Bagaimana Media Sosial Menghubungkan Setiap Orang

Fenomena sosial media merupakan “Virus” yang tidak ada habisnya, dimana adanya sosial media membantu orang terhubung dengan orang lainnya tanpa dibatasi ruang dan waktu. Berbagai sosial media yang umumnya kita kenal saat ini seperti Website, Twitter, Facebook, Instagram, Line, Path bahkan Whatsapp menjadi sangat booming sehingga membuat orang terhipnotis untuk menggunakan media tersebut untuk sekedar narsis atau bahkan berbagi informasi.

jejaring

Kondisi diatas kemudian secara langsung berpengaruh pada cara konsumen untuk berkomunikasi dengan produsen atau marketer (pemasar). Mereka memanfaatkan media sosial untuk melakukan interaksi yang bersifat dua arah. Hal ini tentu sangat bermanfaat bagi konsumen, karena selain sifat informasi yang inteaktif, sosial media juga memungkinkan adanya komunikasi langsung yang terjadi sehingga memudahkan konsumen untuk dapat menanyakan secara langsung mengenai produk yang diinginkan.

Keberadaan sosial media ini juga membantu produsen yang selama ini tidak memiliki “LAPAK” offline untuk turut berpartisipasi dalam menawarkan produk dan jasa yang mereka miliki bagi konsumen. Seperti halnya globalisasi yang memiliki arti borderless (tanpa batas) hal ini juga teraplikasi langsung dalam fenomena sosial media pada saat ini. Lokasi atau toko secara nyata tidak wajib dimiliki, namun dengan memiliki account dimedia sosial sudah dapat menjadi “LAPAK ONLINE” yang sangat menguntungkan bagi seluruh produsen.

Salah satu media yang sedang booming saat ini adalah instagram. Karakteritsik dari informasi yang ada diintstagram dapat membantu produsen untuk memposting barang atau layanan yang mereka punya dengan dilengkapi gambar dan spesifikasi produk.Kemudian dengan segera respon dari konsumen yang puas atau tidak puas dengan suatu produk dapat memberikan testimoni langsung. Testimoni tersebut kemudian menjadi penghubung antara konsumen baru dan potential customer, seperti yang ada pada gambar dibawah ini :

img_2264img_2263

Adanya sosial media memberikan keuntungan langsung tanpa perlu mengelurkan biaya dalam jumlah besar.




Kontradiktif Pasar Wisata oleh Edy Sukarno

Indonesia dikenal indah alamnya dengan sangat banyak obyek-obyek wisata di berbagai pelosok tanah air.  Bali sangat terkenal dan menjadi destinasi utama para wisatawan manca negara.  Namun menyimak berita di harian Bisnis Indonesia 12 Oktober 2016, saya tercengang nian.  Ditulis di situ bahwa Pemerintah Jepang bakal meningkatkan turis asal Indonesia sebanyak 25% pada tahun ini.  Direktur Eksekutif Japan National Tourism Organization Hideki Tomioka menyatakan tahun lalu realisasi turis dari Indonesia ke Jepang sebanyak 200.000 kunjungan.

Usaha promosi yang dilakukan antara lain melalui fam trips serta menggandeng sejumlah public figure dari Indonesia untuk membuat video promosi di Negeri Sakura.  Tahun ini penyanyi Afgan akan membuat video clip lagunya di Jepang timpal Hideki.  Jepang yang sudah menyandang negara termaju di Asia berkat produk-produk otomotif dan infrastruktur, terbukti sangat ambisi untuk mampu menarik wisatawan-wisatwan dari Indonesia.  Berdasarkan data TCVB, tiga negara tujuan wisatawan dari Indonesia adalah Jepang, Singapura dan Australia.

