Reborn of College in 4.0 : Kampus Mahasiswa & Lulusan Milenial di Era Digital

Nama
Lengkap            : Rizal Mawardi, S.E.,
Ak., M.A

Profesi                         : Dosen Tetap Perbanas
Institute

Personal Branding      : Educator Finance Accounting & Auditing, Researcher, Ex-Analyst Business  and Credit 

Peringatan Hari
Dies Natalis Emas Perbanas Institute ke-50 yang dibarengi oleh fenomena
Revolusi Industri 4.0 menjadi suatu momentum yang tepat untuk berbenah diri
demi menjadi kampus yang menghasilkan lulusan di era milenial ini. Revolusi
industri 4.0 secara umum diketahui sebagai perubahan cara kerja yang
menitikberatkan pada pengelolaan data, sistem kerja industri melalui kemajuan
teknologi, komunikasi dan peningkatan efisiensi kerja yang berkaitan dengan
interaksi manusia. Data menjadi kebutuhan utama organisasi dalam proses
pengambilan keputusan korporat yang didukung oleh daya komputasi dan sistem
penyimpanan data yang tidak terbatas.

Perguruan Tinggi
merupakan lembaga formal yang diharapkan dapat melahirkan tenaga kerja kompeten
yang siap menghadapi industri kerja yang kian berkembang seiring dengan
kemajuan teknologi. Keahlian kerja, kemampuan beradaptasi dan pola pikir yang
dinamis menjadi tantangan bagi sumber daya manusia, di mana selayaknya dapat
diperoleh saat mengenyam pendidikan formal di Perguruan Tinggi.

Tantangan & Peluang Perguruan Tinggi di Era
Revolusi Industri 4.0

Kuantitas bukan
lagi menjadi indikator utama bagi suatu perguruan tinggi dalam mencapai
kesuksesan, melainkan kualitas lulusannya. Kesuksesan sebuah negara dalam
menghadapi revolusi industri 4.0 erat kaitannya dengan inovasi yang diciptakan
oleh sumber daya yang berkualitas, sehingga Perguruan Tinggi wajib dapat
menjawab tantangan untuk menghadapi kemajuan teknologi dan persaingan dunia
kerja di era globalisasi.

Dalam
menciptakan sumber daya yang inovatif dan adaptif terhadap teknologi,
diperlukan penyesuaian sarana dan prasarana pembelajaran dalam hal teknologi
informasi, internet, analisis big data dan komputerisasi. Perguruan tinggi yang
menyediakan infrastruktur pembelajaran tersebut diharapkan mampu menghasilkan
lulusan yang terampil dalam aspek literasi data, literasi teknologi dan
literasi manusia. Terobosan inovasi akan berujung pada peningkatan
produktivitas industri dan melahirkan perusahaan pemula berbasis teknologi,
seperti yang banyak bermunculan di Indonesia saat ini.

Tantangan
berikutnya adalah rekonstruksi kurikulum pendidikan tinggi yang responsif
terhadap revolusi industri juga diperlukan, seperti desain ulang kurikulum
dengan pendekatan human digital dan
keahlian berbasis digital. Persiapan
dalam menghasilkan lulusan yang mampu beradaptasi dengan Revolusi Industri 4.0
adalah salah satu cara yang dapat dilakukan Perguruan Tinggi untuk meningkatkan
daya saing terhadap kompetitor dan daya tarik bagi calon mahasiswa.

Selain lambat,
geliat perubahan kampus masih sebatas prosedural seperti menambah instrumen Learning Objective dan Learning Outcome di kurikulum, fasilitas
gedung AC, koneksi internet hingga penyelenggaraan kompetisi hibah pembelajaran
digital. Sayangnya, perubahan itu tidak diikuti 
cara berpikir atau paradigma pendidikan yang baru, kultur atau proses
belajarnya masih Teacher Centered,
serta Learning Environment yang tidak
mendorong kemandirian mahasiswa memiliki pengalaman belajar sendiri.

