Serba-serbi Scopus

  1. Untuk mengetahui apakah seorang penulis namanya masuk ke dalam Scopus, sila klik
    Author feedback wizard
  2. Impact Factor (IF) dan H-index.
    Impact factor mengukur rata-rata sitasi sebuah publisher yang direvisi tiap beberapa tahun.
    H-index mengukur produktifitas dan sitasi penulis.
    Dengan kata lain, impact factor mengukur penerbit jurnal sedang H index mengukur orangnya (sebagai penulis). Untuk melihat H-index bisa masuk ke scopus.com untuk login. Namun jika belum berlangganan, dapat menulis nama di tautan berikut
    Search for an author profile
  3. Perbedaan antara Sopus dengan Web of Science
    Tabel perbandingan
  4. Untuk mengetahui peringkat jurnal, tidak lagi melalui Scimagojr, tapi klik
  5.  Cara mengetahui Scopus Author ID, klik 



20 Perusahaan menerima Penghargaan Terbaik Indonesia di bidang Human Capital – 2017 oleh Don Sadana

20 Perusahaan menerima Penghargaan Terbaik Indonesia di bidang Human Capital – 2017

oleh Don Sadana

 

Setelah melalui seleksi panjang, akhirnya  20 Perusahaan Terbaik di Indonesia dalam praktik pengembangan Human Capital berhasil meraih Penghargaan Bergengsi dalam ajang Indonesia Human Capital Award ( IHCA) -III 2017, yang berlangsung di Aula Tridharma, Kantor Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia  ( Kemnaker RI), Jakarta, Jumat, 28 April 2017.

 

Sehubungan dengan pertumbuhan ekonomi yang diprediksi pada tahun 2030 Indonesia akan menduduki posisi ke 7 sebagai negara dengan ekonomi terbesar, maka dimungkinkan Indonesia membutuhkan 113 juta tenaga ahli yang siap bersaing di dunia global. Dengan ini, Economic Review kembali mengambil inisiatif untuk menyediakan wahana pembelajaran dan kompetisi bagi praktisi dan organisasi Human Capital (HC) dalam menyuguhkan dan menampilkan praktek-prkatek terbaiknya.

 

Setelah tahun lalu Economic Review sukses menghelat Indonesia Human Capital Award (IHCA-II-2016), maka tahun ini Economic Review kembali menggelar acara IHCA III di tahun 2017, yang terselenggara bekerja sama dengan Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Kemnaker RI), Indonesia Human Resources Institute (IndHRI), IPMI International Business School, NBO Group, Thomas International, Indonesia Asia Institute, dan Ideku GroupAjang ini merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan kepada Perusahaan-perusahaan di Indonesia yang telah menerapkan praktik Manajemen Human Capital guna memenangkan persaingan bisnis organisasi serta meningkatkan Human Capital Index secara agregat.

 

Penghargaan Indonesia Human Capital III- 2017 diserahkan oleh Menteri Ketenagakerjaan RI pada  hari Jumat, 28 April 2017, bertempat di Ruang Tridharma, lt. 1,5 – Gedung A Kementerian Ketenagakerjaan RI, Jl. Jend. Gatot Subroto kav. 51, Jakarta Selatan. Acara diawali dengan pelaksanaan Panel Discussion Human Capital -III- Se-Indonesia” dengan mengangkat  tema “Human Capital Readiness towards 2020 Challenges (Membangun Human Capital Indonesia yang siap menyongsong tantangan 2020)” ujar Pendiri sekaligus Pemimpin Umum Economic Review RAy. Hj. Irlisa Rachmadiana,S.Sn,MM.

 

IHCA adalah ajang kompetisi terbuka yang dapat diikuti perusahaan-perusahaan di Indonesia dan para Penerima IHCA III- 2017 adalah Perusahaan Pemerintah BUMN, Anak Perusahaan BUMN, BUMD, Swasta yang telah menjalani beberapa tahapan seleksi penjurian melalui tatap muka, mengisi kuesioner, melakukan presentasi dan wawancara langsung dengan seluruh juri. Tim Juri juga menilai dari beberapa aspek utama seperti :

  1. Company Overview at glance
  2. Business Achievement 2016            
  3. Human Capital Architecture & Strategy                                            
  4. Talent Acquisition                     
  5. Organization Development                    
  6. Learning & Development                    
  7. Career Management & Succesion Planning                   
  8. Performance Management                    
  9. Remuneration                 
  10. Employee Engagement & Employee Relations
  11. Industrial Relations                    
  12. Human Capital Adm & Information Mgt System                    

Aspek-aspek penilaian penjurian tersebut adalah untuk mendorong praktik Manajemen Human Capital terbaik di masing-masing kelompok industri dalam berkontribusi meningkatkan kualitas dan daya saing SDM dalam kegiatan bisnis baik barang dan jasa.