Bagaimana saya nggak tercengang.., di benak yang terlintas justru kebalikannya.  Wisatawan dari Jepang menjadi salah satu terget Pemerintah Indonesia untuk menambah sumber devisa negara.  Dengan fakta seperti di atas, menunjukkan Rakyat Indonesia yang notabene belum sepenuhnya makmur sejahtera ternyata sudah dijadikan target market Pemerintah Jepang untuk destinasi wisata mereka.  Di samping itu, juga mencerminkan jamaknya status sosial rakyat bukanlah kendala berarti bagi Jepang untuk menetrasi pasar wisata.

Kiranya kita perlu mawas diri/introspeksi bagaimana semestinya bersikap dalam mengelola kekayaan bumi pertiwi ini.  Candi Borobudur, Danau Toba, Tanah Toraja, Laut Indonesia Timur dan masih banyak lagi pemandangan alam yang begitu indah seharusnya ditangani dengan baik sehingga mampu menjadi primadona wisata yang handal.  Rakyat jelata perlu literasi maksimal mengenai dunia wisata yang mampu menangkap keindahan dan kekayaan sejati alam Indonesia, sehingga menciptakan paradigma puaskan dan tuntaskan dulu melancong di negeri sendiri baru negeri lain.




Khusnuzon kepada Allah SWT

Akhir-akhir ini saya sedang gemar membaca buku Notes from Qatar yang ditulis oleh Muhammad Assad seorang Enterpreneur muda yang lulusan S2 Qatar dengan bidang ilmu Islamic Finance. Tulisan-tulisan yang dituangkan dalam bukunya berisi tentang perjalanan beliau mendapat beasiswa dan selama belajar di Qatar. Berbagai kejadian yang dialaminya dalam mendapatkan beasiswa baik S1nya di Malaysia maupun S2nya di Qatar serta berbagai pengalaman selama menempuh pendidikannya di negeri orang selalu disikapi dan dituangkan dalam sudut pandang yang positif. Yang lebih mengagumkan, apapun kejadian dalam hidupnya selalu disyukuri dan dikaitkan dengan falsafah hidupnya yang bersandarkan pada Al-Qurán dan hadist.

Salah satu yang dipesankan dalam tulisannya adalah tentang sikaf positive thinking atau khusnudzon kepada Allah SWT. Hal tersebut mengingatkanku pada suatu kejadian di bulan syawal atau pasca iedul fitri 2015. Pada suatu hari di masa liburan iedul fitri tersebut ada Whats App (WA) dari seorang teman dosen dari Universitas Airlangga (Unair) bernama ibu Nisfu Laila yang kebetulan saat itu sebagai Kaprodi Ekonomi Syariah di Universitas Airlangga. Isi WA beliau adalah mengajak saya untuk mengikuti acara call for Paper yang diadakan Unair di Lombok, NTB. Saya awalnya keberatan mengikuti ajakan beliau karena disamping harus mempersiapkan paper dalam waktu singkat juga karena terkendala oleh biaya. Kampus saya bekerja sudah tidak memberikan fasilitas bagi dosen yang ingin menjadi peserta atau presenter/pemateri acara call for paper, yang berarti segala biaya yang ditimbulkan dari acara tersebut menjadi tanggung jawab pribadi saya sebagai dosen.

Namun, karena teman saya tersebut agak memaksa saya agar ikut acaranya, maka saya mulai berfikir untuk mengikuti acara tersebut. Saya mulai meringkas skripsi mahasiswi saya yang temanya agak menarik dan mengkomunikasikan kepada mahasiswi tersebut jika skripsinya akan saya jadikan paper dan sepakat untuk memperbaharui data yang dipakai dengan menambahkan periode penelitian. Alhasil dalam tempo sekitar tiga hari paper yang dibutuhkan siap dikirim melalui email panitia call for paper, tentunya dengan terlebih dahulu membayar biaya untuk menjadi peserta call for paper dan seminar. Selanjutnya saya memesan tiket pesawat PP Jakarta-Lombok-Jakarta dan  saya komunikasikan pada teman dari Unair bahwa saya sudah membayar biaya pendaftaran seminar dan call for paper dan sudah memesan tiket Jakarta-Lombok-Jakarta. Tentunya semua biaya itu saya keluarkan dengan memakai uang pribadi, saya fikir tidak apalah toh hasil positif mengikuti acara tersebut juga saya yang akan menikmati, dan yang terpenting saya dapat bersilaturahim dengan teman-teman di lingkungan ekonomi syariah dan terutama bisa berjumpa dengan kawan baik saya yang mengajak saya mengikuti acara tersebut. Namun demikian, saya tetap agak berat harus mengeluarkan biaya untuk penginapan sekitar tiga malam disana plus biaya makan setelah acara usai, mengingat dana yang saya miliki terbatas karena baru usai Iedul Fitri. Tapi entah mengapa saya punya keyakinan bahwa Allah SWT akan menolong saya, bagaimanapun caranya.