Saya teringat
suatu artikel populer yang ditulis oleh Terry Eagleton berjudul ”The Slow Death of the University
(2015). Artikel itu mempertanyakan eksistensi perguruan tinggi jika tidak
tanggap menghadapi perubahan yang sangat cepat dan bersifat disruptif. Seperti
diungkapkan pendidik lain, Terry berargumen bahwa tujuan perguruan tinggi
terlalu berorientasi pada kebutuhan ekonomis yakni menyiapkan mahasiswa untuk
mendapatkan pekerjaan yang terbaik. Tujuan ini mengakibatkan tradisi belajar
serta hubungan dosen dan mahasiswa sebatas hubungan “manajer” dan
“konsumen”.

Selain itu,
kriteria kesuksesan dosen terlalu berfokus pada jurnal publikasi riset, dan
cenderung menihilkan esensi pendidikan untuk kemanusiaan dan kehidupan,
seaperti yang pernah diungkapkan oleh Robert Menzies. Bahkan, di Indonesia
kualitas pengajaran akan dikalahkan oleh kebutuhan dosen meng-update berbagai
evaluasi seperti Laporan Kinerja Dosen (LKD), Beban Kinerja Dosen (BKD), dan
laporan lainnya yang berkaitan dengan tunjangan kinerja dosen.

Kondisi ini akan
membawa pendidikan tinggi menuju proses kematiannya karena abai melakukan tugas
utamanya yakni membangun peradaban. Jika tujuan perguruan tinggi sekedar pintu
masuk mahasiswa mencari pekerjaan, tidakkah perusahaan besar seperti Google,
Facebook, Erns & Young mulai menihilkan syarat ijazah untuk bekerja di
tempat mereka?

Lalu, peluang
apa yang bisa diambil oleh setiap Perguruan Tinggi? Mengutip pada salah satu
media literasi kampus di Australia, Perguruan Tinggi bisa mendesain kampusnya
dengan gaya modern, green building,
warna-warni, banyak co-working space
bagi mahasiswa dan dosen, serta tata letak kelas terbuka untuk workshop, untuk
apa kampus membangun gedung yang begitu mahal dan modern, bukankah menjamurnya
platform pembelajaran digital Massive
Open Online Course
(MOOC) akan memungkinkan siapa saja dapat kuliah online sehingga tidak lagi memerlukan
gedung atau ruangan kuliah baru?

Saya mengutip
kembali sebuah artikel yang ditulis Jim Clifton berdasarkan survei yang
dilakukan Gallup US yang menyarankan Perguruan Tinggi segera mengubah budaya
organisasinya agar tidak ditinggalkan oleh generasi millennial. Temuan Gallup
menyatakan bahwa generasi millennial akan mendisrupsi tatanan sosial lama di
berbagai bidang, baik kesehatan, bisnis, industri, pertanian, perbankan hingga
pendidikan tinggi. Mahasiswa Generasi Milenial tidak akan terikat pada sebuah
tradisi, institusi bahkan identitas agama atau politik. Mereka sangat berbeda
dalam berkomunikasi, membangun relasi, bekerja hingga pada lingkungan sekolah
(kampus).

Prinsip yang harus diterapkan Perguruan Tinggi

Saya mendasar
pada artikel Clifton serta paparan Prof. Clayton dari Harvard University
tentang era disrupsi dan pendidikan masa depan, maka langkah yang dilakukan
oleh kampus yaitu upaya untuk berbenah diri agar survive menghadapi perubahan
yang disruptif. Perguruan Tinggi harus memiliki konsep green building, open
space, inklusivitas, dan fancy adalah bentuk komitmen segenap civitas akademika
dalam menyediakan metode pengajaran dan pembelajaran yang lebih baik serta
adaptif dengan tuntutan perubahan generasi millennial.

