Flexible Working Hours, salah satu kondisi kerja yang populer

Salah satu hal yang berkontribusi pada produktivitas kerja di perusahaan adalah jam kerja yang merupakan bagian dari kondisi kerja (working conditions).

Secara teori, ada beberapa macam kondisi kerja yang sudah diaplikasikan di dunia kerja, baik di negara-negara di belahan Barat, maupun negara-negara di belahan Timur, diantaranya adalah sebagai berikut:

  • Working Hours
  • Permanent Part-time Employment
  • The Four-Day Workweek
  • Flexible Working Hours

Secara singkat dapat dikatakan bahwa waktu kerja adalah jumlah jam kerja yang ditetapkan bagi karyawan untuk bekerja di kantor.   Waktu kerja yang kita kenal sekarang dengan model 8 jam per hari, selama 5 hari kerja; 40 jam per minggu diberlakukan pertama kali pada tahun 1938 di Amerika Serikat (Schultz & Schultz, 1994).   Namun kemudian, kondisi kerja berkembang menjadi 48 jam, bahkan 60 jam per minggu, yang dianggap sebagai jam normal.

Semenjak tahun 1963, sebanyak kurang lebih 10% pekerja Amerika Serikat mulai memilih status sebagai part-time atau half-time employment adalah waktu kerja yang diberlakukan ketentuan yang diberlakukan.   Jumlah ini berkembang menjadi sebanyak kurang lebih 75% karyawan (Feldman, 1990), dengan pertimbangan ada keseimbangan antara waktu kerja dengan tanggung jawab mengurus keluarga.  Di Amerika Serikat, part-time employment ini juga menjadi pilihan waktu kerja bagi disability people karena keterbatasan mobilitas  Kaum professional mulai memilih waktu kerja part-time ini karena pertimbangan adanya kesempatan untuk mengerjakan tugas-tugas lainnya, seperti studi lanjut, melakukan riset mandiri, atau menulis.

The four-day workweek adalah bentuk lain dari kondisi kerja yang dimampatkan dari 5 hari kerja-40 jam per minggu.  Mengingat perkembangan situasional seperti traffic jam dan jenis pekerjaan yang membutuhkan lembur, maka pihak managerial merasa perlu memofikasi jam kerja menjadi 4 hari, dengan lama kerja 10 jam/hari.   Modifikasi jam kerja ini diterima dengan antusias oleh karyawan dan managerial karena meningkatkan kepuasan kerja dan produktivitas kerja.

Flexible working hours (FWH) adalah alternatif kondisi kerja yang berkembang sejak tahun 1960-an di Jerman.  FWH ini dipilih sebagai terobosan menghadapi tingkat kepadatan jalanan yang semakin hari semakin mirip “tempat parkir masal di jalanan”.   “Rush hour traffic congestion around plants and offices has been reduced” (Schultz & Schultz, 1990, h. 351).   Singkatnya, setiap karyawan mendapat kesempatan untuk mengatur waktu kedatangan (jam 7.30-9.00 WIB), dan di akhir jam kerja (jam 16.00-17.30 WIB), dengan total waktu kerja adalah tetap 8 jam kerja per hari.  FWH ini mempunyai beberapa keuntungan.   Dalam perkembangannya,

            FWH, flexible working hours, adalah pola kerja yang paling banyak dipilih oleh karyawan di seantero Amerika Serikat dan Eropa.   Jenis waktu kerja ini dianggap sebagai pola kerja yang mengakomodir jenis-jenis pekerjaan seperti bidang riset dan pengembangan.

Sumber:

Schultz, D. P. & Schultz, S. E.  (1994).   Psychology and Work Today (6th ed.).  New York:  MacMillan Publishing Company. 