Saya kemudian mengontak ibu Nisfu Laila atau lebih tepatnya sahabat saya yang menjadi organizing committee dan mengajak saya untuk hadir di acara tersebut. Kami pun mengobrol berbagai hal sampai kemudian saya mengutarakan jika saya belum mencari penginapan untuk acara disana. Jawaban yang diberikan teman saya sungguh membuat saya terkejut tetapi sekaligus membuat hati saya plong. Beliau menganjurkan agar saya tidak usah mencari penginapan dan menawarkan untuk menginap di kamarnya. Awalnya saya menolak secara halus namun pada akhirnya saya setuju setelah beliau menyampaikan jika beliau memang sendirian di kamarnya (tidak ada panitia lain yang sekamar dengannya). Satu masalah selesai, dan saya bersyukur item biaya yang harus saya keluarkan sudah berkurang satu. Sungguh Allah Maha Kaya dan Maha Pemurah.

Singkat kata satu malam sebelum acara dimulai saya sudah sampai di hotel tempat nanti acara berlangsung. Saya pun akhirnya banyak bertemu dengan teman-teman Unair yang saya kenal, otomatis kami langsung saling menyampaikan selamat hari raya Iedul Fitri dan saling maaf memaafkan, karena memang masih terasa suasana Iedul Fitri. Keesokan harinya kami mengikuti acara pembukaan dan seminar seharian. Saat acara seminar berlangsung saya bertemu dengan kawan lama dari STEI Tazkia bernama ibu Murniati Muchlisin yang baru lulus Ph.D dari University of GlasGow – Inggris dan sedang menemani promotor disertasinya bernama Dr. Muhammad Hudaib yang menjadi salah satu narasumber di acara tersebut. Beliau sangat antusias saat melihat saya karena beliau tahu saya paling gemar mengabadikan moment apapun dalam suatu acara dengan camera Hand Phone. Saya masih ingat saya pernah mengabadikan beliau saat presentasi di acara Forum Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah (FREKS) yang diadakan Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) dan diselenggarakan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saat itu beliau menjadi pemenang pertama dalam acara tersebut dengan total hadiah sebesar Rp.15.000.000,00. Hasil dokumentasi HP tersebut saya kirim ke beliau via WA, dan tentunya beliau senang karena memiliki dokumentasi moment bersejarah dalam hidup beliau sebagai pemenang lomba pada acara FREKS tersebut.