Saya menyatakan
terdapat tiga prinsip utama bagi Perguruan Tinggi di generasi millennial,
antara lain Pertama, penciptaan
kultur kampus yang positif, kekinian serta partisipatif untuk membantu
mengembangkan potensi mahasiswa, Dosen, Karyawan di generasi zaman sekarang. Kedua, learning environment yang sesuai
untuk pengembangan student centered learning yang mendorong proses pendampingan
oleh dosen, teman atau peer sehingga relasi belajar yang terjadi akan setara,
inovatif dan inisiatif bukan berdasarkan perintah. Ketiga, iklim pembelajaran yang mengganti sistem penilaian (ujian
konvensional) dengan feedback yang
bermanfaat dalam memgembangkan potensi, bukan untuk menakar kelemahan.

Ketiga Prinsip
ini tidak dapat terfasilitasi oleh lingkungan kampus jika masih mengikuti pakem
dengan setting abad 19 atau abad 20 yang teacher
centered
.

Key Success
untuk IKPIA Perbanas sebagai PT yang merespons Revolusi Industri 4.0

Penciptaan
lingkungan baru yang dinamis dan interaktif akan merefleksikan perubahan pada
paradigma pendidikan, dimana arsitektur akademiknya memungkinkan mahasiswa
memiliki kebebasan pilihan atas konten kurikulum yang diingininya meskipun
dengan lintas disiplin ilmu. Hal ini penting karena era disrupsi mensyaratkan
pendidikan tinggi lebih fleksibel dalam sistem pengajaran dan pembelajaran.
Revolusi internet wajib dikelola menjadi “enabler” percepatan untuk membangun sumber daya manusia yang
kritis, kreatif. Tujuannya agar lubernya informasi dapat dimanfaatkan menjadi
nilai tambah, yang pada gilirannya dapat memecahkan persoalan kemanusiaan yang
semakin kompleks.

Kultur atau
ekosistem kampus di era disrupsi perlu membangun pendekatan “lateral”
dimana solusi atas satu persoalan perlu didekati dengan ragam pendekatan
keilmuan.  Hal itu memerlukan landskap kampus
yang terintegrasi satu sama lain, mulai dari lingkungan belajar, kurikulum yang
fleksibel, metode pengajaran hingga sistem pengelolaan kampus agar adaptif
terhadap tuntutan perubahan.

Tata ruang
terbuka dan dinamis akan mengubah cara lama dosen mengajar, mahasiswa akan
menjadi desainer atas kurikulum serta proses belajarnya sendiri sehingga
pembelajarannya tidak lagi sebatas prosedural untuk menggugurkan kewajiban
administrasi saja. Penciptaan tata ruang atau ekosistem yang fleksibel maka
akan dapat mendorong perubahan pada landskap akademik secara keseluruhan. Dosen
akan bergeser peran sebagai fasilitator atau inspirator, mahasiswa akan tumbuh
menjadi pembelajar mandiri, saling berkolaborasi bukan berkompetisi serta
kreatif atau inovatif dalam menyelesaikan berbagai persoalan.

Dengan
lingkungan kampus yang encouragement
akan menjadi sangat relevan bagi generasi milenial, karena mereka tidak ingin
terikat, sebaliknya menginginkan kebebasan untuk meracik materi hingga metode
belajarnya sendiri. Kemandirian ini pada akhirnya dapat melahirkan pengembangan
keilmuan baru yang dibutuhkan di masyarakat berbasiskan interdisiplin ilmu.

Jika demikian,
kekhawatiran akan masa suram pendidikan tinggi tidak akan terjadi. Pendidikan
tinggi justru akan menjadi agen utama dalam mengokohkan demokrasi dan peradaban
kemanusiaan di masa depan. Namun siapkah regulator, Perguruan Tinggi, dan
masyarakat bersinergi menghindarkan lonceng kematian pendidikan tinggi?