 

 

 

 

 




THE GENERATION OF INNOVATIONS

 

 

Beberapa pertanyaan seputar difusi dan inovasi, “Di mana inovasi berasal? “, “Bagaimana asal-usulnya yang kemudian mempengaruhi difusi dan konsekuensinya?”. Studi difusi masa lalu biasanya dimulai dengan titik di ekor kiri dari kurva difusi S-berbentuk, yaitu, dengan pengadopsi pertama dari sebuah inovasi. Dalam pandangan yang lebih luas dari proses inovasi pengembangan, difusi adalah suatu tahap selanjutnya dari urutan yang lebih besar melalui inovasi pergi dari keputusan untuk memulai penelitian pada masalah diakui konsekuensi dari inovasi.

Investigasi difusi masa lalu mengabaikan fakta bahwa kegiatan dan keputusan yang relevan biasanya terjadi jauh sebelum proses difusi mulai: masalah yang dirasakan, keputusan pendanaan sekitar R & D kegiatan yang menyebabkan pekerjaan penelitian, penemuan inovasi dan kemudian pengembangan dan komersialisasi, keputusan itu harus disebarkan, transfer inovasi untuk agen difusi, dan komunikasi kepada audiens pengadopsi potensial. Kemudian adopsi pertama inovasi terjadi, dan proses difusi dimulai. seri pra-difusi seluruh kegiatan ini dan keputusan adalah bagian penting dari proses inovasi pengembangan, dari yang tahap difusi merupakan salah satu komponen.

Sebuah inovasi adalah ide, praktik, atau objek yang dianggap sebagai baru untuk individu atau unit lain adopsi. Proses inovasi pengembangan terdiri dari semua keputusan, kegiatan, dan dampak yang mereka yang terjadi dari pengakuan kebutuhan atau masalah, melalui penelitian, pengembangan, dan komersialisasi inovasi, melalui difusi dan adopsi inovasi oleh pengguna, untuk yang konsekuensi.

 

Kebanyakan inovasi yang telah diteliti dalam penelitian difusi telah inovasi teknologi, dan istilah “teknologi” sering digunakan sebagai sinonim untuk inovasi. Apa itu teknologi? Teknologi adalah desain untuk tindakan instrumental yang mengurangi ketidakpastian dalam hubungan sebab-akibat yang terlibat dalam mencapai hasil yang diinginkan. Definisi ini menyiratkan kebutuhan atau masalah yang alat dapat membantu untuk memecahkan. Alat ini memiliki (1) aspek hardware, yang terdiri dari peralatan material, produk, dan sebagainya, dan (2) aspek software, yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan, prosedur, dan / atau prinsip-prinsip yang memberikan dasar informasi untuk alat . Hampir setiap teknologi mewujudkan aspek software, meskipun mereka kurang terlihat dari aspek hardware.

Proses inovasi pengembangan terdiri dari semua keputusan, kegiatan, dan dampak yang mereka yang terjadi dari pengakuan kebutuhan atau masalah, melalui penelitian, pengembangan, dan komersialisasi inovasi, melalui difusi dan adopsi inovasi oleh pengguna, untuk konsekuensinya. Pengakuan dari masalah atau kebutuhan dapat terjadi ketika masalah sosial naik ke prioritas tinggi pada agenda topik yang layak penelitian.

Tidak semua inovasi teknologi keluar dari penelitian. Penelitian dasar didefinisikan sebagai penyelidikan asli untuk kemajuan pengetahuan ilmiah dan yang tidak memiliki tujuan spesifik menerapkan pengetahuan ini untuk masalah-masalah praktis. Hasil penelitian dasar dapat digunakan dalam penelitian terapan, yang terdiri dari penyelidikan ilmiah yang dimaksudkan untuk memecahkan masalah praktis. pengguna memimpin mengembangkan inovasi dan kemudian meyakinkan sebuah perusahaan manufaktur untuk memproduksi dan menjual inovasi, seringkali setelah pengguna memimpin telah menciptakan prototipe inovasi. Biasa tahap berikutnya dalam proses inovasi pengembangan adalah pengembangan, didefinisikan sebagai proses menempatkan ide baru menjadi bentuk yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan penonton pengadopsi potensial. determinisme teknologi adalah keyakinan bahwa teknologi menyebabkan perubahan dalam masyarakat. Sudut pandang berlawanan konstruksionisme sosial, yang menyatakan bahwa faktor sosial membentuk teknologi. Sebuah tahap berikutnya, komersialisasi, didefinisikan sebagai produksi, manufaktur, pengemasan, pemasaran, dan distribusi produk yang mewujudkan inovasi. Komersialisasi dilakukan terutama oleh perusahaan swasta.

