PEMIMPIN KREDIBEL MEMILIKI HIGH PERSONAL EFFICACY oleh Don Sadana

Ajang Anugerah Perbankan 2016 yang diselenggarakan September ini memberi  marwah pentingnya  pengelolaan sumber daya manusia (SDM). Jawaban peserta interview top management yang disertai data konkret sangat membantu melihat perubahan yang dilakukan sepanjang tahun. Beberapa perubahan tersebut megacu pada masukan jury pada penilaian tahun sebelumnya. Tercatat perubahan nyata pada bank BUMN, seperti Bank BTN. Di sisi lain, bank-bank peserta “pendatang baru” juga tak kalah hebat kiprahnya dalam situasi yang kurang menguntungkan.

Ajang penganugerahan  ini dapat menjadi ukuran bagi mereka atas kerja yang dilakukan sekaligus tantangan perubahan lingkungan untuk dikelola. Tentu saja saja kesuksesan ditentukan juga oleh faktor lain, misalnya direktur utama sebagai pemimpin serta sistem yang dibangun bersama segenap stakeholdernya. Prinsip dsar perubahan sistemik yang baik diikuti juga oleh  sistem yang dikehendaki dan dapat dilaksanakan. Artinya keberhasilan pemimpin mengenali kesiapan stakeholder sebagai pelaksana sistem menentukan keberhasilan membangun system kerja  berkinerja unggul.

Rupanya kinerja perubahan tidak memandang kepemilikan oleh swasta atau pemda. Bank-bank yang berasal dari sektor swasta  menyikapi dinamika lingkungan dengan cantik  dan tetap memperhatikan prinsip efisiensi dan efektifitas. Patut diapresiasi pengembangan SDM pada Bank BCA yang luar biasa. Secara ekonomis mereka unggul dalam persaingan yang ketat, baik dengan sesama bank swasta maupun dengan bank umum, sekaligus memandang aspek manusia secara strategis sebagai lokomotif perubahan.

Kesamaan dari  para pengelola  bank-bank unggul dapat ditarik benang merahnya, yaitu cara pandang sistemik aspek manusia. Sistem aktifita manusia (human activity systems) tidak lagi mempertentangkan kepemilikan atau asal-usul bank, tetapi meletakkan customer sebagai pusat penambahan nilai.  Saat ini nasabah sungguh penuh tuntutan dan cerdas. Bank yang mampu melayani dan memenuhi kebutuhan nasabah yang akan mendapat kepercayaan mereka. Ya, kuncinya kepercayaan bukan sekedar trust namun credible.

Catatan saya atas bank-bank milik pemerintah daerah (BPD) menunjukkan bahwa dalam operasional sehari-hari tidak merasa tersaingi oleh bank swasta dan bank perkreditas rakyat. Mereka malah berkolaborasi untuk memudahkan nasabah, misalnya dalam hal kliring. Tentu hal ini terjadi karena faktor kepercayaan (credible) baik antar bank umum dan BPR maupun antarindividu sudah teruji oleh waktu.

Secara teoritis saat ini berkembang pandangan dalam perencanaan strategik dan pengembnagn SDM tentang peran pemimpin, khususnya pemimpin SDM sebagai aktifis kredibel (credible activist). Pandangan Ulrich (2012) ini pada pemikiran penulis melampaui prinsip efisiensi maupun efektifitas karena memiliki jangkar yang kuat di dalam dasar jiwa pemimpin dan kepemimpinan organisasi yang dibawakannya.

Kredibel berasal dari kata kredo (credo) kepercayaan atau syahadat. Kepercayaan yang dibangun dari pengalaman  tidak pandang usia, namun kemampuan merefleksikan pengalaman menjadi pengetahuan dan kebijakan dalam aspek manusia. Dikaitkan dengan transformasi organisasi, kredibel dekat dengan konsep efikasi. Manusia memang perlu diuwongke atau dianggap memberikan nilai dalam setiap kehadirannya (efficacy). Mengingat pengelolaan manusia dapat dikatakan paling rumit dibandingkan masalah dana, operasi organiasi, pemasaran, maupun teknologi. Maka baiklah bila organisasi perlu memperhatikan konsep efikasi yang berasal dari pengetahuan psikologi.

Bandura (1997) menjelaskan bahwa efikasi diri  pada dasarnya adalah hasil proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau penghargaan.  Individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan tugas atau tindakan tertentu yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Efikasi diri tidak berkaitan dengan kecakapan yang dimiliki, tapi berkaitan dengan keyakinan individu tentang kecakapan yang ia miliki. Seorang pemimpin dengan efikasi diri menekankan keyakinan diri dalm menghadapi situasi yang akan datang. Situasi yang kabur, tidak dapat diramalkan, dan sering penuh dengan tekanan menjadi permasalahan yang apat diuraikan.

Meskipun efikasi diri memiliki suatu pengaruh sebab-musabab yang besar pada tindakan kita, efikasi diri terkait erat dengan lingkungan, perilaku sebelumnya, dan variabel-variabel personal lainnya. Hal tersebut juga terkait erat dengan harapan terhadap hasil untuk menghasilkan perubahan perilaku. Efikasi diri akan mempengaruhi beberapa aspek dari kognisi dan perilaku seseorang.

