Anotasi “Building the Learning Organization”

Judul : Building the Learning Organization
Pengarang : Michael J. Marquardt
Penerbit : Davies-Black Publishing, Inc.
Tahun : 2002
ISBN : 0-89106-165-7
Jumlah Halaman : 287

TUJUAN. Menjelaskan bagaimana bisnis dapat beradaptasi dan bertahan hidup dalam lanskap yang berubah dengan cepat dan membangun landasan untuk menjadi organisasi belajar.

POKOK BAHASAN. Bab satu menilai meningkatnya kekuatan sosial, politik, dan ekonomi serta harapan baru dari pekerja, pelanggan, dan bahkan masyarakat yang menginginkan munculnya organisasi yang mau belajar. Bab ini membahas delapan kekuatan penting yang menyebabkan terjadinya pergeseran dari lembaga yang berdasarkan pada manufaktur (pekerjaan manual) menjadi mentofacturing (pekerjaan mental). Bab dua memperkenalkan model sistem organisasi yang belajar dengan ulasan dan sinopsis singkat dari lima subsistem, yaitu: pembelajaran, organisasi, orang, pengetahuan, dan teknologi. Juga dibahas sifat yang interaksional dan saling melengkapi dari subsistem tersebut. Dimensi, prinsip, praktek, dan cita-cita dari lima subsistem tersebut dijelaskan dalam bab-bab 3-7. Setiap bab berisi contoh-contoh praktik terbaik dari organisasi pembelajaran di seluruh dunia. Di akhir setiap bab, penulis membuat daftar 10 strategi pelaksanaan dalam membangunan subsistem untuk dibahas. 10 strategi pelaksanaan tersebut adalah : 1). Mendorong dan memampukan staf untuk terhubung dengan pusat informasi, 2). Mengembangkan pusat pembelajaran multimedia berbasis teknologi, 3). Mengembangkan dan menggunakan berbagai teknologi pembelajaran jarak jauh, 4). Menggunakan teknologi untuk memahami pengetahuan dan gagasan internal dan eksternal, 5). Memperoleh dan mengembangkan kompetensi di groupware dan teknologi pembelajaran mandiri, 6). Menerapkan kinerja sistem dukungan elektronik, 7). Merencanakan dan mengembangkan sistem pembelajaran terkini, 8). Membangun teknologi dan kemampuan courseware, 9). Menggunakan intranet untuk pelatihan, 10). Meningkatkan kemampuan staf manajemen dan sumber daya manusia,  Bab delapan menjadi organisasi pembelajaran memberikan kerangka kerja dan pedoman umum, serta 16 langkah, untuk menjadi organisasi pembelajaran. 16 langkah tersebut adalah: 1). Berkomitmen untuk menjadi organisasi pembelajaran, 2). Membentuk koalisi yang kuat untuk perubahan, 3). Menghubungkan pembelajaran dengan operasional bisnis, 4). Mengkaji kemampuan organisasi terhadap setiap subsistem dari model sistem organisasi pembelajaran, 5). Mengkomunikasikan visi organisasi pembelajaran, 6). Mengakui pentingnya sistem berpikir dan bertindak, 7). Pemimpin memberikan contoh dan menjadi model dengan berkomitmen pada pembelajaran, 8). Merubah budaya organisasi menjadi organisasi yang melakukan pembelajaran dan peningkatan yang berkelanjutan, 9). Menetapkan strategi skala perusahaan untuk belajar, 10). Mengurangi birokrasi dan merampingkan strukturnya, 11). Memperluas pembelajaran di seluruh rantai bisnis, 12). Menguasai pembelajaran dan mengajarkan pengetahuan, 13). Memperoleh dan menerapkan teknologi terbaik untuk pembelajaran terbaik, 14). Menciptakan kemenangan jangka pendek, 15). Mengukur pembelajaran dan menunjukkan keberhasilan belajar, 16). Beradaptasi, meningkatkan, dan belajar terus menerus.