Sebuah titik terutama penting dalam proses inovasi pengembangan adalah keputusan untuk memulai menyebarkan inovasi untuk pengadopsi potensial. Bagaimana inovasi dievaluasi untuk keberhasilan mereka, keamanan, dan faktor-faktor lain? Akhirnya, sebuah inovasi dapat meredakan, diadopsi, dan, akhirnya, menyebabkan konsekuensi, tahap akhir dalam proses inovasi pengembangan. Keenam tahap dijelaskan di sini mungkin tidak selalu terjadi dalam urutan linear, waktu urutan tahapan mungkin berbeda, dan tahapan tertentu mungkin tidak terjadi sama sekali.

 

Ditulis oleh Pratiwi dan Heni Jusuf

Disarikan dari Buku Diffusion Of Innovations, 4th Edition , Everett M Rogers




Fungsi Pendapatan Nasional

Pendapatran Nasional adalah Jumlah seluruh nilai output (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh suatu negara selama jangka waktu tertentu.

Perhitungan pendapatan nasional dilakukan dengan 3 macam pendekatan: pendekatan produksi, pendekatan pendapatan, dan pendekatan pengeluaran.

Dari segi pendekatan pengeluaran, pendapatan nasional adalah jumlah pengeluaran oleh seluruh sektor di suatu negara.

Sektor-sektor perekonomian tersebut adalah:

  • Sektor rumah tangga dicerminkan oleh konsumsi masyarakat (C)
  • Sektor badan usaha dicerminkan oleh investasi yang dilakukan oleh badan-badan usaha (I)
  • Sektor pemerintah dicerminkan oleh pengeluaran pemerintah (G)
  • Sektor perdagangan internasional dicerminkan oleh selisih antara ekspor dan impor negara tersebut (X -M)

Jadi pendapatan nasional:

Y = C + I                                                      untuk perekonomian 2 sektor

Y = C + I + G                                             untuk perekonomian 3 sektor

Y = C + I + G + (X  – M)                        untuk perekonomian 4 sektor (model perekonomian terbuka)




Jus Untuk Diet Tomat Campur Mentimun

Bahan-bahan :

  • Tomat cincang 3 1/2 cangkir
  • Mentimun potong dadu 2 cangkir
  • Selederi segar 1 batang
  • Lada merah 1/2 sendok teh
  • Lada hitam 1/2 sendok teh
  • Garam dapur 1/2 sendok teh

Cara Membuat Jus Tomat Mentimun :

  1. Masukkan tomat, timun dan daun seledri ke dalam blender. Lalu proses sampai halus dan tercampur dengan rata.
  2. Selanjutnya masukkan lada hitam, lada merah dan garam, kemudian proses / blender lagi sebentar sampai tercampur dengan rata.
  3. Tuang ke dalam gelas, jus bisa langsung di nikmati.



WHAT DO YOU THINK: A GOOD LECTURER FOR YOU? BY IGNATIUS SEPTO PRAMESWORO

WHAT DO YOU THINK:

A GOOD LECTURER FOR YOU?

BY IGNATIUS SEPTO PRAMESWORO

For a student, a lecturer must be regarded as second parents for having to educate, nurture, teach, and provide knowledge to them. It is only natural for students to honor the lecturer and vice versa.

 

Lecturers are only human. They also have weaknesses and strengths in presenting the materials. There are some characters and ideas of lecturers in giving materials. What do you think?

 

So according to some students of mine, there are two types of lecturers. The first is favorite lecturers and the second is hated ones. This time we are going to discuss what kinds of lecturers that most students like when the lecturers present materials. What do you think?