Self-efficacy umumnya terkait dengan harga diri, baik dari aspek penilaian yang berkaitan dengan keberhasilan atau kegagalan kepemimpinan. Namun demikian, terdapat perbedaan pada self-efficacy tidak terdapat pada komponen harga diri. Harga diri adalah sifat manusia sebagai makhluk hidup; sedangkan self-efficacy selalu dikaitkan dengan situasi tertentu dan biasanya didahului dengan tuntutan tindakan segera. Ini kemampuan untuk selaras dengan sistem yang alami (nature) bukan rekayasa  (nourture).

Seseorang pemimpin dengan efikasi diri tinggi percaya bahwa mereka mampu melakukan sesuatu untuk mengubah kejadian-kejadian di sekitarnya. Sedangkan pemimpin dengan efikasi diri rendah menganggap dirinya tidak mampu mengerjakan segala sesuatu yang ada disekitarnya. Dalam situasi yang sulit, orang dengan efikasi yang rendah cenderung mudah menyerah. Mereka mempunyai rencana (preactive) namun kesulitan membuatnya menyerah. Bahkan kebanyakan orang hanya mengalir seperti air (inactive) atau malah reaktif (reactive). Sementara dengan orang dengan efikasi diri yang tinggi akan berusaha lebih keras (proactive) untuk mengatasi tantangan yang ada. Efikasi memainkan satu peran penting dalam memotivasi diri dan pekerja untuk menyelesaikan pekerjaan yang menantang dengan tujuan yang ambisius. Sudah siapkah Anda menjadi proactive dan sekaligus kredibel? Mari kenali diri agar menjadi pemimpin dengan efikasi tinggi! (Sadana, dosen Perbanas Institute).

 

product_signals




Khusnuzon kepada Allah SWT

Akhir-akhir ini saya sedang gemar membaca buku Notes from Qatar yang ditulis oleh Muhammad Assad seorang Enterpreneur muda yang lulusan S2 Qatar dengan bidang ilmu Islamic Finance. Tulisan-tulisan yang dituangkan dalam bukunya berisi tentang perjalanan beliau mendapat beasiswa dan selama belajar di Qatar. Berbagai kejadian yang dialaminya dalam mendapatkan beasiswa baik S1nya di Malaysia maupun S2nya di Qatar serta berbagai pengalaman selama menempuh pendidikannya di negeri orang selalu disikapi dan dituangkan dalam sudut pandang yang positif. Yang lebih mengagumkan, apapun kejadian dalam hidupnya selalu disyukuri dan dikaitkan dengan falsafah hidupnya yang bersandarkan pada Al-Qurán dan hadist.

Salah satu yang dipesankan dalam tulisannya adalah tentang sikaf positive thinking atau khusnudzon kepada Allah SWT. Hal tersebut mengingatkanku pada suatu kejadian di bulan syawal atau pasca iedul fitri 2015. Pada suatu hari di masa liburan iedul fitri tersebut ada Whats App (WA) dari seorang teman dosen dari Universitas Airlangga (Unair) bernama ibu Nisfu Laila yang kebetulan saat itu sebagai Kaprodi Ekonomi Syariah di Universitas Airlangga. Isi WA beliau adalah mengajak saya untuk mengikuti acara call for Paper yang diadakan Unair di Lombok, NTB. Saya awalnya keberatan mengikuti ajakan beliau karena disamping harus mempersiapkan paper dalam waktu singkat juga karena terkendala oleh biaya. Kampus saya bekerja sudah tidak memberikan fasilitas bagi dosen yang ingin menjadi peserta atau presenter/pemateri acara call for paper, yang berarti segala biaya yang ditimbulkan dari acara tersebut menjadi tanggung jawab pribadi saya sebagai dosen.

Namun, karena teman saya tersebut agak memaksa saya agar ikut acaranya, maka saya mulai berfikir untuk mengikuti acara tersebut. Saya mulai meringkas skripsi mahasiswi saya yang temanya agak menarik dan mengkomunikasikan kepada mahasiswi tersebut jika skripsinya akan saya jadikan paper dan sepakat untuk memperbaharui data yang dipakai dengan menambahkan periode penelitian. Alhasil dalam tempo sekitar tiga hari paper yang dibutuhkan siap dikirim melalui email panitia call for paper, tentunya dengan terlebih dahulu membayar biaya untuk menjadi peserta call for paper dan seminar. Selanjutnya saya memesan tiket pesawat PP Jakarta-Lombok-Jakarta dan  saya komunikasikan pada teman dari Unair bahwa saya sudah membayar biaya pendaftaran seminar dan call for paper dan sudah memesan tiket Jakarta-Lombok-Jakarta. Tentunya semua biaya itu saya keluarkan dengan memakai uang pribadi, saya fikir tidak apalah toh hasil positif mengikuti acara tersebut juga saya yang akan menikmati, dan yang terpenting saya dapat bersilaturahim dengan teman-teman di lingkungan ekonomi syariah dan terutama bisa berjumpa dengan kawan baik saya yang mengajak saya mengikuti acara tersebut. Namun demikian, saya tetap agak berat harus mengeluarkan biaya untuk penginapan sekitar tiga malam disana plus biaya makan setelah acara usai, mengingat dana yang saya miliki terbatas karena baru usai Iedul Fitri. Tapi entah mengapa saya punya keyakinan bahwa Allah SWT akan menolong saya, bagaimanapun caranya.