KEKHASAN. Buku ini dibuat oleh penulis berdasarkan pengalamannya dengan ratusan organisasi belajar. Buku ini memandu para pemimpin melalui setiap subsistem dengan informasi mendalam. Banyak diberikan contoh nyata dari organisasi pembelajaran yang sukses.

REKOMENDASI. Buku ini sangat baik sekali untuk orang yang ingin mengetahui organisasi belajar, dan untuk dapat melengkapi sebaiknya juga membaca buku Peter Senge “The Fifth Discipline”.




KATAKAN DENGAN BUNGA

Bunga, siapa yang tak kenal  dan yang tak kan tertarik pada Bunga… apalagi bunga Bank. Bunga yang akan disampaikan disini adalah Bunga sebagai ungkapan dalam momen apapun yang suka maupun yang duka.

Sesuai dengan perkembangan zaman, masyarakat saat ini sudah mulai menerima perubahan karena tanpa disadari perubahan yang terjadi mempengaruhi gaya hidup mereka dimana berdampak pada tuntutan kebutuhan hidup. Adanya peningkatan kebutuhan dari kebutuhan sekunder yang belakangan ini sudah menjadi suatu kebutuhan primer. Dalam pemenuhan kebutuhan manusia sangat penting didukung  fenomena sosial yang semakin berkembang dilihat dari sisi perkembangan budaya.

Memasuki kawasan pasar bunga Rawa Belong seperti memasuki taman bunga. Berbagai jenis bunga cantik dengan beragam warna akan memanjakan mata , kala menjejakkan kaki di pasar bunga Rawa Belong , samar-samar aroma bunga pun menyeruak hidung saat masuk bagian dalam pasar.

Related imageImage result for pasar bunga rawa belongImage result for pasar bunga rawa belongImage result for pasar bunga rawa belongImage result for jenis bunga hias

Pasar ini tidak pernah sepi pengunjung terutama hari-hari yang berkaitan dengan pengadaan bunga dimulai pada hari kamis malam sampai minggu pagi para pedagang sibuk melayani pembeli  bunga untuk keperluan  seperti acara perkawinan, acara kantor dan kegiatan-kegiatan lainnya , yang tentu bunga tidak pernah luput jadi perhatian untuk menjadikan daya tarik pada  acara-acara yang di gelar. Pasar bunga ini  dihuni oleh 400 lebih pedagang. Usaha mereka dari pedagang bunga, pendekor dan penyedia alat-alat dekor dan disekitar pasar itu juga banyak pedagang –pedagang yang bukan bunga namun sangat berarti bagi pedagang bunga .

Konsep pemasaran yang memberikan pengalaman unik kepada pelanggan dikenal  dengan istilah Emotional Marketing . konsep ini berusaha menghadirkan  pengalaman  yang unik, positif dan mengesankan kepada konsumen. Dengan demikian konsumen akan merasa ada sesuatu yang berbeda dan pengalaman selama menikmati produk/jasa dari pasar  ini dan akan tertanam dalam pikiran mereka. Sehingga nantinya pengunjung tidak hanya akan puas dan loyal tapi juga menyebarkan informasi mengenai produk bunga Rawa Belong  secara word of mouth.

Di dalam perkembangannya, pemasar berlomba-lomba untuk menduduki posisi pemimpin pasar dan setidaknya selalu menciptakan suatu kepercayaan konsumen terhadap produknya, yang dilakukan  dengan cara mempertajam citra merek (brand image). Brand image adalah persepsi konsumen ketika melihat suatu produk yang didasarkan pada kenyataan dan biasanya dikaitkan dengan kualitas pelayanannya. Citra merek yang kuat memberikan sejumlah keunggulan seperti: posisi pasar yang superior dibandingkan pesaing, kapabilitas unik yang sulit ditiru, loyalitas pelanggan dan pembelian ulang yang lebih besar, dan lain-lain.