How (Bagaimana Caranya) ?

Perubahan dunia
kini tengah memasuki era revolusi industri 4.0 atau revolusi industri dunia
keempat dimana teknologi informasi telah menjadi basis dalam kehidupan manusia.
Segala hal menjadi tanpa batas (borderless)
dengan penggunaan daya komputasi dan data yang tidak terbatas (unlimited), karena dipengaruhi oleh
perkembangan internet dan teknologi digital yang masif sebagai tulang punggung
pergerakan dan konektivitas manusia dan mesin. Era ini juga akan mendisrupsi
berbagai aktivitas manusia, termasuk di dalamnya bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi (iptek) serta pendidikan tinggi.

Kebijakan
strategis perlu dirumuskan oleh Perguruan Tinggi dalam berbagai aspek mulai
dari kelembagaan, bidang studi, kurikulum, sumber daya, serta pengembangan cyber university, riset dan pengembangangan
hingga inovasi. Ada lima elemen penting yang harus menjadi perhatian dan akan
dilaksanakan oleh Perguruan Tinggi untuk mendorong pertumbuhan dan daya saing Perguruan
Tinggi di era Revolusi Industri 4.0, yaitu:

  1. Persiapan
    sistem pembelajaran yang lebih inovatif di perguruan tinggi seperti penyesuaian
    kurikulum pembelajaran, dan meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam hal data Information Technology (IT), Operational Technology (OT), Internet of Things (IoT), dan Big Data Analitic, mengintegrasikan
    objek fisik, digital dan manusia untuk menghasilkan lulusan perguruan tinggi
    yang kompetitif dan terampil terutama dalam aspek data literacy, finance and
    banking literacy
    , technological
    literacy
    and human literacy;
  2. Rekonstruksi
    kebijakan kelembagaan pendidikan tinggi yang adaptif dan responsif terhadap
    revolusi industri 4.0 dalam mengembangkan transdisiplin ilmu dan program studi
    yang dibutuhkan. Selain itu, mulai diupayakannya program Cyber University,
    seperti sistem perkuliahan distance learning, sehingga mengurangi intensitas
    pertemuan dosen dan mahasiswa. Cyber University ini nantinya diharapkan menjadi
    solusi bagi anak bangsa di pelosok daerah untuk menjangkau pendidikan tinggi
    yang berkualitas;
  3. Persiapan
    sumber daya manusia khususnya dosen dan peneliti serta perekayasa yang
    responsive, adaptif dan handal untuk menghadapi revolusi industri 4.0. Selain
    itu, peremajaan sarana prasarana dan pembangunan infrastruktur pendidikan,
    riset, dan inovasi juga perlu dilakukan untuk menopang kualitas pendidikan,
    riset, dan inovasi;
  4. Terobosan
    dalam Tri Dharma yang mendukung Revolusi Industri 4.0 dan ekosistem riset dan
    pengembangan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan dan
    pengajaran, riset dan pengembangan serta pengabdian masyarakat di Perguruan
    Tinggi;
  5. Terobosan
    inovasi dan perkuatan sistem inovasi untuk meningkatkan produktivitas tenaga
    kependikakan (karyawan administratif Perguruan Tinggi).

Achievment IKPIA Perbanas sebagai Langkah Awal Perguruan
Tinggi Milenial

Berbagai upaya
dan usaha telah ditempuh serta beragam prestasi yang diperoleh oleh Perbanas
Institute demi mengejar cita-cita sebagai Perguruan Tinggi yang eksis di era
digitalisasi. Upaya tersebut antara lain :