Saya kemudian mengontak ibu Nisfu Laila atau lebih tepatnya sahabat saya yang menjadi organizing committee dan mengajak saya untuk hadir di acara tersebut. Kami pun mengobrol berbagai hal sampai kemudian saya mengutarakan jika saya belum mencari penginapan untuk acara disana. Jawaban yang diberikan teman saya sungguh membuat saya terkejut tetapi sekaligus membuat hati saya plong. Beliau menganjurkan agar saya tidak usah mencari penginapan dan menawarkan untuk menginap di kamarnya. Awalnya saya menolak secara halus namun pada akhirnya saya setuju setelah beliau menyampaikan jika beliau memang sendirian di kamarnya (tidak ada panitia lain yang sekamar dengannya). Satu masalah selesai, dan saya bersyukur item biaya yang harus saya keluarkan sudah berkurang satu. Sungguh Allah Maha Kaya dan Maha Pemurah.

Singkat kata satu malam sebelum acara dimulai saya sudah sampai di hotel tempat nanti acara berlangsung. Saya pun akhirnya banyak bertemu dengan teman-teman Unair yang saya kenal, otomatis kami langsung saling menyampaikan selamat hari raya Iedul Fitri dan saling maaf memaafkan, karena memang masih terasa suasana Iedul Fitri. Keesokan harinya kami mengikuti acara pembukaan dan seminar seharian. Saat acara seminar berlangsung saya bertemu dengan kawan lama dari STEI Tazkia bernama ibu Murniati Muchlisin yang baru lulus Ph.D dari University of GlasGow – Inggris dan sedang menemani promotor disertasinya bernama Dr. Muhammad Hudaib yang menjadi salah satu narasumber di acara tersebut. Beliau sangat antusias saat melihat saya karena beliau tahu saya paling gemar mengabadikan moment apapun dalam suatu acara dengan camera Hand Phone. Saya masih ingat saya pernah mengabadikan beliau saat presentasi di acara Forum Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah (FREKS) yang diadakan Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) dan diselenggarakan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saat itu beliau menjadi pemenang pertama dalam acara tersebut dengan total hadiah sebesar Rp.15.000.000,00. Hasil dokumentasi HP tersebut saya kirim ke beliau via WA, dan tentunya beliau senang karena memiliki dokumentasi moment bersejarah dalam hidup beliau sebagai pemenang lomba pada acara FREKS tersebut.

Kembali ke acara call for paper, singkat kata di hari kedua kami yang mengirim paper harus presentasi yang dikelompokkan sesuai dengan bidang ilmu atau tema yang kami bahas, dan pelaksanaannya dilakukan di gedung pascasarjana Universitas Mataram (Unram). Kami menuju ke lokasi dari hotel kami menginap dengan bis yang telah disediakan oleh panitia, begitupun saat acara selesai kami kembali dengan bis tersebut. Saat akan kembali ke hotel dari Unram ternyata saya bertemu dengan ibu Murniati yang dari STEI Tazkia dan tempat duduk kami bersebelahan. Kami ngobrol berbagai hal dan diakhir pembicaraan beliau bertanya pada saya, apakah saya memiliki rencana khusus untuk malam itu? Saya jawab saya akan mencari makan saja diluar hotel karena fasilitas makan malam memang tidak disediakan oleh panitia. Tidak diduga karena jawaban saya tersebut ibu Murniati mengajak saya menemani dia makan malam di rumah salah satu mantan komisaris Bank BPD NTB yang merupakan relasi beliau dan memiliki hubungan yang sangat baik dengan STEI Tazkia. Saya pun tidak menolak ajakan beliau dan janjian bertemu di lobby hotel setelah melakukan ibadah sholat magrib. Singkat kata kami pun pergi ke rumah relasi beliau (sebut saja Bapak Zulham) dan disambut dengan sangat baik oleh keluarganya dengan hidangan makan malam khas Lombok. Kembali saya bersyukur dalam hati Allah Maha Pemurah.

Berdasarkan obrolan kami selama di rumah bapak Zulham akhirnya saya mengetahui jika STEI Tazkia memiliki program beasiswa dengan mengumpulkan siswa/siswi SMU terbaik di daerah Bapak Zulham tinggal dan bekerjasama dengan BPD Mataram dalam hal pendanaan beasiswanya dengan syarat setelah lulus kuliah para siswa/siswi penerima beasiswa tersebut harus siap bekerja di Bank BPD NTB. Disamping itu STEI Tazkia pun memiliki suatu program pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang disebut Baitul maal wat tamqin yang ruang lingkup usahanya memberikan pembiayaan kepada usaha-usaha home industry yang kebanyakan dikelola oleh para wanita dan proses pemberian pembiayaan tersebut dilakukan secara tanggung renteng oleh seluruh anggota. Kami pun merencanakan dengan salah satu alumni Tazkia yang pernah menerima program beasiswa akan berkunjung ke sentra kerajinan tanah liat pada suatu daerah di Lombok yang merupakan binaan dari Baitul maal wat tamqin  Tazkia. Rencana tersebut akan dilakukan keesokan harinya dan di hari terakhir saya berada di Lombok.