Kembali ke acara call for paper, singkat kata di hari kedua kami yang mengirim paper harus presentasi yang dikelompokkan sesuai dengan bidang ilmu atau tema yang kami bahas, dan pelaksanaannya dilakukan di gedung pascasarjana Universitas Mataram (Unram). Kami menuju ke lokasi dari hotel kami menginap dengan bis yang telah disediakan oleh panitia, begitupun saat acara selesai kami kembali dengan bis tersebut. Saat akan kembali ke hotel dari Unram ternyata saya bertemu dengan ibu Murniati yang dari STEI Tazkia dan tempat duduk kami bersebelahan. Kami ngobrol berbagai hal dan diakhir pembicaraan beliau bertanya pada saya, apakah saya memiliki rencana khusus untuk malam itu? Saya jawab saya akan mencari makan saja diluar hotel karena fasilitas makan malam memang tidak disediakan oleh panitia. Tidak diduga karena jawaban saya tersebut ibu Murniati mengajak saya menemani dia makan malam di rumah salah satu mantan komisaris Bank BPD NTB yang merupakan relasi beliau dan memiliki hubungan yang sangat baik dengan STEI Tazkia. Saya pun tidak menolak ajakan beliau dan janjian bertemu di lobby hotel setelah melakukan ibadah sholat magrib. Singkat kata kami pun pergi ke rumah relasi beliau (sebut saja Bapak Zulham) dan disambut dengan sangat baik oleh keluarganya dengan hidangan makan malam khas Lombok. Kembali saya bersyukur dalam hati Allah Maha Pemurah.

Berdasarkan obrolan kami selama di rumah bapak Zulham akhirnya saya mengetahui jika STEI Tazkia memiliki program beasiswa dengan mengumpulkan siswa/siswi SMU terbaik di daerah Bapak Zulham tinggal dan bekerjasama dengan BPD Mataram dalam hal pendanaan beasiswanya dengan syarat setelah lulus kuliah para siswa/siswi penerima beasiswa tersebut harus siap bekerja di Bank BPD NTB. Disamping itu STEI Tazkia pun memiliki suatu program pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang disebut Baitul maal wat tamqin yang ruang lingkup usahanya memberikan pembiayaan kepada usaha-usaha home industry yang kebanyakan dikelola oleh para wanita dan proses pemberian pembiayaan tersebut dilakukan secara tanggung renteng oleh seluruh anggota. Kami pun merencanakan dengan salah satu alumni Tazkia yang pernah menerima program beasiswa akan berkunjung ke sentra kerajinan tanah liat pada suatu daerah di Lombok yang merupakan binaan dari Baitul maal wat tamqin  Tazkia. Rencana tersebut akan dilakukan keesokan harinya dan di hari terakhir saya berada di Lombok.

Keesokan harinya saya sempat makan pagi di hotel dengan ibu Nisfu Laila Unair dan berfoto bersama untuk kenang-kenangan. Saat makan pagi tersebut saya menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada beliau karena sudah mempermudah saya dengan memberikan kesempatan menginap berdua di kamarnya.  Saya katakan saya belum tentu dapat membalas kebaikan beliau dan hanya Allah SWT adalah sebaik baik pemberi balasan.

Jawaban beliau sangat mengejutkan saya dan membuat saya terharu mendengarnya. Ibu santai saja, saya berbuat baik pada ibu bukan untuk ibu koq, tapi untuk diri saya sendiri, karena hakekatnya saat saya berbuat baik pada siapapun sebetulnya sedang berbuat baik untuk diri saya sendiri. Selain itu jika kita ingin mendapat kemudahan untuk diri kita, maka permudahlah urusan orang lain. Masyaa Allah sambal berkaca-kaca saya memeluk beliau dari samping karena saat kita makan tersebut duduknya bersebelahan. Sungguh saya kehilangan kata-kata saat itu dan kalimat itu sampai saat ini tersimpan dalam lubuk hati yang paling dalam. Kembali lagi saya bersyukur dan berucap dalam hati Allah Maha Baik dan Maha Mencukupkan kebutuhan hambanya.

Tidak lama HP saya berdering dan ternyata dari ibu Murniati Tazkia yang mengabarkan jika beliau sudah menunggu di lobby hotel dan siap berangkat ke sentra kerajinan tanah liat di daerah Lombok Barat (jika tidak salah). Saya pun pamit kepada ibu Nisfu Laila dan sekali lagi mengucapkan terima kasih atas kebaikan beliau. Setelah berpelukan dan cipika cipiki saya pun meninggalkan beliau tentu dengan harapan akan bertemu kembali di lain waktu dan kesempatan.