Pasar bunga Rawa Belong  salah  satu lokasi penjualan bunga terbesar dan  terkenal yang ada pada saat ini. Pasar Bunga adalah sebuah tempat berkumpulnya pedagang dan petani bunga potong segar untuk memenuhi kebutuhan pasar di wilayah Jabodetabek bahkan luar kota dan seluruh indonesia. Untuk menciptakan brand image maka pihak pengelola pasar di bawah pengawasan dinas pertanian  dengan nama Pusat Promosi Bunga membuat masyarakat semakin tahu bahwa bunga adalah identik dengan  Rawa Belong.

Daya tarik produk merupakan pertimbangan bagi para pedagang karena menjalankan bisnis bagi para pedagang adalah apa yang dibisniskan mempunyai daya tarik dan bunga merupakan daya tarik tertentu. Konon perdagangan bunga sudah di lakukan secara turun temurun dan merupakan tinggalan budaya dari masyarakat Betawi . Andalan kegiatan ekonomi di wilayah tersebut adalah bercocok tanam dari bibit bunga, tanaman hias, tanaman daun untuk hias  sampai pendekor taman, bendekor pelaminan yang semuanya mengandung unsur bunga dan daun. Keragaman produk untuk membentuk pertumbuhan bisnis semakin lama semakin berkembang sesuai kebutuhan masyarakat yang semakin dituntun seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi.

Tranformasi kewirausahaan sangat terlihat dengan beralihnya antar generasi yang  diwarisi perdagangan bunga potong. Perubahan ini akan mendatangkan pelaku-pelaku bisnis baru yang datang dari berbagai daerah dan paling banyak dari Jawa Barat. Tranformasi pola pikir (mindset) dan paradikma (paradigm), yaitu sebuah tranformasi pemikiran, sikap, motif semangat dan karakter yang lama untuk berubah menjadi seseorang yang  berpikiran sama dengan seorang entrepreneur yang cerdas.

Jenis Bunga  untuk memenuhi kebutuhan Suka dan Duka:

Melati, Mawar, Hebras, Cateliya, Lily, Casablanca, Sedap Malam, Kenanga,  macam2 bunga Anggrek, Aster, Azalea, Asoka, Anyelir, Krisan dan masih banyak jenis bunga lokal maupun impor serta pendukung lain untuk pelengkap bunga seperti dedaunan dan pandan. Selain itu di Rawa Belong merupakan pusat pelengkap dekor yang cukup beragam.

Bunga-bunga yang di jual untuk keperluan acara  seperti:

  1. Bunga rangkaian yang cantik
  2. Bunga papan untuk memenuhi kebutuhan acara Wedding, Duka Cita, Grandopening, Anniversary dll
  3. Bunga Duka Cita/bunga tabur sampai perlengkapan jenazah
  4. Bunga rangkaian Hand Bouquet
  5. Bunga melati berbagai roncean untuk keperlun Hias Penganten
  6. Bunga untuk keperluan Dekorasi pelaminan tradisional maupun modern.

Bunga selamanya dibutuhkan manusia dalam momen apapun dan dimanapun, katakan dengan bunga sebagai penyejuk hati.




MENGAPA ORANG SUKA PRODUK IMITASI

Kebutuhan masyarakat Indonesia saat ini akan tata busana atau fashion sangatlah tinggi. Barang-barang mahal dan bermerek terkenal saat ini menjadi suatu keharusan untuk menambah penampilan secara individu yang menjadikan pencitraan diri dalam pergaulan di masyarakat. Barang imitasi  sering dikatakan barang KW adalah barang tiruan yang sering diburu oleh konsumen dengan yang mempunyai daya beli sesuai kantong ekonominya. Barang imitasi bermerek bukan merupakan barang yang dipakai mengurangi penampilan, bahkan orang akan semakin percaya diri karena mempunyai keyakinan hanya sedikit atau orang-orang tertentu saja yang menggunakan barang asli dengan harga yang mahal. Tidak sedikit pula orang yang berduit pun tertarik barang tiruan karena pertimbangan fashion saja dan karena tampilan produk yang mengundang keinginan untuk membeli ternyata produk imitasi juga mempunyai tingkatan kualitas yang dibuktikan dengan tingkatan harga pula.