Keesokan harinya saya sempat makan pagi di hotel dengan ibu Nisfu Laila Unair dan berfoto bersama untuk kenang-kenangan. Saat makan pagi tersebut saya menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada beliau karena sudah mempermudah saya dengan memberikan kesempatan menginap berdua di kamarnya.  Saya katakan saya belum tentu dapat membalas kebaikan beliau dan hanya Allah SWT adalah sebaik baik pemberi balasan.

Jawaban beliau sangat mengejutkan saya dan membuat saya terharu mendengarnya. Ibu santai saja, saya berbuat baik pada ibu bukan untuk ibu koq, tapi untuk diri saya sendiri, karena hakekatnya saat saya berbuat baik pada siapapun sebetulnya sedang berbuat baik untuk diri saya sendiri. Selain itu jika kita ingin mendapat kemudahan untuk diri kita, maka permudahlah urusan orang lain. Masyaa Allah sambal berkaca-kaca saya memeluk beliau dari samping karena saat kita makan tersebut duduknya bersebelahan. Sungguh saya kehilangan kata-kata saat itu dan kalimat itu sampai saat ini tersimpan dalam lubuk hati yang paling dalam. Kembali lagi saya bersyukur dan berucap dalam hati Allah Maha Baik dan Maha Mencukupkan kebutuhan hambanya.

Tidak lama HP saya berdering dan ternyata dari ibu Murniati Tazkia yang mengabarkan jika beliau sudah menunggu di lobby hotel dan siap berangkat ke sentra kerajinan tanah liat di daerah Lombok Barat (jika tidak salah). Saya pun pamit kepada ibu Nisfu Laila dan sekali lagi mengucapkan terima kasih atas kebaikan beliau. Setelah berpelukan dan cipika cipiki saya pun meninggalkan beliau tentu dengan harapan akan bertemu kembali di lain waktu dan kesempatan.

Saat berjalan sambil menggerek koper menuju lobby saya bergumam dalam hati saya sendiri, sungguh luas rezeki Allah di dunia ini, dan tidak harus dalam bentuk materi atau uang yang kita terima, tetapi bisa dalam bentuk apapun. Dalam hal ini, rezeki yang saya terima adalah kemudahan berupa fasilitas penginapan gratis yang diberikan Allah SWT melalui teman saya ibu Nifu Laila yang saat itu bertindak sebagai ketua panitia di acara tersebut. Sungguh syukur yang tidak terhingga saya panjatkan dalam hati kepadaMu ya Rabb. Semoga saja rasa syukur yang saya panjatkan akan menambah keimanan saya, menambah keyakinan bahwa apa yang Kau gariskan dalam hidup saya juga merupakan takdir yang harus saya jalani dan selalu berbaik sangka (khusnudzon) kepadaMu. Sebab sesuai dengan firman-Mu dalam hadist Qudsi sebagai berikut “Aku adalah apa yang hamba-Ku sangkakan kepada-Ku. Jika dia berfikir baik tentang-Ku maka itu yang dia dapat, dan jika dia berfikir buruk tentang-Ku maka itu yang dia dapat.” (Muttafaq ‘alaih). Seperti cerita yang saya alami, saya berkeyakinan Allah SWT akan menolong saya terkait dana yang terbatas sedangkan saya harus memiliki dana lebih untuk membayar penginapan dan makan setelah acara usai. Ternyata terbukti Allah memang manolong saya dengan caraNya.

Semoga semua kejadian yang saya alami akan menambah keinginan dalam diri saya untuk lebih mendekatkan diri kepadaMu. Hal ini sesuai dengan hadist Qudsi lainnya yang berbunyi “Barang siapa mendekat pada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta. Barangsiapa mendekat pada-Ku sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Jika hamba-Ku itu mendatangani Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan berlari.” (Muttafaq’alaih). Melalui tulisan ini saya berharap akan tetap mengingatkan diri saya bahwa janji Allah SWT itu pasti dan kita akan merasakannya melalui kejadian-kejadian sehari hari jika sungguh-sungguh meyakininya dan berusaha selalu berhusnudzon dan lebih mendekatkan diri padaNya. Insyaa Allah.

