Kegiatan tulis-menulis bukanlah hal mudah untuk dilakukan, baik yang formal maupun informal. Namun siapa saja pastinya dapat menulis dengan baik apabila dia dapat menguraikan idenya dengan teratur dan terarah. Tutorial yang saya ingin sampaikan di sini adalah ide mengenai tahap-tahap menulis esai yang baik yang pernah saya pelajari, terutama jika tulisan yang ingin dibuat adalah tulisan esai formal. Walau begitu menurut saya pribadi tahap menulis yang akan saya paparkan berikut tetap akan bermanfaat untuk bentuk tulisan apapun sehingga tulisan kita dapat lebih dipahami oleh pembaca.
Esai yang baik biasanya terdiri dari 3 bagian tulisan, 1. Pendahuluan (introduction) 2. Isi (body) 3. Penutup/kesimpulan (conclusion).
Menulis Paragraf Pendahuluan
Pada bagian pendahuluan biasanya dapat ditulis hanya dalam satu paragraf mengenai ide/topik yang ingin kita tulis untuk esai tersebut, dilanjutkan dengan kalimat-kalimat yang berisi tentang ide pendukung dari topik tersebut sebagai kerangka menuju bagian paragraf isi sehingga pembaca dapat mengetahui topik yang akan mereka baca dan apa saja ide pendukung yang akan mereka baca di paragraf-paragraf selanjutnya sehingga akhirnya mereka merasa tertarik untuk terus membaca esai tersebut sampai habis.
Menulis Paragraf- Paragraf Isi
Paragraf-paragraf isi jumlahnya bergantung pada ide pendukung yang sudah disampaikan oleh penulis di paragraf pendahuluan. Misalnya topik esai adalah tentang tipe mahasiswa pada saat ujian dan paragraf isi dapat berupa tipe-tipe mahasiswa tesebut, yang kemudian tiap tipenya saya tuliskan dalan setiap paragraf dengan detil. Seandainya tipe mahasiswa tersebut ada 3, maka paragraf isi pun akan ada minimal 3 paragraf. Di paragraf isi itulah penulis akan mengembangkan ide pendukung yang sebelumnya sudah disampaikan berupa kerangka pada pargraf pendahuluan.
Menulis Paragraf Penutup/Kesimpulan
Paragraf penutup cukup ditulis dalam satu paragraf berisi kesimpulan dari hal-hal yang telah ditulis. Biasanya pada paragraf penutup akan ada pengulangan kerangka paragraf isi yang singkat, sehingga pembaca diingatkan mengenai apa saja yang telah dibacanya pada paragraf-paragraf sebelumya dan ini sangat penting bagi penulis, karena pastinya seorang penulis berharap para pembacanya dapat mengingat tulisannya dengan baik.
Demikian tutorial menulis esai yang dapat saya sampaikan. Berikut ini link ke tulisan saya yang kurang lebih mengikuti tahapan penulisan yang sudah saya jelaskan tadi (http://adelinguist.blogspot.com/2015/02/iseng-nulis-tipe-mahasiswa-saat-ujian.html), namun karena tulisannya informal, paragraf-paragraf yang saya tulis lebih bebas, panjang, dan tidak mengikuti persis aturan atau tahapan yang baku yang saya telah jelaskan. Walau begitu jika tulisannya lebih formal biasanya aturannya lebih ketat sehingga kita diharapkan dapat mematuhi tahapan yang sudah baku. Contoh lain untuk esai yang benar-benar mengikuti tahapan yang ada dapat dilihat di bawah ini
“The Hazards of Movie going”
Source: John Langan “College Writing Skills with Readings”
I am a movie fanatic. When friends want to know what picture won the Oscar in 1980 or who played the police chief in Jaws, they ask me. My friends, though, have stopped asking me if I want to go out to the movies. The problems in getting to the theater, the theater itself, and the behavior of some movie-goers are all reasons why I often wait for a movie to show up on TV.
First of all, just getting to the theater presents difficulties. Leaving a home equipped with a TV and a DVD-player isn’t an attractive idea on a humid, cold, or rainy night. Even if the weather cooperates, there is still a thirty-minute drive to the theater down a highway, followed by the hassle of looking for a parking space. And then there are the lines. After hooking yourself to the end of a human chain, you worry about whether there will be enough tickets, whether you will get seats together, and whether many people will sneak into the line ahead of you.
Secondly, once you have made it to the box office and bought your tickets, you are confronted with the problems of the theater itself. If you are in one of the run-down older theaters, you must adjust to the dusty smell of seldom-cleaned carpets. Broken springs hide in the cracked leather seats, and half the seats you sit in seem loose or tilted so that you sit at a strange angle. The newer theaters with small rooms next to each other offer their own problems.
Sitting in an area only one-quarter the size of a regular theater, movie-goers often have to put up with the sound of the movie next door. This is especially upsetting when the other movie involves racing cars or a karate war and you are trying to enjoy a quiet love story. And whether the theater is old or new, it will have floors that seem to be coated with rubber cement. By the end of a movie, shoes almost have to be ripped off the floor because they have become sealed to a deadly mix of spilled soda, hardening bubble gum, and crushed candy.
Thirdly, some of the movie-goers are even more of a problem than the theater itself. Little kids race up and down the aisles, usually in giggling gangs. Teenagers try to impress their friends by talking back to the screen, whistling, and making what they consider to be hilarious noises. Adults act as if they were at home in their own living rooms and comment loudly on the ages of the stars or why movies aren’t as good anymore. And people of all ages crinkle candy wrappers, stick gum on their seats, and drop popcorn tubs or cups of crushed ice and soda on the floor. They also cough and burp, squirm endlessly in their seats, file out for repeated trips to the rest rooms or kiosk, and elbow you out of the armrest on either side of your seat.
In conclusion, after arriving home from the movies one night, I decided that I was not going to be a movie-goer anymore. I was tired of the problems involved in getting to the movies and dealing with the theater itself and some of the patrons. The next day I arranged to have cable TV service installed in my home. I may now see movies a bit later than other people, but I’ll be more relaxed watching box office hits in the comfort of my own living room.
Semoga bermanfaat. Saya berharap apabila berkenan teman-teman dapat memberikan saran yang membangun. Terima kasih.
Jakarta, 25 Januari 2011
Adelina