,
  • studi kasus,
  • pembelajaran kolaboratif,
  • pembelajaran kooperatif,
  • pembelajaran berbasis proyek,
  • pembelajaran berbasis masalah,
  • dan lain-lain.

 

Selengkapnya, lihat hal. 4-58 s.d. 4-66:

Buku-Panduan Kurikulum Dikti-Pembelajaran-2014




PP dan Peraturan Menteri ttg Pensiun dan Hari tua

Peraturan Menkeu ini dibuat untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2009 tentang Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 atas Penghasilan Berupa Uang Pesangon, Uang Manfaat Pensiun, Tunjangan Hari Tua, dan Jaminan Hari Tua yang Dibayarkan Sekaligus.
PP Pensiun + Hari tua
peraturan-menteri-keuangan-tentang-pensiun + Hari Tua



Peraturan Baru tentang Jabatan Fungsional Dosen

Peraturan Bersama Mendikbud dan Kepala BKN no. 004/VIII/PB/2014 dan no. 24 Tahun 2014 tanggal 12 Agustus 2014 tentang Jabatan Fungsional Dosen dan Angka Kreditnya, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013 pb_tahun2014_VIII_nomor004
– See more at: http://www.kopertis12.or.id/2014/10/17/peraturan-bersama-mendikbud-dan-ka-bkn-tentang-jafung-dosen.html#sthash.fIbo9ReA.dpuf



Some Ways to Improve Your Pronunciation and Speaking Skill

As a learner of English as a Foreign Language, for me English was not easy, however as time flies, I learned how to be a better English learner and how to be an English teacher.

One of the most frequently asked questions by my students is how to practice their pronunciation and reading ability, not the comprehension yet. This question is always answered by me based on my experience, and there are actually some ways to practice your pronunciation and reading ability.

First, you can sing the English lyrics songs by taking the lyrics from the Internet and playing the music on. You will hear how the words in the songs are pronounced well by the singers. Of course you must choose the slow music or songs, because they are easier to follow compared to the ones with faster beats. You have to do repetition for this exercise; you can do it at anytime you want as long as you do not disturb people around you.

The second way is by reading loudly an article or a book. However this way is more difficult sometimes because when you meet difficult words that you do not know how to pronounce it, you must diligently open your dictionary and check how they are pronounced by seeing the phonetic symbols, or you can just simply open your electronic or online dictionary to check how the pronunciation is. You can hear the sounds directly without understanding the phonetic symbols.

The third way, well of course by having a partner to communicate or talk with. It can be anyone. It does not have a native speaker of English. As long as that person is more clever than we are, we can learn more from him or her. If you have that person in your family it would be a great advantage, or your school perhaps. Do not worry with what people talk about you when they see you talk in English with your friend, because they know nothing about the real purpose of doing the exercise. Some friends will laugh at you, or they even will mock you, calling you that you are arrogant or just want to look cool because you use English with your friend. It happened to me in the past.
Having a partner does not have to be the one we can see face to face in a real life, the partner can be somebody you meet on the net, since we have access to the chat rooms easily, we just need to pick a good one. Or perhaps you have a pen pal or maybe your local friend lives abroad and he/she does not mind using English with you when you both have an online conversation.

The last but no least is practicing by using movies, but I do not suggest this way much, because most of the times the temptation to watch the movie is bigger than the motivation to learn by using the movie. But if you want to try, you can do it. Here the steps to do it. Play the movie using the DVD player, set English subtitle, listen to the dialogues and repeat them while you are pausing it. Yes of course you will not be able to enjoy the movie because the purpose is to practice your reading ability and improve your pronunciation, right? 🙂

Okay, I think that’s all I can share you now. If you have any comments or suggestions, please feel free to leave your message.

Pramuka, Jakarta Pusat 2015
Adelina




Guru besar tidak tetap dan doktor kehormatan

Belakangan gelar guru besar (GB) tidak tetap diberikan kepada beberapa tokoh seperti SBY dari Universitas Pertahanan Nasional sebelum beliau mengakhiri tugasnya sebagai presiden, Otto Hasibuan dari Universitas Jayabaya, serta Chairul Tanjung dari Universitas Airlanga.

Landasan peraturannya adalah Surat Dirjen Dikti no. 454/E/KP/2013 tanggal 27 Februari 2013, Pasal 72 ayat 5 UU Nomor 12 Tahun 2012 bahwa Menteri dapat mengangkat seseorang dengan kompetensi luar biasa pada jenjang jabatan akademik Profesor atas usul Perguruan Tinggi, dan  Permendikbud Nomor 40 Tahun 2012 bahwa Menteri dapat menetapkan seseorang yang memiliki keahlian dengan prestasi luar biasa untuk diangkat sebagai Profesor/Guru Besar Tidak Tetap pada perguruan tinggi berdasarkan pertimbangan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi.

1. Seseorang yang dicalonkan sebagai Guru Besar Tidak Tetap bukan berasal dari akademisi.
2. Calon Guru Besar Tidak Tetap memiliki karya yang bersifat “tacit knowledge” yang memiliki potensi dikembangkan menjadi “explicit knowledge” di perguruan tinggi dan bermanfaat untuk kesejahteraan umat manusia.
3. Calon Guru Besar Tidak Tetap diajukan oleh perguruan tinggi setelah melalui Rapat Senat Perguruan Tinggi kepada Menteri dengan dilampiri karya-karya yang bersangkutan.
4. Romo Mangunwijaya (lingkungan/pemukiman), dan Abdulrahman Wahid (pluralisme) merupakan contoh sosok yang layak sebagai Guru Besar Tidak Tetap.

GB tidak tetap tersebut berstatus dosen tidak tetap, tidak dituntut untuk kerja penuh waktu, tidak ada beban kerja dosen, tidak ada tunjangan dan tidak ada batas pensiunnya. Dengan demikian menjadi kewajiban bagi perguruan tinggi pengusul untuk memanfaatkan GB tidak tetap itu sehingga dapat mengembangkan “tacit knowledge” menjadi “explicit knowledge”.

Guru besar tidak tetap seperti Gus Dur yg dikatakan Dirjen Dikti layak itu, belum punya ijazah sarjana.

Guru Besar tidak tetap

Disamping itu juga diberitakan bahwa Chairul Tanjung menerima gelar doktor honoris causa dari Universitas Airlangga. Bedanya dengan guru besar tidak tetap, salah satu syarat DR HC adalah memiliki gelar akademik paling rendah sarjana (S1) atau setara dengan level 6 dalam KKNI (Permendikbud 21/2013). Yang memberikan gelar juga program doktor yang menyelenggarakan bidang ilmu pengetahuan yang sama dengan bidang ilmu pengetahuan yang menjadi ruang lingkup jasa/karya ybs.

Landasan peraturannya: permen_tahun2013_nomor21 Doktor Kehormatan

Tanggal 18 Oktober 2016 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 21 Tahun 2013 tentang Gelar Doktor Kehormatan telah  dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Dalam peraturan ini dikatakan bahwa “Gelar doktor kehormatan (Doctor Honoris Causa) merupakan gelar kehormatan yang diberikan oleh perguruan tinggi yang memiliki program Doktor dengan peringkat terakreditasi A atau unggul kepada perseorangan yang layak memperoleh penghargaan berkenaan dengan jasa-jasa yang luar biasa dalam Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan/atau berjasa dalam bidang kemanusiaan.”

Peraturan yang baru: permenristekdikti-65-2016-gelar-doktor-kehormatan




Writing for popular media or scholar publication?

Something to think about.

Cheers.

Citations are not enough: Academic promotion panels must take into account a scholar’s presence in popular media.