Barang imitasi juga laku dipasaran karena alasan sbb:

  1. Barang tidak kalah  jauh dari kualitas  produk yang asli
  2. Harga terjangkau karena pertimbangan kebutuhan
  3. Mudah untuk menemukan barang tiruan
  4. Produsen, pemasar  maupun konsumen tidak pernah dipermasalahkan dengan hukum
  5. Konsumen masih mempunyai derajat dengan memilih tingkat KW sampai yang memiliki kualitas mirip dengan aslinya adalah KW super
  6. Gaya hidup dan perilaku konsumen  dengan pertimbangan barang-barang pakai karena trend.

Pada umumnya yang menggunakan barang tiruan justru orang yang tau membedakan mana barang asli dan mana yang bukan asli, sebetulnya mereka sadar membeli barang tiruan tersebut. Kalau kita bandingkan dengan orang yang tidak tau mana barang asli dan tiruan , mereka membeli berdasarkan kemampuan beli yang rendah dengan niat membeli barang yang murah. Contoh : beberapa nama produk tiruan

sepatu mike! [image source]adidas palsu [image source]https://i1.wp.com/www.boombastis.com/wp-content/uploads/2015/08/8.-restoran-khusus-kopi.jpg?w=605pizza huh [image source]Nokla [image source]




SDM berkarakter syariah

Ada tiga dimensi didalam islam yaitu aqidah, syariah dan akhlak. Ketiga dimensi ini tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya bagi seorang muslim agar dapat dikatakan sebagai muslim yang “Kaffah”. Inspirasi dari ketiga dimensi tersebut berasal dari Firman Allah didalam QS 14:24 yang menunjukkan bahwa aqidah dapat diisyaratkan sebagai akar sebuah pohon yang menghujam jauh kedalam bumi sehingga bangunan pohon akan kuat tegak berdiri, sedangkan batang pohon yang menjulang tinggi kelangit adalah syariah serta daun dan buah dari pohon yang begitu lebat adalah akhlak yang mulia.

Berangkat dari pemikiran tersebut maka jika bicara mengenai kriteria SDM (sumber daya manusia) didalam islam maka itu berarti menggambarkan kriteria manusia yang kaffah dan diibaratkan seperti sebuah pohon yang kokoh sebagaimana digambarkan diatas.

Persoalan SDM ini penting dikedepankan mengingat pertumbuhan bisnis syariah yang cukup pesat dan melebar dengan berbagai aspek bisnis sehingga sangat wajar jika kebutuhan akan jumlah tenaga kerja dalam bisnis syariah-pun terus meningkat, namun disadari bahwa kebutuhan akan tenaga kerja yang ‘Kaffah” tentu tidak mudah dapat terpenuhi sebagaimana percepatan pertumbuhan bisnis syariah.

Hal ini menjadi persoalan bagi pemangku kepentingan yang bergerak dalam bisnis syariah karena disadari bahwa sumber daya manusia yang ada belum tentu kaffah, apalagi SDM yang selama ini bergerak dalam bidang bisnis syariah banyak yang berasal dari SDM yang beraktivitas dalam bisnis non syariah dan kemudian “dibajak” untuk hijrah ke bisnis syariah hanya untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja. Persoalan tentang pengetahuan/ketrampilan dalam pekerjaan tentu akan sangat mudah dipelajari misalnya dalam bentuk mengikuti berbagai pelatihan, namun melahirkan seorang pekerja yang kaffah tentu tidaklah mudah.

Oleh karena itu, perlu penekanan dalam aspek tertentu untuk melahirkan pekerja yang memiliki ruh islam kaffah (jika belum mampu kaffah), untuk itulah diperlukan perioritas pembangunan karakter islami (menurut istilah Riawan Amin adalah berkarakter yang berkepribadian syariah).

Jika pembentukan karakter dilakukan dengan melakukan penekanan tertentu terlebih dahulu maka pilihannya adalah yang diutamakan dan didahulukan selayaknya penekanan dan penguatan dalam bidang aqidah yaitu untuk memperkuat Aqidah. Kenapa aqidah? Sebagaimana diuraikan diatas bahwa aqidah diibaratkan seperti akar pohon yang mestinya terhujam jauh kedalam bumi. Semakin kuat dan mengakar aqidahnya maka seorang pekerja akan semakin mudah batangnya (syariahnya) menjulang kelangit dan semakin besar kemungkinannya akhlaknya mulia dan memberi manfaat bagi semesta.