 

Now this is the time for you to present your ideas in writing about most Perbanas Institute students’ ideas related good lecturer when they present the materials in class. You must do some stephs.

 

STEP 1

Read an article about what a good lecturer first. Then you should make a note and put your ideas. You must make a spider web first and then you to write your outline.

 

STEP 2

Make 10 questions (statements) by using a Likert Questionnaire from a journal article.

Example 1: You can see and revise from http://www.smcm.edu/mat/wp-content/uploads/sites/73/2015/06/Bullock-2015.pdf

This questionnaire should take no more than 10 minutes and there are no foreseeable risks associated with participation. If you have any questions about this research, you can contact me at (240) 863-4775 or msbullock@smcm.edu. If you have any questions regarding your rights as a participant in this study please contact the chair of the institutional review board at St. Mary’s College of Maryland, Anna Han, at irb@smcm.edu, or 131 Goodpaster Hall, Department of Psychology, 18952 E. Fisher Rd., St. Mary’s City, MD 20686.

 

Questionnaires can be returned to the envelope in the teacher work room, and will be collected on _________________. Return of the questionnaire and this sheet will be considered consent to participate in the study. I consent to participation in this study. Please follow the following directions:

  1. Read and answer the question on the attached sheet
  2. Return this packet to the folder in the teacher mailroom by _______________________
  3. By signing below, I consent for my responses to be used in the study entitled “What

 

Makes a Good Lecturer: Exploring Student and Lecturer Beliefs on Good Teaching”

 

Thank you and I hope you have great day!

 

Example 2: Questionnaire evaluating teaching competencies in the university environment. Evaluation of teaching competencies in the university; NEW APPROACHES IN EDUCATIONAL RESEARCH Vol. 4. No. 1. January 2015 pp. 54-61 ISSN: 2254-7399 DOI: 10.7821/naer.2015.1.106; Juan Antonio Moreno-Murcia, Yolanda Silveira Torregrosa, Noelia Belando Pedreño

 

STEP 3

Based on your questionnaire result, you will write 5 paragraphs. The content of paragraphs will talk about the result of your questions. Each paragraph consists of 80 – 100 words; not less and not more.

The paragraphs will be stated as

  • Paragraph I – Introduction or Introductory Paragraph
  • Paragraph II, III, and IV – Body Paragraphs (Content Paragraph)
  • Paragraph V – Closing Paragraph or Conclusion

 

STEP 4

  • Type your essay and send in 3 ways:
  1. Send to Mr. Septo’s Blog – “WHAT DO YOU THINK

A GOOD LECTURER FOR YOU?” by your identity EPP-WED-1030-1230-CLARA-1612000012-ESSAY1

  1. Send to Mr. Septo’s email.
  2. Print and submit on Mr. Septo’s table in the class in the following session.

References:

  1. http://www.smcm.edu/mat/wp-content/uploads/sites/73/2015/06/Bullock-2015.pdf
  2. Moreno-Murcia, J.A., Torregrosa, Y.S., & Pedreño, N.B. (2015). Questionnaire evaluating teaching competencies in the university environment. Evaluation of teaching competencies in the university in New Approaches in Educational Research. Vol. 4. No. 1. January 2015 pp. 54-61 ISSN: 2254-7399 DOI: 10.7821/naer.2015.1.106



LAPORAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT – Peningkatan Kemampuan Berbahasa Inggris Anak-anak Panti Asuhan Panti Yatim Indonesia – Oleh Ignatius Septo Pramesworo

LAPORAN

 PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

 

Peningkatan Kemampuan Berbahasa Inggris Anak-anak Panti Asuhan

Panti Yatim Indonesia

Jl. Tebet Barat IV No. 4, Jakarta 12810

Jakarta, 9 September 2016

 Oleh

Ignatius Septo Pramesworo

Oktober 2016


LAPORAN KEGIATAN

PENGABDIAN PADA MASYARAKAT

 

A. JUDUL PROGRAM

English Learning Using Song – Peningkatan kemampuan berbahasa Inggris anak-anak Panti Asuhan, yaitu Panti Yatim Indonesia