Jakarta, 12 Oktober 2016




“The Miracle of Life”

Pagi ini udara mendung kota Jakarta, tak terasa “mellow” seperti biasanya, karena pembicaraan yang mengalir dengan pak taksi.  Si bapak bercerita bahwa ke tiga orang anaknya, sekarang sudah mandiri, hidup terpisah dari dirinya dan istri, sejak mereka menikah.  Perjuangan keras menghidupi ketiga anak mengisi suasana perjalanan sepanjang jalan dari Pancoran menuju ke Kuningan, sehingga tak terasa pengab seperti biasanya.  Bagaimana si bapak yang berpendidikan Sekolah Dasar (SD) berpindah pekerjaan, dari kenek, kemudian menjadi sopir truk antar kota, kembali menjadi sopir taksi, yang kemudian ditekuni selama puluhan tahun.  Tekad bulat menjadi penyemangat harian untuk menghidupi istri dan ke tiga anaknya, putera, puteri, dan putera.

Si bapak yang berpendidikan Sekolah Dasar bertekad dengan keras, bahwa anak-anaknya harus mempunyai kehidupan yang lebih baik dari dirinya.  Usaha keras, tekad baja, dan doa bapak dan ibu tidak sia-sia.  Ketiga putera & puteri mampu menyelesaikan kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, sehingga menjadikan mereka menjadi pribadi yang mandiri.

Sekali lagi bukti, bahwa doa yang tulus menjadi bagian dari sebuah keajaiban kehidupan, “the Miracle of Life“.

Terima Kasih, pak taksi.

 

 

 




10 RULES FOR A BLESSED DAY

Sebenarnya tulisan ini sudah lama tersimpan di komputer. Sayang kalau hanya sekedar disimpan, jadi lebih baik dibagi saja, supaya lebih banyak orang yang bahagia. Have a great day 😀

1. TODAY I WILL NOT STRIKE BACK . . .
If someone is rude, if someone is impatient, if someone is unkind, I will not respond in a like manner.

2. TODAY I WILL ASK GOD TO BLESS MY ‘ENEMY’
If I come across someone who treats me harshly or unfairly, I will quietly ask God to bless that individual. I understand “enemy” could be a family member, neighbor, co-worker or stranger.

3. TODAY I WILL BE CAREFUL ABOUT WHAT I SAY . . .
I will carefully choose and guard my words being certain that I do not spread gossip.

4. TODAY I WILL GO THE EXTRA MILE . . .
I will find ways to help share the burden of another person.

5. TODAY I WILL FORGIVE . . .
I will forgive any hurts or injuries that come my way.

6. TODAY I WILL DO SOMETHING KIND FOR SOMEONE, (BUT I WILL DO IT IN SECRET . . .)
I will reach out anonymously and bless the life of another.

7. TODAY I WILL TREAT OTHERS THE WAY I WISH TO BE TREATED . . .
I will practice the golden rule. “Do Unto others as I would have them do unto me”- with EVERYONE I encounter.

8. TODAY I WILL RAISE THE SPIRITS OF SOMEONE WHO IS DISCOURAGED . . .
My smile, my words, my _expression of support, can make the difference to someone who is wrestling with life.

9. TODAY I WILL NURTURE MY BODY . . .
I will eat less . . . I will eat only healthy foods. I will thank God for my body.

10. TODAY I WILL GROW SPIRITUALLY . . .
I will spend a little more time in prayer today. I will begin reading something spiritual or inspirational; I will find a quiet place (at some point during this day) and listen to God’s voice.

Remember, today is a gift from God so treat it preciously
— Author Unknown




Surat kepada Einstein

benarkah-einstein

Ada surat seperti ini, lalu dikatakan bahwa karya Einstein saja pernah dianggap tak layak.
Betulkah?
Jawabnya ada disini: 1, 2.

 

 




Nara Masista Rakhmatia ????

Nara Masista Rakhmatia siapakah dia ?

nara-rakhmatia




Penerapan Ilmu Perencanaan

Ada baiknya apa yang kita pelajari di bangku kuliah, kita terapkan pada kehidupan sehari-hari. hal ini akan menjadikan ilmu yang kita dapatkan tersebut menjadi lebih berguna.

ada banyak ilmu yang sebenarnya tanpa mahasiswa sadari dapat diterapkan dalam kehidupannya, contohnya seperti dalam pelajaran mengenai perencanaan dalam akuntansi biaya yang menggolongkan rencana menjadi 3 yaitu rencana stratejik, rencana jangka panjang, rencana jangka pendek.

meskipun tidak sama persis tapi kita bisa meniru filosofi dari pembagian rencana dalam tehnik perencaan tersebut, seperti:

  1. Rencana Stratejik cenderung digambarkan sebagai suatu yang berbentuk abstrak (tidak jelas) yang membutuhkan penalaran mengenai ancaman internal dan eksternal dalam merumuskannya. hal ini dapat kita pakai sebagai pembentukan cita-cita dalam kehidupan kita, dimana cita-cita tersebut terkadang abstrak dan cenderung berubah-ubah menyesuaikan dari keadaan internal (kemampuan diri) dan keadaan eksternal (tantangan dari luar dalam mencapai cita-cita atau tujuan).
  2. Rencana Jangka Panjang digambarkan sebagai suatu pencapaian jangka panjang umumnya 3 sampai 5 tahun kedepan dimana rencana ini harus lebih bisa terukur dibandingkan rencana stratejik dan memiliki target yang jelas.
  3. Rencana Jangka Pendek digambarkan sebagai suatu rencana yang terperinci mengenai apa yang harus kita lakukan dalam waktu jangka pendek (umumnya 1 tahun ke depan).