  1. Literasi
    Keuangan Syariah Berbasis Digital DPP Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) bekerja
    sama dengan Komisariat Perbanas Institute
  2. Literasi
    Keuangan Digital Konventional dengan OJK berbasis Lab. Perbanas Institute
    bekerjasama dengan OJK, PT. XDana Investama Indonesia
  3. Literasi
    Perbankan Konventional Mandiri dengan Perbanas Institute Pembukaan Kelas Kriya
    Mandiri kerjasama antara Perbanas Institute dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk
  4. Literasi
    Keuangan Pembukaan Galeri Investasi Kerjasama Perbanas Institute Dengan Mnc
    Securitas
  5. Penghargaan
    Dari Kemenristek Dikti atas diraihnya penghargaan Perbanas Institute sebagai
    Perguruan Tinggi Peringkat Pertama Apresiasi Riset dan Pengembangan Kategori
    Institut dari Direktorat Sistem Riset dan pengembangan Dirjen Penguatan Riset
    dan Pengembangan bekerjasama dengan Lembaga layanan Pendidikan Tinggi Wilayah
    III
  6. Penggunaan
    Sistem E-Learning untuk Proses
    Perkuliahaan
  7. Penggunaan
    Sistem Terintegrasi Portal Akademik, Keuangan dan Registrasi Mhs
  8. Penggunaan
    Akses Jurnal Ilmiah Online yang terbaru saat ini adalah Emerald
  9. Kerjasama
    Pengabdian Masyrakat dengan Instansi Pemerintah, Perbankan, Korporat, dan IKM
  10. Proses
    Update Kurikulum atas Usulan dari User/Alumni dengan memasukan Bahan Kajian
    FinTech, TechFin dan Pokok Ajaran Berbasis IT
  11. Ketersediaan
    Data Management System [DMS] dan
    Evaluasi Kinerja Mutu Terintegrasi

Demikian gagasan
atau ide yang bisa saya paparkan selaku Alumnus Perbanas Institute S-1
Akuntansi Angkatan 2009, juga menempatkan posisi saya selaku Dosen Tetap
Perbanas Institute. Semoga Gagasan dan ide yang saya sampaikan menjadi secercah
cahaya untuk kita semua melakukan perubahan besar bukan hanya wacana semata.

Selamat Ulang
Tahun Perbanas, Barakallah Fii Umrik.
Semoga Tahun ini menjadi awal perubahan bagi Kampus tercinta kita menuju Kampus
yang mampu berkompetisi dan berprestasi, baik dari Dosen, Karyawan, Mahasiswa
maupun Lulusan di era Digitalisasi.




Sharing Materi Seminar Finance & Accounting Club : Prof. Ferdinand A.Ghul

Silahkan klik link dibawah ini untuk mengunduh materi diskusi di Post ini :

Terima Kasih  Salam

Link Materi :

Research in Accounting _ Finance




Pemerintah AS Memperingatkan Malware APT Korea Utara

Seperti yang dilansir oleh majalah security terkemuka (Info Security Group),

US-CERT telah merilis peringatan teknis terbaru yakni dua bagian malware yang digunakan untuk Advance Persistent Threat oleh pemerintah Korea Utara.

Peringatan bersama berasal dari Departemen Keamanan Dalam Negeri/Department Homeland Security(DHS), USA dan Biro Investigasi Federal (FBI) yang mengacu kepada kelompok APT produktif yang dikenal sebagai Hidden Cobra.

Dua malware yang digunakan adalah: trojan akses jarak jauh, Remote Access Trojan (RAT) “Joanap” dan worm SMB “Brambul”.

“Menurut laporan pihak ketiga yang terpercaya, para pelaku Hidden Cobra kemungkinan telah menggunakan malware “Joanap” dan “Brambul” setidaknya sejak 2009 yang menargetkan beberapa korban secara global di Amerika Serikat – termasuk media, aerospace, keuangan, dan sektor infrastruktur penting,” klaim US-CERT.

Pemerintah AS telah menemukan “Joanap” pada 87 node jaringan yang dikompromikan/menyerang di 17 negara termasuk China, Spanyol, Swedia, India, Brasil dan Iran.