Tanggal:       Jumat, 29 Januari 2016

Waktu:         08.00- 11.30

Lokasi:         Panti Asuhan – Panti Yatim Indonesia

Alamat:        Jl. Tebet Barat IV No. 4, Jakarta 12810

Telepon:       021-829 8496

 

Pendamping:   Ignatius Septo Pramesworo (Dosen dengan Latar belakang pendidikan S1 dan S2 Bahasa Inggris dan pada saar ini sedang menempuh studi S2 Magister Manajemen dengan kosentrasi di bidang Pemasaran)

 

B. Pendahuluan

Guna memenuhi salah satu Tridarma Perguruan Tinggi yang wajib diampuh oleh setiap dosen di setiap semester. Saya, sebagai dosen Bahasa Inggris Perbanas Institute telah melakukan Pengabdian pada Masyarakat berupa peningkatan kemampuan berbahasa Inggris anak-anak Panti Asuhan. Tujuan dari pelaksanaan peningkatan kemampuan berbahasa Inggris anak-anak Panti Asuhan, untuk memberi semangat/motivasi kepada anak-anak Panti Asuhan dan menularkan materi Bahasa Inggris secara sederhana melalui pemberian lagu dan gerak.

 

Kegiatan pengabdian masyarakat ini terkait dengan sumbangsih ilmu yang dimiliki oleh dosen untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat, khususnya bagi anak-anak Panti Asuhan, yang notabene adalah siswa –siswa sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah tingkat atas.

 

Pemberian materi tidak melalui pembelajaran grammar (tata bahasa) tapi siswa diajak untuk bergerak dan bernyanyi sehingga diharapkan siswa lebih aktif dan terinspirasi untuk belajar Bahasa Inggris.

 

C. LATAR BELAKANG MASALAH

Pengetahuan dan kemampuan berbahasa Inggris sudah merupakan suatu kebutuhan bagi anak-anak khususnya pelajar SD, SMP, dan SMA di Indonesia. Pelajar-pelajar ini membutuhkan “Bahasa Inggris” yang membantu mereka baik untuk belajar maupun bekerja. Pada kenyataanya pelajaran Bahasa Inggris dan penggunaan Bahasa Inggris di kelas tidak didampingi dengan proses penggunaan Bahasa Inggris di luar kelas.Hasilnya sebagian besar pelajar di Indonesia tidak dapat menggunakan dan memanfaatkan Bahasa Inggris dengan benar.

 

Proses belajar mengajar Bahasa Inggris lebih menggunakan metode-metode direct, translation, atau one-way yang menjadikan siswa sebagai obyek dari pengajaran. Proses belajar mengajar menjadi kurang hidup dan menarik karena guru lebih sering mengajar siswa untuk mendengar, mencatat, dan menghapal. Proses belajar mengajar seperti ini sering dianggap kurang mendukung siswa untuk lebih dinamis dan termotivasi.

 

Bahasa Inggris sudah menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pelajar yang ada di Indonesia, khususnya DKI Jakarta, sejak usia dini. Hampir sebagian besar kehidupan saat ini telah tersentuh oleh Bhasa Inggris. Banyak hal baik disadari ataupun tidak telah menggunakan Bahasa Inggris, mulai dari kata-kata sehari-hari yang sudah merasuk seperti:

  • Handphone,
  • Television (tv),
  • Event organizer,
  • Reception,
  • Master Ceremony,
  • Dan lain-lainnya

Kata-kata yang jarang digunakan namun sebagian masyarakat sudah mengetahuinya cukup banyak dalam kosa kata Bahasa Indonesia, misal:

  • On the way (OTW)
  • By the way (BTW)
  • Brawling
  • Bully
  • Elderly people
  • Dan lainnya.

Oleh karenanya kegiatan Pengabdian pada Masyarakat yang diselenggarakan oleh Perbanas Institute kali ini lebih menitikberatkan kepada pendekatan masyarakat yang membutuhkan pendidikan dasar. Selain itu mahasiswa Perbanas Institute diajak untuk secara langsung mendapatkan pengalaman kekayaan batin dari proses pendampingan di Panti Asuhan.