Bicara aqidah maka hal tersebut adalah persoalan tauhid (baik tauhid rububiyah/meyakini bahwa Allah adalah sang pencipta, tauhid uluhiyah/meyakini bahwa hanya Allah yang patut disembah dan asma wa sifat), kekuatan dalam masalah aqidah ini akan melahirkan misalnya rasa takut berbuat curang, rasa takut untuk berbuat dzolim terhadap apapun, rasa selalu diawasi oleh Allah dan lain-lain karakter yang positif dan merupakan nilai-nilai mulia yang diakui secara universal). Namun diatas segalanya yang penting adalah, dari aqidah yang lurus akan lahir pribadi-pribadi yang berkarakter mulia dan mencontoh karakter manusia teladan yaitu Nabi Muhammad SAW sebagaimana diisyaratkan didalam Al Quran Surat Ali Imran ayat 31 yang terjemahannya berbunyi : jika engkau mencintai Allah maka ikutilah aku (Muhammad SAW). Wallahu a’lam




Puisi Dalam Rangka Hari Guru (dan Dosen)

Menyambut hari Guru kemarin.. Dosen pun ikut kecipratan mendapat ucapan selamat, walaupun.. Dosen tidak sama dengan Guru (untuk sebutannya) tapi sama-sama bertugas menyampaikan ilmu dan mendidik.

Selain ucapan selamat, saya mendapat dua buah puisi dari teman-teman. Senang dan bahagia rasanya walau hanya sebuah puisi.

Jangan aneh kalau  isi puisi seperti curcol. Karena kalau ada acara dan saya bawa kamera, teman-teman suka jadi objek foto candid saya. Sampai.. ada kalimat: “awas.. ceu nani udah pegang kamera”. Dan langsung pada pasang muka manis. Hahahahaha..

Maafkan ya teman-teman *senyum manis*

Puisi 1

Oooh ceu naniii..
Engkau adalah pahlawan yg kunanti..
Saat aku bersamamu,aku selalu mencari alibi..
Karena engkau suka menjadi paparazi..
Ceu nani,janganlah engkau berhenti..
Karena engkau adalah dosen dan paparazi yg terkini..

Karangan: Didy Caem

 

Puisi 2

Oh ceu nani….
Yg hoby ketawa ketiwi
Kerjamu wara wiri
Tak jelas kesana kemari
Kapankah kau akhiri
Keahlian mu foto sana sini

Karangan: Clara R.

 

Hug & Kiss for you girls




Konsekuensi-Konsekuensi Negatif dari Modernisme dan Peralihan ke Posmodernisme: Bagian I

Modernisme dipahami sebagai suatu paham yang meyakini adanya kemajuan yang bersifat linier dan kebenaran yang absolut dan perencanaan yang rasional atas tatanan-tatanan sosial yang ideal, serta standarisasi pengetahuan dan produksi. Kemajuan ilmu pengetahuan  di masa lalu, terutama di dalam ilmu-ilmu alam atau sains tidak dapat dilepaskan dari pengaruh paham ini. Pada gilirannya, banyak kemajuan yang dihasilkan di dalam kehidupan di abad keduapuluh.

Akan tetapi, modernisme mewariskan konsekuensi-konsekuensi  negatif juga. Konsekuensi-konsekuensi ini perlu disadari dan dikritisi agar masyarakat lebih siap menjalani kehidupan yang sejahtera di abad keduapuluhsatu.

Perubahan pola pikir mendasar tentang realitas kehidupan sosial pada akhirnya perlu dikembangkan agar mampu mengatasi keterbatasan-keterbatasan modernisme, bahkan mampu melampaui atau menemukan model baru yang lebih tepat untuk masyarakat masa kini dan masa depan. Ada kalangan yang menganjurkan alternatif pemahaman berupa posmodernisme.