 

“Secara global ini juga ditujukan untuk mempertemukan gagasan para Best Practice Human Capital Organization dari perusahaan – perusahaan terkemuka di dunia terhadap pengembangan SDM nya lewat penerapan Strategic Human Capital,” terang Ketua Dewan Juri DR. Ir. Yunus Triyonggo, MM, CAHRI – Ketua Umum Indonesia Human Resources Institute (IndHRI).

 

Adapun juri-juri yang menilai dalam kompetisi IHCA-III- 2017 terdiri dari:

 

Ketua Dewan Juri

  1. DR. Ir. Yunus Triyonggo, MM, CAHRI – Ketua Umum Indonesia HR Institute (IndHRI)

Anggota Dewan Juri

  1. Hj.Nana Irlisa R,SSn,MM              – Founder & CEO Economic Review,Indonesia-Asia Institute
  2. Ir.Irina Mildawani,MT,PhD   – Wakil Pemred Economic Review
  3. Ir.Ade Suryanti,MM                 – Wakil Rektor Sumber Daya – Universitas Trilogi
  4. Bambang Gunawan,MBA    – Director of Executive Education IPMI International Business School
  5. Retno Dwiyanti,SH,MM             – Practioner HR & Lecturer IPMI International Business School
  6. DR.Stefanus M.S. Sadana,Drs,MSi – Peneliti,Dosen,Trainer HC Perbanas Institute
  7. Ir. Tri Junarso              – Author,CEO PT.Wisesa Latih Indonesia- HC Manag.System
  8. Susanna Hartawan                    – Managing Partner NBO Group
  9. Drs. Is Nugroho, MHRM   – Ketua Dewan Pakar Indonesia HR Institute (IndHRI)
  10. Ir. Sapta Putra Yadi,MHRM – President & CEO KNOCO Indonesia
  11. Putri Guenantine,MPSi   – VP People Management Thomas International
  12. Nanang Supriyadi,SIP – Senior Consultant SAP HC Management Astra Group
  13. R. Budi Utomo, RLA, CB – Director, Senior Consultant PQI Consultant

”Para penerima penghargaan ini merupakan perusahaan-perusahaan yang telah mampu meningkatkan daya saing Human Capital nya sebagai Leverage Performance organisasi di bidang Strategic Human Capital Development, Talent Acquisition, Talent Management, People Development, Performance Management, Employee Engagement, Industrial/Employee Relations, dan Technology Proponent.  Kami harapkan penyelenggaraan IHCA ini akan menjadi indikator keberhasilan Perusahaan dan kebanggaan bagi organisasi yang bersangkutan sehingga dapat mendukung pertumbuhan bisnis yang berkesinambungan,” lanjut DR. Ir. Yunus Triyonggo, MM, CAHRI – Ketua Umum Indonesia Human  Resources Institute (IndHRI) selaku Ketua Dewan Juri IHCA 2017.




The difference between the poor and rich nations is not the age of the Nation.

This can be demonstrated by countries like India and Egypt, which are more than
2000 years old and are still poor countries.

On the other hand, Canada, Australia and New Zealand, which 150 years back were insignificant, today are developed and rich countries.

The difference between the poor and rich nation does not also depend on the available natural resources.

Japan has limited territory, 80% mountainous, unsuitable for agriculture or farming, but is the third in worlds economy. The country is like an immense floating factory, importing raw material from the whole world and exporting manufactured products.

Second example is Switzerland, it does not grow cocoa but produces the best chocolates in the world. In her small territory she rears animals and cultivates the land only for four month in a year, nevertheless manufactures the best milk products. A small country which is an image of security which has made it the strongest world bank.

Executives from rich countries who interact with their counterparts from poor countries show no significant intellectual differences.

The racial or colour factors also do not evince importance: migrants heavy in laziness in their country of origin are forcefully productive in rich European countries.

What then is the difference?

The difference is the attitude of the people, moulded for many years by education and culture.

When we analyse the conduct of the people from the rich and developed countries, it is observed that a majority abide by the following principles of life:

1. Ethics, as basic principles.
2. Integrity.
3. Responsibility.
4. The respect for Laws and Regulations.
5. The respect from majority of citizens by right.
6. The love for work.
7. The effort to save and invest.
8. The will to be productive.
9. Punctuality.

In the poor countries a small minority follow these basic principles in their daily life.