 

D. Sejarah Panti Yatim Indonesia

Di seluruh Indonesia, jumlah anak terlantar menurut data Kementrian Sosial RI tahun 2010 mencapai  5,4 juta anak. Mencermati dan menganalisa data tersebut, membawa pengelolan Panti Yatim Indonesia pada kesimpulan bahwa pemeliharaan dan pendidikan anak terlantar adalah salah satu agenda yang memerlukan prioritas penanganan bersama di masa yang akan datang.

 

Belajar dari pengalaman selama ini, target mengurangi angka anak terlantar memerlukan langkah strategis yang terkoordinasi dan terintegrasi serta harus menggunakan yang humanis. Disamping kewajiban yang melekat dengan tugas pemerintah, tugas komplementer berupa keterlibatan dan peran serta masyarakat sangat dibutuhkan.

 

Berawal dari kesepakatan beberapa pedagang di lingkungan Pasar Induk Caringin Bandung Jawa Barat Indonesia, pada tahun 1998 lalu tepatnya di Gang Porib III, RT 003/002 Kelurahan Babakan Ciparay, Kecamatan Babakan Ciparay Kota  Bandung, bermodal rumah kontrakan untuk menampung 4 anak yatim untuk disekolahkan, yang  sebelumnya tidur dan mencari makan di sekitar pasar tersebut.

 

Seiring dengan semakin bertambahnya anak yang di tampung, makan dibuatlah lembaga formal pada tanggal 18 April 1998. Bpk. Ade Hendra adalah salah seorang  yang memunculkan nama Nurul Ummah yang berarti Cahaya Umat, disepakati menjadi sebuah  Panti Asuhan di bawah naungan organisasi masyarakat Yayasan Al-fajr. Dibina langsung oleh Dinas Sosial Kota Bandung dan bergabung dalam Forum Komunikasi Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak  (LKSA)  Kota  Bandung.

 

Tahun  2009,  PSAA Nurul Ummah berganti nama menjadi Panti Yatim  Indonesia  (PYI)  dan  mengadakan perubahan manajemen, sistem pelayanan kepada anak asuh dan kepada donatur serta pembukaan beberapa cabang asrama di wilayah kota Bandung, dengan mengusung slogan Menyayangi Sepenuh Hati, kepercayaan donatur kepada kami semakin meningkat. hasilnya terjadi percepatan pembangunan organisasi menuju ke pada arah yang lebih profesionalisme untuk menjadi organisasi yang jujur, amanah dan terbuka.

 

E. LUARAN YANG DIHARAPKAN

Program pengabdian ini bertujuan untuk lebih memotivasi siswa akan Bahasa Inggris ini menggunakan “songs” dan gerak untuk lebih memotivasi siswa di dalam belajar Bahasa Inggris.

Diharapkan siswa dapat tertarik belajar berbahasa Inggris setelah mengikuti pendampingan pengabdian ini.

 

F. FOTO BERBICARA

 




Fungsi Investasi

Besar kecilnya Investasi dinyatakan sebagai/tergantung pada tingkat bunga.

Investasi (I) merupakan fungsi dari tingkat bunga (i)

I = f (i),

I  = Io – pi

Keterangan:       Io = autonomous investment

i    = tingkat bunga

p  = proporsi investasi terhadap tingkat bunga

  • Fungsi investasi di atas adalah fungsi permintaan akan investasi
  • Semakin tinggi tingkat bunga semakin kecil permintaan akan investasi –> investasi turun
  • Semakin rendah tingkat bunga semakin besar permintaan akan investasi –> investasi naik

 




Individual Competitiveness (IC)

Mau survive? Ya berkompetisi-lah.

Inilah kalimat singkat yang tertera di sudut kamar seorang remaja.