jika kita ibaratkan rencana tersebut dalam kehidupan mahasiswa misalnya, mungkin dapat kita gambarkan ketiga rencana tersebut seperti dibawah ini:

 

  1. Rencana stratejik digambarkan seperti cita-cita mahasiswa setelah lulus dimana jauh kedepan dan masih abstrak dan cenderung berubah-ubah menyesuaikan kondisi/kemampuan diri mahasiswa dan lingkungan pekerjaan yang diinginkan. seperti keinginan menjadi manager di Bank.
  2. Rencana Jangka Panjang digambarkan sebagai target pada saat lulus kuliah. misalnya setelah menentukan keinginan menjadi manajer bank maka yang harus dilakukan mahasiswa adalah menentukan target bagai mana caranya untuk masuk kerja di bank. umumnya untuk diterima bekerja ada syarat administratif yang harus dipenuhi misalnya persyaratan IPK minimal, Bahasa Inggris dan TPA (Tes Kemampuan Akademik). maka dari sini dapat kita tetapkan rencana jangka panjang adalah untuk memenuhi persyaratan tersebut (IPK 3,25, scor TOEFL 450, TPA 500).
  3. Rencana Jangka Pendek digambarkan sebagai rencana terinci atau apa yang harus mahasiswa lakukan sekarang. jadi misalnya kalau untuk dapat scor TOEFL 450 mungkin yang dapat mahasiswa lakukan sekarang adalah membei buku TOEFL atau ikut kursus TOEL dan diiringi dengan evaluasi berkala mengenai hasil pencapaian rencana tersebut seperti keikutsertaan dalam tes TOEFL.

Masih banyak lagi pelajaran yang dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. banyak-banyak menggali dan terus berusaha. ingat sebagaimana apa yang dikatakan teori probabilitas, semakin sering kita berusaha maka semakin besar kemungkinan kita untuk mendapat apa yang kita inginkan. begitu juga sebaliknya.

terimakasih telah membaca artikel ini, semoga artikel ini dapat berguna dan memberikan inspirasi.




Apakah Anda “Kurang Piknik”? Mari kita lihat

Kita sering kali mendengar istilah “Kurang Piknik” ini. Nah menurut saya, istilah ini bisa mempunyai 2 arti. Apa itu, yuuuk kita simak.

1. Kurang Piknik, dalam arti yang sebenarnya, alias jarang banget ato malah gak pernah piknik/jalan-jalan. Dari suatu artikel yang pernah saya baca orang yang sering jalan-jalan itu biasanya lebih bahagia. Rada subyektif sih ya, tapi bisa jadi karena ada jeda antara kesibukan yang kadang menuntut waktu lebih dari 24 jam. Ada waktu buat tarik nafas lebih panjang, lurusin kaki, sekaligus tebar mata untuk menikmati betapa Allah telah menciptakan berbagai keindahan di muka bumi ini. Siapa sih yang gak bahagia?
Tapi piknik gak selalu diartikan jalan ato travelling jauh, mahal, dan perlu persiapan yang super ribet. Buat saya pribadi piknik suah jadi kebutuhan primer, klo lama gak piknik bawaannya bisa makan orang wkwkkkw… Cuma apakah piknik menurut saya itu harus selalu jauh? Enggak juga, mudik buat saya adalah piknik, jjs ke Tanah Abang, Thamcit, ato bahkan mengunjungi pameran di JCC, walau pulang gak nenteng apapun buat saya itu piknik. Plesir ke Kota Tua, masuk musium, ketemu komunitas kain, dan hunting kuliner, lain sebagainya, itu pun masuk kategori piknik. Pokoknya sesuatu yang menyenangkan, keluar dari rutinitas pekerjaan harian. Ketemu teman, foto-foto, plus suguhan udang gorengnya bu Parjo pun berasa nikmat pikniknya. Otot sudah kendor, nafas sudah lega, dan setiap Senin siap buat ngamen lagi :D.

2. Kurang Piknik yang lain artinya kurang wawasan, kurang baca, kurang mau cari tahu info yang sesungguhnya, atau bahkan kurang gaul. Biasanya orang kurang piknik dalam artian ini punya kecepatan jempol di atas rata-rata kecepatan otaknya. Share dulu, urusan bener apa enggak itu urusan belakangan, kadang malah lupa udah share apa aja (saking banyaknya yang di-share dan gak tau isinya). Kecanggihan gadget yang ditenteng kemana-mana pun tidak meningkatkan keinginannya untuk sedikit capek mencari tahu kebenaran berita sebelum diteruskan. Orang kurang piknik semacam ini biasanya sumbunya pendek, gampang meledak untuk hal-hal yang kadang gak penting cuma gegara judul suatu tulisan (baca: judul doang gak mau baca isinya). Sebenarnya dibanding dengan orang yang kurang piknik dalam artian sebenarnya, kurang piknik yang ini lebih bahaya. Kenapa? Sering kali setiap share berita yang akhirnya terbukti gak bener atau Hoax, si orang kurang piknik seperti ini jarang banget mau menarik atau merevisi apa yang sudah terlanjur diworo-woro itu, apalagi boro-boro minta maaf. Nah, loo….