Saat berjalan sambil menggerek koper menuju lobby saya bergumam dalam hati saya sendiri, sungguh luas rezeki Allah di dunia ini, dan tidak harus dalam bentuk materi atau uang yang kita terima, tetapi bisa dalam bentuk apapun. Dalam hal ini, rezeki yang saya terima adalah kemudahan berupa fasilitas penginapan gratis yang diberikan Allah SWT melalui teman saya ibu Nifu Laila yang saat itu bertindak sebagai ketua panitia di acara tersebut. Sungguh syukur yang tidak terhingga saya panjatkan dalam hati kepadaMu ya Rabb. Semoga saja rasa syukur yang saya panjatkan akan menambah keimanan saya, menambah keyakinan bahwa apa yang Kau gariskan dalam hidup saya juga merupakan takdir yang harus saya jalani dan selalu berbaik sangka (khusnudzon) kepadaMu. Sebab sesuai dengan firman-Mu dalam hadist Qudsi sebagai berikut “Aku adalah apa yang hamba-Ku sangkakan kepada-Ku. Jika dia berfikir baik tentang-Ku maka itu yang dia dapat, dan jika dia berfikir buruk tentang-Ku maka itu yang dia dapat.” (Muttafaq ‘alaih). Seperti cerita yang saya alami, saya berkeyakinan Allah SWT akan menolong saya terkait dana yang terbatas sedangkan saya harus memiliki dana lebih untuk membayar penginapan dan makan setelah acara usai. Ternyata terbukti Allah memang manolong saya dengan caraNya.

Semoga semua kejadian yang saya alami akan menambah keinginan dalam diri saya untuk lebih mendekatkan diri kepadaMu. Hal ini sesuai dengan hadist Qudsi lainnya yang berbunyi “Barang siapa mendekat pada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta. Barangsiapa mendekat pada-Ku sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Jika hamba-Ku itu mendatangani Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan berlari.” (Muttafaq’alaih). Melalui tulisan ini saya berharap akan tetap mengingatkan diri saya bahwa janji Allah SWT itu pasti dan kita akan merasakannya melalui kejadian-kejadian sehari hari jika sungguh-sungguh meyakininya dan berusaha selalu berhusnudzon dan lebih mendekatkan diri padaNya. Insyaa Allah.

Jakarta, 12 Oktober 2016




WHEN WRITING AN ESSAY, I SHOULD WRITE USING CLEAR, ERROR FREE SENTENCES. By Drs. Ignatius Septo Pramesworo, M. Ed. TESOL

In writing a good essay, I must understand English language for writing. By comprehending the language I am able to organize and connect particular evidence prepared. These evidences will be in the supporting paragraphs of my essay. This means I should start my essay with an introductory paragraph and it will be closed successfully with a comprehensive concluding paragraph. The process of writing an essay involves three ways. They are the methods of organizing an essay. Moreover, I should have an ability to write my essay using transitional expressions and other connecting words. I also have to understand right vocabularies and grammar that are going to be used. By having implemented these three ways, I expect I could write my essay better.




THE LAST PROCESS OF MAKING AN ESSAY By Drs. Ignatius Septo Pramesworo, M. Ed. TESOL

I understand that the process of writing an essay needs practices. As stated in my previous writing, writing an essay requires three elements. The first one is the organization on how I make my own essay. The second element is related to my English language. Eventually, the last element is the process of making my essay. When I write an essay usually I found my thesis. After that I make my spider web. Making a spider gives me a clear clarification of the ideas: main ideas and supporting ideas. By having spider web, I am able to have an opportunity to put my mind into what I am going to write. I can identify my bubbles, such as: definition, preparation, and examples. Based on the spider, I could make an outline, either topic outline or sentence outline. I usually choose an outline that I consider fit and suitable with my essay. By using the outline, I know the content of my introduction or introductory paragraph, body of paragraphs, and closing paragraph. It seems now I am ready to write and I should know I have to connect all the ideas and use transitional signals that are important in my writing. The latter has a purpose to smooth my essay. Lastly, I should manage and check the vocabularies and grammar used so my sentences will be error-free and efficient. The essay will be comprehensive and has only one thesis statement.