We are not poor because we lack natural resources or because nature was cruel towards us.

We are poor because we lack attitude. We lack the will to follow and teach these principles of working of rich and developed societies.

WE ARE IN THIS STATE BECAUSE
WE WANT TO TAKE ADVANTAGE OVER
EVRYTHING AND EVERYONE.

WE ARE IN THIS STATE BECAUSE
WE SEE SOMETHING DONE WRONG
AND SAY – “LET IT BE”
WE SHOULD HAVE A SPIRITED MEMORY
AND ATTITUDE…

ONLY THEN WILL WE BE ABLE TO CHANGE OUR PRESENT STATE.

If you do not forward this message nothing is going to happen to you. Your prized animal is not going to die, you wont be sacked from your job, you wont be having bad luck for seven years, nor are you going to get sick.

 

source: unidentified




Daftar Nama Jurnal Terakreditasi

Daftar nama Jurnal terakreditasi Kemristekdikti yang masih berlaku dapat dilihat di website milik

1. Kopertis12

3. abdul-hamid.com

4. Forum Relawan Jurnal Indonesia

 




Idul Fitri 1438 H

Bagi Sobat semua…

Selamat Idul Fitri 1438 H….

25 – 26 Juni 2017

 

Salam

Tio

 




Pelajaran Bisnis dari Kisah Kejatuhan Seven Eleven dan Kaskus

JAKARTA (voa-islam.com) – Tulisan blog Yodhia Antariksa, msc in hr management ini menarik dan memberikan analisa yang membahas gerai convenient store asal Jepan 7Eleven atau Sevel serta analisa kejatuhan Kaskus.

Ia membuka analisa dengan mengupas Sevel di bilangan Blok M yang telah tutup. Bekas bangunan tokonya tampak jadi kumuh dan tenggelam dalam kesunyian yang pedih.

Modern Group sebagai induk 7-Eleven Indonesia mengakui kerugian yang signifikan, hingga 400-an milyar.

Gerai Sevel yang dulu marak dimana-mana itu satu demi satu tumbang dalam kebangkrutan dan duka yang teramat masif.

What went wrong?

Saya sendiri dulu termasuk pelanggan Sevel. Jika ada janjian konsultasi dengan klien, saya selalu berangkat dari rumah saya di Bekasi jam 5 pagi (pagi amat yak).

Saya kemudian selalu milih rehat sarapan pagi di Sevel yang lokasinya terdekat dengan kantor klien; dengan menu breakfast yang lumayan premium (mahal maksudnya).

Saya mungkin dulu tipe pelanggan ideal yang diimpikan Sevel. Namun kemungkinan tak banyak pembeli yang seperti saya. Yang lebih banyak adalah anak-anak muda yang beli minuman alakadarnya (murah maksudnya) dan lalu nongkrong berjam-jam di kafe Sevel.

Akibatnya cukup fatal : pemasukan sedikit, sementara investasi tempat dan bahan untuk menyiapkan makanan premium telanjur amat mahal. Cost besar, pemasukan sedikit. Ujungnya kolaps.

Sevel mungkin contoh penerapan strategi produk yang stuck on the middle. Ndak jelas. Mau menghadirkan layanan premium seperti Starbucks, tidak bisa. Mau gunakan prinsip supermarket efisien seperti Indomaret, namun sudah telanjur terkesan premium produknya – karena harus menyewa lahan di lokasi strategis yang amat mahal.

Harap diketahui, menyiapkan menu makanan seperti yang disediakan Sevel (spaghetti, nasi goreng instan, salad) itu mahal ongkosnya. Dan yang pahit : jika tidak laku harus dibuang. Jadi waste-nya amat sangat mahal.

Celakanya, menu varian makanan premium yang bahan bakunya mahal dan harus dibuang jika tidak laku itu; tidak banyak yang beli. Kebanyakan pembeli Sevel ya itu tadi : anak-anak muda yang cuma beli makanan murah lalu nongkrong berjam-jam di lokasinya.

Kisah kejatuhan Sevel memberi pelajaran : inovasi itu penting, namun jika inovasinya salah sasaran, bisa memberikan bumerang yang high-cost.

Pilihan strategi produk yang tidak pas ternyata bisa membuat sebuah bisnis terjungkal dengan penuh luka.

Yang muram : rencana akuisisi Sevel oleh grup Charoen Pokphand juga batal karena ketidaksepakatan bisnis. Kabarnya, pihak pemilik Sevel pusat di luar negeri tidak setuju dengan rencana bisnis yang diajukan Pokphand.

So what’s next?