I. Bambang Sugiharto (1996) di dalam bukunya, Posmodernisme: Tantangan Bagi Filsafat mencatat enam bentuk konsekuensi buruk dari modernisme bagi alam dan manusia. Konsekuensi-konsekuensi buruk (Sugiharto, 1996:29-30):

  1. Pandangan dualistik dari modernisme yang membagi seluruh kenyataan menjadi subyek-obyek, spiritual-material, manusia-dunia dan sebagainya telah mengakibatkan pengobyekan, pengurasan, dan perusakan alam.
  2. Pandangannya yang bersifat obyektivistik dan positivistik pada akhirnya menjadikan manusia dan masyarakat sebagai obyek dan dapat direkayasa layaknya mesin.
  3. Pengacuan pada ilmu-ilmu positif-empiris sebagai standar kebenaran tertinggi menyebabkan kemerosotan wibawa–dengan konsekuensi, disorientasi–nilai-nilai moral dan religius.
  4. Ditetapkannya materialisme sebagai kenyataan terdasar (ontologi) mendukung pola hidup yang berorientasi pada kompetisi (dalam pasar bebas) untuk memperebutkan penguasaan hal-hal material, dengan konsekuensinya adalah perilaku dominan individu, bangsa dan perusahaan-perusahaan moderen.
  5. Kecenderungan pada militerisme: Kekuasaan yang menekan dengan ancaman kekerasan, untuk mengatur manusia akibat dilemahkannya norma-norma moral dan religius.
  6. Bangkitnya kembali tribalisme: Mentalitas mengunggulkan suku atau kelompok sendiri; suatu konsekuensi logis dari hukum “survival of the fittest” dan penggunaan kekuasaan koersif.

Konsekuensi-konsekuensi tadi akan dibahas dalam enam tulisan. Setiap tulisan disertai dengan penjelasan-penjelasan yang mendukung adanya kenyataan-kenyataan yang ada di dalam kehidupan masyarakat dan bisnis dewasa ini. Dewasa ini diperlukan pemikiran kritis-kreatif-konstruktif terhadap hal-hal negatif tersebut dan perlu dikembangkan kapabilitas kolektif menuju perubahan paham secara mendasar demi kemajuan kemanusiaan dan peradaban di abad ini.

Pada Bagian I ini akan dibahas konsekuensi buruk yang pertama. Telah dikemukakan bahwa pandangan dualistik dari modernisme yang membagi seluruh kenyataan menjadi subyek-obyek, spiritual-material, manusia-dunia dan sebagainya telah mengakibatkan pengobyekan, pengurasan, dan perusakan alam. Pembahasan akan diperluas sehingga mencakup juga dampak buruk dan strategi untuk mengatasinya dalam konteks tata hubungan di antara bangsa-bangsa maupun di dalam konteks sistem perekonomian.

Pandangan dualistik mencakup pendekatan bipolar dan merupakan opisisi biner. Pandangan ini senantiasa membagi kenyataan-kenyataan hidup dalam dua kutub yang saling berlawanan atau memiliki konflik yang inheren  dengan hasil akhirnya adalah dominasi yang satu terhadap yang lain. Contoh-contoh tentang dualitas biner semacam ini dilakukan juga dalam pola pandang, kebijakan, dan pola perilaku di dalam penataan hubungan-hubungan di antara laki-laki-perempuan; Barat-Timur; majikan-buruh; atasan-bawahan; dunia kerja-urusan keluarga; principal-agent; dan seterusnya.

Di dalam uraian ini akan dikemukakan tiga hubungan yang digagas secara dualistik dengan dampak-dampak buruknya yang aktual atau potensial sangat serius. Kemudian dikemukakan perkembangan atau praktek yang mampu mengatasi dualisme tersebut.