Nah, sekarang sudah Kamis, besok Jumat, besoknya lagi weekend dong (klo saya mah blum, masih ada ngamen sampe sabtu buat nambah-nambah biaya piknik hahhaha….). Silakan buat rencana buat piknik. Inget ya, gak perlu jauh-jauh juga, coba deh siapa tau ternyata 200 meter dari rumah kita ada taman bagus buat cuci mata, yang selama ini gak kliatan karena saking sibuknya kita.

Selamat menjelang weekend, jangan lupa bahagia ya 😀




Terjebak dalam “Kotak Sampah”

Tulisan ini terinspirasi dari pengalaman yang pernah saya alami saat menggunakan salah satu media sosial yang saya pakai. Analoginya begini, ada seseorang yang membuang sampah di halaman rumah saya. Saya pun keberatan, dan meminta yang bersangkutkan untuk mengambil kembali sampahnya, sambil mengingatkan bahwa buang sampah di halaman orang lain itu tidak benar etikanya. Alih-alih mengambil sampahnya, orang tersebut malah menuduh saya tidak suka dengan isi sampah tersebut. Sekali lagi saya sampaikan, bahwa saya tidak peduli dengan isi bungkusan sampah tersebut, tapi tindakannya membuang sampah di rumah orang lain itu bukan tindakan yang baik. Orang tersebut menjadi kalap, dan menimbuni rumah saya dengan sampah-sampah yang lain. Dan ternyata dia adalah orang yang memang suka membawa-bawa sampah kemana-mana.

Pada titik ini saya ingat satu hal yang pernah dipelajari pada mata kuliah Jaringan Komputer, yaitu Protokol. Protokol adalah seperangkat aturan yang disepakati oleh semua pengguna jaringan, sehingga apapun jenis perangkat seluler yang digunakan semua masih tetap dapat komunikasi. Nah, dalam contoh di atas, saya dan dan tetangga tersebut sudah dalam protokol yang berbeda. Bagi saya etika itu penting, buat dia don’t care. Protokol yang berbeda, ditambah dengan “agenda pribadi” seringkali bikin jaka sembung naik gojek, gak nyambung jek :D. Akhirnya saya memutuskan untuk menyudahi komunikasi itu, karena hanya akan membuang waktu.

Sedikit kembali ke sejarah munculnya media sosial. Pada awalnya orang menggunakan website untuk menyebar luaskan informasi. Akan tetapi informasi melalui web hanya akan dapat dibaca kalau orang tersebut membuka website tersebut (disebut dengan Pull Technology). Sedangkan teknologi Web 2.0 yang diadopsi oleh media sosial, memungkinkan informasi muncul di timeline media sosial kita tanpa kita minta (dikenal dengan istilah Push Technology). Apakah semua informasi yang muncul itu sesuai dengan yang kita butuhkan? Belum tentu, atau kadang malah informasi yang tidak kita sukai juga. Lama-lama laman media sosial kita seperti “timbunan sampah”. Dan informasi yang justru mungkin berguna buat kita tertutup oleh sampah tersebut.

Berita baiknya adalah, beberapa media sosial akhirnya melengkapi dengan fitur yang membantu kita untuk memilih informasi apa saja yang akan muncul di timeline kita. Misal Hide Post dan Unfollow, yang walau mungkin tidak dapat mengurangi semuanya, tapi setidaknya informasi yang masuk ke timeline kita bisa lebih terseleksi.

Apa kejadian ini hanya menimpa media sosial saja? Tidak! Saat ini ada yang lebih parah, yaitu Group Whatapp (WA). Terkadang group hampir mirip tempat sampah, semua informasi yang diterima, dengan mudah disebarkan, tanpa melihat apakah informasi tersebut diperlukan oleh anggota group, atau bahkan hoax sekalipun. Apalagi dengan embel-embel kalimat “siapa tahu ada yang memerlukan” atau “silakan untuk dicek kembali”, seolah-olah si pengirim pesan sudah merasa bebas dari kewajiban untuk melakukan verifikasi kebenaran informasi tersebut. Dan maaf, group-group yang anggotanya bahkan orang-orang terdidik atau mempunyai latar belakang IT pun tidak luput dari fenomena seperti ini. Dan yang lebih parah, kadang kita “terjebak” dalam group-group tersebut, karena untuk keluar dari group tersebut rasanya tidak mungkin atau tidak enak. Bisa jadi itu group kolega kerja, keluarga, atau alasannya lainnya. Itulah kenapa saya ambil judul “terjebak dalam kotak sampah”.