Kesadaran akan cepatnya perubahan yang terjadi di sekitar, membuat munculnyal sebuah kekuatan dari dalam diri untuk tetap bisa eksis.  Internal motivation menjadi kunci utama untuk survive.

Globalisasi yang kita alami saat ini menuntut competitive advantages dari masing-masing diri pribadi, antara lain kematangan karakteristik individu, ketrampilan mengolah data, kemahiran membaca situasi.   Kekuatan individu ini kemudian juga melekat dan menjadi kekuatan pada kelompok dan organisasi.

Dari kacamata psikologi, kematangan karakteristik ini dapat dilihat pada tiga hal, yaitu: skill, knowledge, dan ability.   Keterampilan berkomunikasi merupakan satu atribut terpenting penunjang keberhasilan dalam bekerja.    Pengetahuan akan hal-hal yang diperlukan untuk berkompetisi, akan menjadi bekal penting untuk merealisasikan ability yang ada dimiliki masing-masing individu.   Kemampuan mengolah data dan kemudian menganalisisnya, akan menjadi kekuatan bagi masing-masing pribadi untuk berkompetisi.

Dan, sebagai sebuah kesatuan global, selain competitive advantage yang ada pada masing-masing pihak, terdapat comparative advantage yang bisa saling melengkapi.   Sebagai contoh, Dinda memiliki keunggulan sebagai pribadi yang terampil berkomunikasi.  Emon memiliki keunggulan sebagai individu yang trampil mengoperasikan aplikasi media sosial.  Rimo memiliki keunggulan mereparasi instalasi peralatan listirk.   Comparative advantage ini akan menjadi kekuatan yang saling melengkapi.

Competitive advantage yang dimiliki masing-masing pribadi bisa menjadi “keunggulan relatif” terhadap entitas lainnya, yang disebut juga dengan comparative advantage, keunggulan yang tidak dimiliki oleh invividu yang lain, yang kemudian bisa “melengkapi”.

Masing-masing individu akan dituntut untuk mengeluarkan seluruh potensi, berkompetisi, bila tidak mau terlibas dan juga dilibas.   Kekuatan kognitif, afektif, dan konatif menjadi atribut-atribut penunjang kompetisi yang semakin kompetitif.

Di era yang serba digital, individual competitiveness, menjadi kunci survivalitas.

 

“The future belongs to those  who believe in the beauty of their dreams”

(Elenor Roosevelt)

 




ENVISAGING GLOOMY FUTURE

The last of the product life cycle stages is the Decline stage, which as you might expect is often the beginning of the end for a product. When you look at the classic product life cycle curve, the Decline stage is very clearly demonstrated by the fall in both sales and profits. Despite the obvious challenges of this decline, there may still be opportunities for manufacturers to continue making a profit from their product.

Challenges of the Decline Stage

  • Market in Decline: During this final phase of the product life cycle, the market for a product will start to decline. Consumers will typically stop buying this product in favour of something newer and better, and there’s generally not much a manufacturer will be able to do to prevent this.
  • Falling Sales and Profits: As a result of the declining market, sales will start to fall, and the overall profit that is available to the manufacturers in the market will start to decrease. One way for companies to slow this fall in sales and profits is to try and increase their market share which, while challenging enough during the Maturity stage of the cycle, can be even harder when a market is in decline.
  • Product Withdrawal: Ultimately, for a lot of manufacturers it could get to a point where they are no longer making a profit from their product. As there may be no way to reverse this decline, the only option many business will have is to withdraw their product before it starts to lose them money.

Benefits of the Decline Stage

  • Cheaper Production: Even during the Decline stage, there may be opportunities for some companies to continue selling their products at a profit, if they are able to reduce their costs. By looking at alternative manufacturing options, using different techniques, or moving production to another location, a business may be able to extend the profitable life of a product.
  • Cheaper Markets: For some manufacturers, another way to continue making a profit from a product during the Decline stage may be to look to new, cheaper markets for sales. In the past, the profit potential from these markets may not have justified the investment need to enter them, but companies often see things differently when the only other alternative might be to withdraw a product altogether.