Di dalam konteks hubungan antara manusia dan alam, modernisme tercermin dengan baik melalui antroposentrisme. Manusia adalah subyek dan alam adalah obyek yang sudah sewajarnya dieksploitasi demi kebaikan manusia. Kerusakan alam yang parah karena paham ini telah menunjukkan bencana-bencana yang tak terperikan bagi umat manusia. Utamanya, perubahan iklim dengan dampak-dampak mengerikan bagi umat manusia, seperti banjir bandang yang merenggut nyawa manusia selain menghancurkan hasil-hasil pembangunan fisik. Kekeringan yang panjang berakibat pada krisis pangan-kelaparan-kemiskinan, munculnya aneka penyakit. Bahkan, peperangan-peperangan besar dapat terjadi karena dipicu oleh perebutan sumber-sumber alam yang makin langka. Tidak berhenti di situ saja. Planet bumi yang sedang sakit dapat berakhir pada pergeseran kutub secara total, yang di dalam agama-agama digambarkan sebagai kondisi kiamat.

Paham antroposentrisme kini digantikan dengan paham  deep ecology, biosentrisme dan  ekosentrisme. Paham baru ini mengakui adanya nilai hakiki intrinsik pada alam. Alam pada dirinya sendiri adalah akhir atau tujuan tertinggi. Sikap manusia pada tingkat minimum adalah membiarkan alam apa adanya. Lebih dari itu, alam perlu dirawat dan dikembangkan. Manusia dan alam bukan lagi oposisi biner melainkan sahabat yang saling mengisi dan saling menumbuhkan secara sehat.

Dalam konteks Barat-Timur, hubungan diametral di antara negara-negara yang tergolong di dalam dunia Barat berhadapan dengan Timur pernah terjadi di abad dua puluh. Ketegangan-ketegangan yang terjadi telah menimbulkan korban yang tidak sedikit. Pada penghujung abad keduapuluh, dekolonialisasi dikokohkan sebagai praktik yang harus dilakukan agar diobati luka-luka dalam yang terjadi akibat perseteruan sengit di masa lalu. Perjuangan bangsa-bangsa untuk menemukan suatu harmoni di dalam perbedaan menunjukkan keasadaran tentang berbahayanya konsekuensi buruk dari modernisme dan diperlukannya upaya kolektif untuk menemukan “solusi menang-menang” (“win-win solution)” ketimbang “solusi menang-kalah” yang lazim pada pola pikir modernisme.

Dalam konteks bisnis, modernisme memahami hubungan diametral antara majikan dan pekerja. Di dalam cara pandang modernisme, kita dapat memahami keberadaan kapitalisme di satu sisi dan sosialisme-komunisme di ujung yang lain. Perbudakan di masa lalu mencerminkan modernisme. Kini perusahaan-perusahaan dikembangkan dengan menawarkan kepemilikan saham oleh karyawan melalui Employee Share Ownership Programme (ESOP). Bahkan, koperasi-koperasi bermunculan sebagai bentuk yang mengatasi dikotomi perusahaan-konsumen, karena anggota sekaligus konsumen dan pemilik perusaahaan. Prof. Muhammad Yunus mampu mewujudkan transformasi orang-orang tidak berpunya menjadi pemilik bank melalui Grameen Bank yang kini banyak diadopsi di luar Bangladesh. Dunia mengapresiasinya dengan penganugerahan hadiah Nobel.

Semuanya itu, sekali lagi menunjukkan dampak-dampak buruk yang diakibatkan oleh dan/atau diwairisi dari modernisme di dalam kehidupan kita di abad dua puluh satu ini. Sekaligus dapat ditunjukkan tentang upaya-upaya kreatif yang mendekonstruksi pola pikir modernisme demi memajukan kehidupan umat manusia. Naluri kehidupan senantiasa cenderung pada kesatuan yang utuh dan senantiasa. Oleh karena itu, akan senantiasa ditemukan titik temu yang mampu mengakomodasi perbedaan-perbedaan yang mendasar sekalipun. Diversity management atau kemampuan mengakomodasi paradoks-paradoks merupakan ciri pemikiran alternatif yang mestinya menjadi pegangan di masa kini, yaitu posmodernisme.