Enzo Ferrari oleh Edy Sukarno

ENZO FERRARI

Sabtu 1 Oktober 2016 saya menyempatkan diri untuk olah raga jalan pagi di bilangan AEON Serpong.  Tanpa sengaja saat akan pulang, di salah satu area parkir sebuah mal atau komplek usaha saya lihat begitu banyak mobil-mobil sport buatan Itali yang akan berparade.  Bagi saya sangat nyaman usai jalan pagi, menghirup udara segar, nonton mobil-mobil bagus, berjumpa banyak orang  dan berkenalan.  Salah satu teman baru yang langsung terasa akrab sebut saja namanya Yakob.  Dia sudah cukup lama bekerja di show room Ferrari sehingga bisa bercerita bagaimana kiat marketing di Ferrari.  Kendati belum tentu sepenuhnya valid apa yang dia katakan, namun sepanjang celotehannya hemat saya baik, maka cermat mencernanya itu biasa saja atau bisa jadi bermanfaat.

Salah satu celotehannya yang saya garis bawahi yakni untuk setiap calon pembeli Enzo Ferrari (salah satu tipe Ferrari yang konon di Indonesia pemiliknya kurang dari 5 orang dan harganya kurang lebih Rp14 milyar) akan ditanya dengan berbagai macam pertanyaan yang harus dijawab lugas.  Pertanyaan tersebut antara lain (alias baru sebagian kecil):

Mengapa beli Enzo Ferrari?

Apakah sebelumnya sudah pernah pakai Ferrari?

Darimana tahu Ferrari?

Warna Ferrari apa yang disukai?

Kapan akan dikendarai Ferrarinya?

Ferrarinya nanti akan dipakai sendiri atau anggota keluarga yang lain juga diperkenankan mengendarainya?

Darimana dananya pembelian Ferrari tersebut?

Ternyata  pertanyaan yang bertubi-tubi diarahkan kepada calon pembeli tersebut dimaksudkan untuk disimak cermat atau dikaji dalam oleh pihak Ferrari sehingga pada akhirnya mampu merancang layanan terbaik pasca beli yang akan menyamankan Sang Pembeli di kemudian hari.  Selain dihujani banyak pertanyaan, pembelipun dipersilahkan masuk duduk di dalam Ferrari untuk disettingkan pada posisi duduk ternyaman dan diterangkan secara detail penggunaan berbagai panel instrumen yang terdapat dalam Enzo Ferrari.  Skenario itu semua semata-mata untuk mengoptimalkan kiat menjual barang di mana mutu produk, teknik promosi dan tekad memuaskan pembeli menjadi satu konsep yang utuh.

Bandingkan dengan saat kita membuka tabungan di Bank Mandiri yang notabene menjadi Bank Pemerintah terbesar saat ini.  Customer servicenya akan menjelaskan teramat rinci tentang apa-apa yang dianggap pantas disampaikan kepada kita, seperti:

Penabung akan mendapat buku tabungan

Kegunaan lain dari buku tabungan

Suku bunga yang berlaku untuk tabungan

Berbagai fasilitas jika menjadi penabung di Bank Mandiri

Jika buku tabungan hilang

Beban administrasi yang ditanggung penabung

Kartu debet yang melengkapi penabung

Meskipun sama-sama mendapat penjelasan yang terinci, namun ada perasaan yang berbeda dari keduanya.  Pembeli Enzo Ferrari sangat puas diminta menjawab berbagai pertanyaan dan amat menikmati untuk mendengar berbagai penjelasan spesifik “njelimet” tentang panel instrument mobil sport mewah tersebut.  Sebaliknya, jika kita membuka rekening tabungan misalkan, setoran awal Rp500 ribu saja, akan mendapatkan penjelasan yang cenderung bertele-tele dari customer service (bak kita buta huruf ?).  Padahal  sebetulnya cukup dibuatkan buku panduan yang dikemas apik dan diberikan kepada setiap penabung yang selanjutnya bisa menelaahnya sendiri.