 

Product Life Cycle Management

Many products going through the Decline stage of the product life cycle will experience a shrinking market coupled with falling sales and profits. For some companies it will simply be a case of continuing to manufacture a product as long as it is economically viable, but withdrawing it as soon as that’s not the case. However, depending on the particular markets involved, some companies may be able to extend the life of their product and continue making a profit, by looking at alternative means of production and new, cheaper markets. Even in the Decline stage, a product can still be viable, and the most successful manufacturers are those that focus on effective product life cycle management, allowing them to make the most from the potential of each and every product the company launches.

http://productlifecyclestages.com/product-life-cycle-stages/decline/

 

Stage 4 of Product Life Cycle – Stage of decline

1 product, 10 competitors, minimum profits, huge amount of manpower and resources in use – A typical scenario which a product might face in its last stage. In this stage the expenditures begin to equal the profits or worse, expenses are more than profits.

Thus it becomes a typical scenario for the product to exit the market. It also becomes advantageous for the company as the company can use resources it was spending on the declining product on an altogether different project.

Characteristics of Decline stages of Product life cycle

  1. Market is saturated
  2. Sales and profits decline
  3. Company becomes cost conscious
  4. A lot of resources are blocked in rejuvenating the dead product.
  5. There are only three options left with the company:
    • Re positioning or Rebranding of the product to extend product life cycle
    • Maintain the product as it is and reduce costs to get maximum profits till the product can produce profits
    • Take the product off the market.

Summary of the product Life Cycle

Characteristics of the Product life cycle

Stages Decline
1. Sales Declining Sales
2. Costs Low cost per customer
3. Profits Declining Profit
4. Customer Laggards
5. Competitor Declining numbers.

Objectives of Product Life Cycle

Stages Decline
Objectives: Reduce expenses & cut brands

Strategies of Product life Cycle

Stages Decline
1. Product Phase out weak products
2. Price Cut price OR SOLD IN PIECE RATE
3. Distribution Selective phase out of unprofitable unit
 4. Advertising Reduce to retain hard core loyals
5. Sales

Promotion

Reduce to minimum level

 

http://www.marketing91.com/product-life-cycle/




“Pulang”

“Mbak Lin, mau ke mana?”, tanyaku tepat di jam pulang kantor, tepat jam 15.30 sore tadi.

“Pulang dong, bu, sudah capakep banget nih, seharian ngerjain laporan bkd,” jawab sahabatku yang ceria ini.

“Oke deh, ketemu besok lagi ya,” kataku, yang dibalas dengan lambaian tangannya sambil tertawa kelelahan.

Mau kemana lagi kita setelah seharian melakukan aktivitas di kampus?  Pulang ke rumah, kan.   Bahkan Doni, anak keponakan usia 2 tahun, selalu merengek-rengek minta “pulang” ke rumahnya setiap lebih dari satu jam bermain di rumah budenya.

“Pulang” menjadi kata yang mengandung makna memberikan kelegaan.  “Pulang” juga diartikan sebagai rumah, tempat mengembalikan pemulihan energi setelah terkuras di kantor.   “Pulang”, menjadi ramuan ajaib untuk mendapatkan kekuatan kembali setelah “kehabisan tenaga” kena macet di jalanan yang aduhai padatnya.     Kata pulang menjadi sebuah mantra yang memberi pemulihan, sekaligus kelegaan bagi diri seseorang.    Kata pulang  sekaligus dapat disertai dengan gambaran sebuah tempat atau rumah, di mana seseorang dapat perlindungan dari hujan, badai, panas, dan terik matahari.     Dapat dibayangkan betapa menderitanya ketika seseorang kebingungan mencari sebuah tempat untuk melepas lelah.

Dan, kata pulang itu sendiri secara harafiah juga diartikan sebagai pamungkas dari sebuah perjalanan kehidupan.    “Telah berpulang dengan damai”, begitu yang kubaca di salah satu surat kabar, ketika salah satu  tetangga meninggal karena usia senja.

Have a blessed day, teman-teman.