Solusinya mungkin Sevel harus back to basic (fokus jualan fast moving consumer goods, tanpa harus ribet jualan aneka minuman, kopi dan makanan layaknya kafe). Lalu hanya fokus jualan di lokasi elit dan lingkungan perumahan dan kantor yang premium. Tutup lokasi lainnya yang tidak menghasilkan.

Contoh yang sukses adalah Circle-K di Bali. Anda lihat di Bali, Circle-K sukses karena dia fokus pada jualan consumer goods premium, dan di lokasi yang premium pula (dekat dengan destinasi turis-turis asing).

Jika SEVEL jatuh karena pilihan “product strategy” yang keliru, maka bagaimana dengan kisah menurunnya pamor Kaskus?

Kaskus, kita tahu pernah menjadi salah satu kanal internet paling populer di tanah air. Namun kini, perjalanannya mungkin kian termehek-mehek.
Sejumlah survei menunjukkan, trafik Kaskus makin menurun dan makin ditinggalkan para usernya.

Pada sisi lain, Forum Jual Beli (FJB) yang dulu sebenarnya merupakan salah satu ikon Kaskus kini kian tidak relevan (digilas oleh marketplace seperti OLX, Tokopedia dan Bukalapak).

FJB Kaskus mungkin terlambat melakukan inovasi, dan terkesiap saat melihat Tokopedia dan kawan-kawan melesat cepat.

Sejatinya, Kaskus dulu amat layak diharapkan bertransformasi menjadi Facebook rasa lokal atau WhatsApp rasa lokal. Dengan basis user yang masif, Kaskus dulu punya segalanya untuk menjelma menjadi Raksasa Social Media Indonesia.

Sayang beribu sayang, mereka tidak cukup inovatif, sehingga kian tenggelam dilibas FB, Line, Instagram dan WA (yang semuanya adalah produk asing).

Kaskus mungkin kembali menjadi korban Innovator’s Dilemma : terlalu mencintai produknya sendiri (forum diskusi); dan terlalu asyik dengan produk ini, sehingga jadi kurang sensitif dengan perubahan yang terjadi.

Innovator’s Dilemma acap membuat korbannya jadi rabun : alias buta dengan aneka perubahan di sekelilingnya, dan lambat bergerak saat dinamika eksternal berubah.

Nokia, Yahoo, dan Blackberry adalah deretan korban innovator’s dilemma yang dilibas oleh disruptive change yang terjadi. Kaskus adalah contoh korban terbaru dari fenomena kelam ini.

Tren penurunan trafik Kaskus ini mesti diantisipasi dengan sejumlah langkah terobosan. Sebab jika tidak, lama-lama Kaskus bisa mati seperti Friendster. Atau makin tidak relevan.

Ada dua pelajaran bisnis ringkas yang layak dikenang dari kasus jatuhnya SEVEL dan tren penurunan kinerja Kaskus.

Pelajaran Bisnis # 1 : High Cost Innovation will Kill You
Inovasi adalah KOENTJI. Namun jika proses ini dilakukan dengan memakan biaya yang terlalu tinggi (high cost dan tidak efisien), maka pelan-pelan akan membuat cash perusahaan menjadi berdarah-darah.

Apalagi jika proses inovasi yang mahal itu hanya laku dijual untuk sekelompok kecil pelanggan; dan tidak terjual secara masif ke semua segmen. Alhasil, inovasi yang mahal ini akan berakhir dalam kenestapaan yang sia-sia.

Pelajaran Bisnis # 2 : Too Much Love will Kill You
Terlalu mencintai produk unggulan yang mungkin saat itu masih berjaya, acap membuat sebuah bisnis menjadi rabun dan tidak peka akan perubahan eksternal.

Terlalu asyik dengan produk unggulannya sendiri acap membuat sebuah bisnis luput menangkap distruptive innovation yang mendadak datang menyergap. Saat sadar, biasanya sudah terlambat. Penyesalan selalu datang saat duka perih telah datang menjemput.

Sebuah bisnis mungkin harus rela melakukan creative destruction. Atau dengan sengaja membunuh produknya sendiri, sebelum para rival melibasnya tanpa kenal ampun.

Product life cycle makin pendek. Sebelum siklus penurunan datang, sebuah bisnis harus sudah siap dengan produk baru yang lebih relevan dengan semangat zaman.

DEMIKIANLAH sekelumit kisah tentang kejatuhan Sevel dan Kaskus, dua produk bisnis yang pada masanya pernah menjadi legenda.

Apakah mereka bisa kembali bangkit, dan menciptakan sejarah baru? Hanya putaran waktu yang akan menjawabnya.