Inti narasi, kita harus menjiwai tuntas terhadap barang dagangan kita.  Kalau barang yang kita jual bernilai tinggi dan captive marketnya jelas, maka mutu layanan prima menjadi suatu kebutuhan mutlak.  Namun jika barang kita “biasa saja or generik”, maka layanan yang berlebihan menjadi mubazir dan gampang disebelin orang karena pada umumnya orang merasa kurang nyaman jika harus mendengarkan puluhan retorika murahan.




WHEN WRITING AN ESSAY, I SHOULD WRITE USING CLEAR, ERROR FREE SENTENCES.

In writing a good essay, I must understand English language for writing. By comprehending the language I am able to organize and connect particular evidence prepared. These evidences will be in the supporting paragraphs of my essay. This means I should start my essay with an introductory paragraph and it will be closed successfully with a comprehensive concluding paragraph. The process of writing an essay involves three ways. They are the methods of organizing an essay. Moreover, I should have an ability to write my essay using transitional expressions and other connecting words. I also have to understand right vocabularies and grammar that are going to be used. By having implemented these three ways, I expect I could write my essay better.




THE ORGANIZATION OF MAKING AN ESSAY By Drs. Ignatius Septo Pramesworo, M. Ed. TESOL

When I am going to write an essay, I should perform two important elements. They are, the first, I should establish my point or thesis. The second element is I should prepare some supporting ideas that assist my main point. These supporting ideas should be provided by specific evidence. After that I continue my preparation by considering two other basic elements that underline my writing. I could say they are my third and fourth elements. The third element is I must organize and relate the specific evidence. The fourth element is I have to write using clear and error-free sentences. So an essay can be stated good if I can convey my thesis in a clear and perfect way. Moreover, I should be able to connect my own thesis with all specific and particular explanations, details or reasons that I have prepared.




HOW CAN I WRITE A BETTER ESSAY? By Drs. Ignatius Septo Pramesworo, M. Ed. TESOL

Writing an essay can be either easy or complicated. It will depend on a lot of condition. If I have prepared everything related to my essay then I can say I am ready to write a good essay. However, if I am still thinking my essay supporting details, my examples or even my ideas for my essay, I should then be careful. I will think that writing an essay in English language can be difficult. When I write an English essay, I have to consider three elements. The first one is the organization on how I make my own essay. The second element is related to my English language. For example, I have to consider the vocabularies and grammar that are going to be used. Finally, the last element is the process of making my essay. Now, I will discuss my elements one by one.




JANGAN SALAH MENGAMBIL KEPUTUSAN (Lanjutan)

 

Pada blog sebelumnya telah dijelaskan dan dicontohkan pelunasan sebagian jika alternatif 1 yang dipilih, yaitu jika Henny memilih angsuran dengan skema jumlah angsuran lebih kecil dan jangka waktu tetap.

Pada blog kali ini saya memberikan contoh jika skema 2 yang dipilih, yaitu jika Henny menginginkan jumlah angsuran tetap dan jangka waktu lebih pendek, maka skedul amortisasi pinjaman adalah sebagai berikut,

henny-pinjaman

Kesimpulan: Dengan contoh kasus ini para mahasiswa dapat menentukan keputusan mana yang harus dipilih yang tentunya disesuaikan dengan kemampuan finansial yang ada.

Sebagai catatan pada skedul tersebut angsuran hanya diberikan contoh hanya sampai pada angsuran ketiga. Untuk angsuran selanjutnya dapat diteruskan sendiri sebagai latihan.

Semoga contoh yang singkat ini bermanfaat dan dapat dijadikan contoh pada kehidupan nyata.