Mungkin saya sedikit mengingatkan, bahwa Netiquett (etika dalam berinternet) itu menyatakan bahwa etika yang berlaku di dunia nyata itu juga berlaku di dunia maya. Hanya karena tidak bertemu secara fisik, bukan berarti orang bisa semena-mena bertindak di dunia maya. Sopan santun, norma, dan kaidah lainnya pun berlaku. Komunikasi yang sifatnya kasual di dunia maya pun, tetap harus mengikuti tata krama yang baik. Apalagi, apapun yang diposting di laman media sosial kita atau informasi yang kita teruskan di group, tentunya mencerminkan karakter orangnya. Tentunya kita tidak mau kan, disebut sebagai penyebar “sampah” :D.

Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menggunakan media sosial ini dengan cerdas. Jadi kalau sekarang semua orang sudah gampang menggunakan smartphone, ya jangan hanya phone-nya aja yang “smart”, pemilik atau penggunanya pun harus “smart”, bukan begitu? 😀 Mungkin hal-hal yang sudah sering kita dengar ini bisa kita praktekkan, sebelum meneruskan informasi baik di laman media sosial maupun group:

1. Cek relevansi informasi dengan group yang kita ikuti. Apakah group yang kita ikuti sifatnya homogen atau anggotanya heterogen. Misal mengirim pesan yang disertai dengan ayat-ayat Al Quran yang panjang, mungkin kurang pas kalau dikirim ke group yang anggotanya heterogen. Sedangkan quote atau pesan-pesan yang sifatnya universal lebih cocok untuk diteruskan. Kalau group komunitas jalan-jalan, ya tidak perlu diteruskan informasi politik, walapun informasi tersebut yang sedang hits saat ini.
2. Posting foto yang relevan dengan nama group, seperti acara-acara yang melibatkan anggota di group tersebut. Tahanlah diri untuk tidak memasang foto-foto pribadi di group, kecuali memang ada informasi tambahan yang dirasa tepat untuk group. Foto pribadi sebaiknya dipasang di laman pribadi. Terkadang ada orang dengan tingkat keeksisan terlalu tinggi yang dengan pedenya menyebar foto-foto pribadi di group, dan ternyata orang seperti ini banyak ya hihihihi…
3. Telusuri kebenaran informasi sebelum diteruskan. Apapun itu alasanya, hoax adalah sebagian dari fitnah. Tentunya kita gak mau kan menjadi penyebar fitnah. Fitnah itu bisa lebih kejam dari fitnes loh hahhahhaa…. Istilahnya adalah Tabayyun. Cek sumber berita, banyak situs di internet yang dapat kita pakai untuk mengecek kebenaran informasi, bisa juga pakai Google. Tahan dulu jempol kita, jangan terburu-buru untuk Like atau Share.
4. Setelah melewati tahap Tabayyun, sekali lagi tahan…., pikir dulu deh, walaupun toh berita itu benar, kira-kira bermanfaat gak sih, kira-kira akan bikin ribut gak sih, atau mungkin ada yang gak suka. Barangkali setelah kita timbang-timbang toh manfaatnya tidak banyak, mungkin bisa dipertimbangkan untuk tidak dilanjutnya.

Oh well…, kalau di Fisika kita kenal istilah kecepatan cahaya itu bisa lebih cepat dari kecepatan suara, tapi sekarang semuanya lewat, karena dibalap dengan kecepatan jempol hahhaha… Moga-moga tulisan Budos kali ini bisa sedikit menambah wawasan untuk berinternet dengan lebih cerdas. Cuma kalau sudah dipraktekkan tapi masih banyak sampah bertebaran, ya sudahlah, mungkin pilihan Unfriend atau Left sudah saatnya diperlukan :D. Selamat beraktivitas…., jangan lupa piknik :D.

Sumber gambar Google




“The power of listening”

The power of listening

“The best feeling is listening the people you love laugh”.   Demikian berkat yang kuterima pagi ini dari Katrin Is, my sister, yang tiap hari mengirimku kata-kata bijak.   Hearing beda dengan listening. To hear tidak sama dengan to listen.

To hear, diartikan dengan kata mendengar; sedangkan to listen dibahasakan dengan mendengarkan.  Secara diksi, mendengarkan itu membutuhkan kemampuan aktif untuk melakukan kata kerja dengan memberikan perhatian penuh kepada orang atau obyek lain (mendengarkan orang bicara, mendengarkan radio, mendengarkan siaran televise).  Mendengar, dapat dilakukan sambal lalu (mendengar lagu) tanpa intensi sengaja untuk mendengar.  Contoh lain:  Lila mendengar suara mercon waktu jalan pagi di kompleks rumahnya.

Secara fisikal harafiah, manusia dikaruniai dua telinga dan satu mulut, dan dua mata.  Pasti ada peruntukkannya.  Bapakku berulang kali berpesan, untuk lebih banyak “mendengarkan”, dengan dua telinga, daripada bicara (satu mulut).  Mendengarkan membutuhkan keterampilan memposisikan orang lain “lebih penting”.   Mendengarkan dapat membuat orang lain mempunyai pesan dihargai, “di-wong-ke”, diorangkan.   Kemampuan mendengarkan dapat melatih kesabaran, yang ujungnya membuat seseorang “mengerem” keinginan-keinginan yang seringkali tak terkendali.

Maka, mengapa manusia tidak mulai mendengarkan satu sama lain? Bagaimana dengan kita?