Robots and Automation May Not Take Your Desk Job After All

Peran teknologi dan mesin untuk menggantikan fungsi manusia akankah perlu dicemaskan dimasa yang akan datang ?

https://hbr.org/2016/11/robots-and-automation-may-not-take-your-desk-job-after-all




JANGAN SAMPAI HAL INI TERJADI DALAM PEMASARAN

  1. Salah merespon perubahan

Dunia sudah berubah, tetapi masih menikmati kenyamanan

  1. Salah melihat peluang

Peluang sudah terhampar, tetapi masih melihat peluang di depan mata yang memberikan kepuasan sesaat

  1. Salah promosi

Kurang waktu untuk mengingatkan masyarakat bahwa produk/jasa masih tersedia  di masyarakat

  1. Salah konsep pemasaran diri-sendiri

Terlalu percaya diri, sehingga mengganggap bahwa kesuksesan diri sendiri

  1. Salah membuat perencanaan pemasaran.

Merencanakan memasarkan produk tetapi yang digunakan konsep jasa

  1. Salah membuat rencana darurat

Perubahan ekonomi bisa terjadi setiap saat, tetapi tidak diantisipasi

  1. Salah memilih konsep pemasaran

Konsep western tetapi diterapkan pada pedesaan

  1. Salah menentukan tujuan

Memasarkan produk untuk sekali pakai untuk jangka pendek dengan bungkus yang kuat, harga mahal,                         penyimpanan tahan lama, dan ditawarkan kepada perorangan

  1. Salah mendeskripsikan bisnis-nya

Segmen yang dituju berbeda dengan keadaan usaha saat ini

  • Salah menganalisis pasar

Pasar yang dituju adalah pasar kalangan atas tetapi menggunakan cara sederhana

  • Salah menentukan barang dan jasa yang akan dipasarkan

Barang/jasa yang dipasarkan untuk kebutuhan grosir dipasarkan ke pengecer

  • Salah memilih tempat memasarkan

Tempat untuk kalangan atas dipilih di tempat di kalangan bawah

  • Salah memilih waktu

Memasarkan makan pagi tetapi baru buka jam 09.00 pagi

  • Salah memilih SDM

SDM pemasaran menggunakan jiwa non-pemasaran

  • Salah informasi

Informasi yang diperoleh adalah sampah sehingga menghasilkan kebijakan sampah (Garbage In Garbage                   Out)

  • Salah merencanakan keuangan

Memasarkan kepada perorangan menggunakan iklan di koran nasional dengan biaya yang cukup besar

  • Salah ikut-ikutan (latah)

Mengikuti perubahan tanpa melakukan pengkajian secara cepat dan tepat serta mangkus dan sangkil

 




Pengaruh Subsidi terhadap Keseimbangan Pasar

Bila Pemerintah memberikan subsidi sebesar s per unit terhadap suatu barang, maka

  • S: p = f (Q) setelah pajak –à S1: p = f (Q) – s
  • Eo (Qo,po) setelah pajak –à E1 (Q1,p1)
  • Kurva S1 bergeser ke bawah dan sejajar S lama
  • Subsidi per unit yang diterima oleh konsumen = sd = po -p1
  • Subsidi per unit yang diterima oleh konsumen = ss = s – sd
  • Total Subsidi diterima oleh konsumen = Q1. sd
  • Total Subsidi diterima oleh konsumen = Q1. ss
  • Total Subsidi yang diberikan Pemerintah = S = Q1.s



Pengaruh Pajak terhadap Keseimbangan pasar

Bila Pemerintah mengenakan pajak sebesar t per unit terhadap suatu barang, maka

  • S: p = f (Q) setelah pajak –à S1: p = f (Q) + t
  • Eo (Qo,po) setelah pajak –à E1 (Q1,p1)
  • Kurva S1 bergeser ke atas dan sejajar S lama
  • Pajak per unit yang ditanggung oleh konsumen = td = p1 – po
  • Pajak per unit yang ditanggung oleh konsumen = ts = t – td
  • Total Pajak ditanggung oleh konsumen = Q1. td
  • Total Pajak ditanggung oleh konsumen = Q1. ts
  • Total Pajak yang diterima Pemerintah = T = Q1.t