– See more at: http://www.voa-islam.com/read/citizens-jurnalism/2017/06/20/51434/pelajaran-bisnis-dari-kisah-kejatuhan-seven-eleven-dan-kaskus/#sthash.uLgnHiWm.dpuf




Tips memilih Antivirus

Pada dasarnya semua program antivirus yang terudpate dengan baik dapat melindungi komputer dengan baik.
Jadi semuanya kembali kepada anda sendiri dan sebaiknya anda menentukan kriteria membeli produk yang anda inginkan.
Ada berbagai macam virus komputer yang bertebaran seiring bertambahnya jenis virus yang ada saat ini. Tidak semua antivirus bagus untuk laptop maupun komputer Anda, maka dari itu anda harus jeli memilih tipe antivirus sesuai kebutuhan.

  • Pilihlah antivirus yang tidak terlalu besar ukurannya. Karena semakin besar ukurannya maka akan semakin berat antivirus tersebut dijalankan dan akan menggangu stabilitas komputer Anda.
  • Baca secara jeli dan seksama pada website antivirus, apakah memiliki plugins tambahan atau tidak. Plugins tambahan akan sangat berguna, misalkan pada antivirus local Ansav, PCMAV, Smadav, dll.
  • Perhatikan engine RTP(Real Time Protector), karena dengan engine tersebut antivirus akan memprotect komputer dari serangan virus, malware, dll yang terjadi secara mendadak.
  • Sebaiknya sandingkan antivirus lokal dengan antivirus luar seperti AVG, Avast, AVIRA agar dapat extra protect pada komputer Anda.
  • Pilih antivirus yang dapat diupdate secara online, hal ini bertujuan agar anda tidak perlu repot mencari update Antivirus tersebut
  • Memiliki kemampuan deteksi malware yang terbaik.
  • Pada antivirus berbayar, fasilitasnya lebih lengkap disbanding dengan antivirus free. Itu semua tergantung dari pilihan Anda

Sumber:

http://inet.detik.com/konsultasi-internet-security/d-2181980/4-tips-memilih-antivirus-yang-baik

http://pusatteknologi.com/memilih-antivirus-terbaik.html




Panduan Memilih Jurnal untuk Publikasi

Panduan Memilih Jurnal untuk Publikasi

Kunjungi Think Check Submit, atau dalam Bahasa Indonesia: Pikir Periksa Kirim 

PIKIR
Apakah Anda mengirimkan riset anda ke jurnal yang terpercaya?
 Apakah jurnal tersebut adalah jurnal yang tepat untuk karya tulis Anda?

PERIKSA
Gunakan daftar ini untuk mengevaluasi apakah jurnal pilihan Anda adalah jurnal terpercaya.

KIRIM
Apabila jawaban anda pada daftar pertanyaan tersebut kebanyakan adalah ‘ya’.




Akhirnya Jeffrey Beall Ungkap Alasan yang Sebenarnya

Tidak seperti diduga kebanyakan orang, Jeffrey Beall, yang biasa menerbitkan blog Scholarly Open Access, menutup blognya bukan karena khawatir tuntutan hukum dari penerbit jurnal abal-abal. Ia melakukan itu karena tekanan terus-menerus dari universitasnya dan khawatir kehilangan pekerjaan.

“In January 2017, facing intense pressure from my employer, the University of Colorado Denver, and fearing for my job, I shut down the blog and removed all its content from the blog platform.”

 

At last, Jeffrey Beall reveals the reasons for shutting down his blog on predatory journals
Jeffrey Beall. What I learned from predatory publishers. Biochemia Medica 2017;27(2):273-9. https://doi.org/10.11613/BM.2017.029




Menulis Hasil Riset dan Diskusi

Setelah penelitian mendapatkan hasil, bagaimana penyajian hasil riset dan pembahasannya?
Ada empat hal yang perlu dilakukan.
PART 1: Presenting results
PART 2: Interpretation of trends/results
PART 3: Discussion and argument
PART 4: Supporting statement

Raakhimi Shuib

HOW TO CORRELATE RESULTS AND DISCUSSION?
1) First, search 3-5 papers that have similar trends.
2) Summarize and write a note about discussion and argument of that particular trend.
3) Then, choose your strategy to write your discussion and argument (see attached figures)
>>AGREE<<
If you choose to agree with the available theory and literature, you must correlate the theory and understanding with you own results and be sure to cite the works that you refer to.
>>DISAGREE<<
If you choose to disagree, you can develop your own theory and philosophy but must be supported with strong data and evidence.

Raakhimi Shuib