URL, https://www.infosecurity-magazine.com/news/us-government-warns-north-korean/

Phil Muncaster UK / EMEA News Reporter , Infosecurity Magazine




Apakah data Facebook bisa digunakan untuk memenangkan Pilpres & Pilkada?

Beberapa hari lalu tersiar kabar bahwa data facebook bocor dan dapat digunakan untuk pemenangan pemilu presiden USA Donald Trump seperti yang dilansir beberapa media terkemuka di USA.

Mengapa bisa demikian ? Berkat salah seorang whistle blower di Christopher Wylie, mantan pegawai Cambridge Analytica yang bekerja sama dengan tim kampanye Donald Trump membocorkan skandal ini.

 

Jawaban dari pertanyaan diatas Apakah data Facebook bisa digunakan untuk memenangkan Pilpres & Pilkada ? bisa ya bisa tidak.

Bisa Ya, bila populasi pengguna facebook Indonesia yang besar sama dengan jumlah pemilik suara yang akan ikut pilkada dan pilpres.

Bisa Tidak, bila populasi pengguna facebook Indonesia bukan pemilik suara seperti yang diperkirakan.

Nah apa betul data Facebook bisa digunakan ? jawaban, bisa saja digunakan bila si pemilik data memiliki profile lengkap terhadap user facebook, sebagai contoh, untuk menjual camera seharga 50 juta rupiah tidak mudah di Indonesia, tetapi bila si sales memiliki profile para user facebook yang suka kamera digital dan mewah, berorientasi hasil yang maksimal, merupakan para photographer professional dan amatir, para blogger facebook,  instagram kamera dan photography, para penikmat photography. Tidak sulit bagi sales tersebut untuk menawarkan dan memberikan demo hasil jepretan kamera 50jt tersebut dan menjualnya.

Kembali kepada data facebook yang dapat digunakan untuk memetakan profile para pemilik suara untuk Pilpres dan Pilkada dapat dijadikan amunisi untuk mendulang suara pemilihnya dan sekaligus memenangkannya.

URL : https://inet.detik.com/cyberlife/d-3927407/facebook-dan-mark-zuckerberg-dihantam-krisis?_ga=2.86273434.360711365.1521785753-1097097774.1521785753




Tumpang Tindih Tugas Badan Siber dengan Lembaga Lain

Jakarta

lanjut di https://inet.detik.com/security/d-3805210/tumpang-tindih-tugas-badan-siber-dengan-lembaga-lain




Menelusuri Android Smartphone bagian 10

Pada bagian 10 ini dibahas mengenai informasi lain yang penting yang dapat diperoleh untuk melakukan penelusuran smartphone jika terlupa atau hilang dengan melihat personal info & security.

Setelah memilih “Manage your Google activity”, kemudian dilanjutkan dengan menggeser layar pada bagian  “Review activity” dan selanjutnya memilih “timeline in Google Maps”, maka akan muncul informasi peta dengan beberapa titik lokasi sebagai berikut.

Dari informasi tersebut dapat kita pilih tanggal tertentu yang ingin kita lihat secara lebih detil seperti pada bagian berikut ini.

Sebagai contoh dipilih tanggal 19 Juli 2017, maka akan keluar informasi yang lebih detil aktifitas yang dilakukan pada hari tersebut. Pada sisi sebelah kiri akan ditampilkan titik lokasi dimana kita pernah lewati, kemudian pada sisi kanan terdapat gambar peta dengan garis yang menghubungkan antara titik lokasi yang satu dengan yang lain.

Sebuah rute yang lazim adalah jika semua titik lokasi tersebut terhubung semua, artinya orang akan berangkat dari satu titik lokasi kemudian akan kembali lagi ke titik lokasi tersebut.

Sebuah rute yang tidak lazim jika titik lokasi tidak terhubung satu sama lain atau berhenti di suatu titik tertentu kemudian tidak ada informasi mengenai kelanjutan dari titik tersebut. Hal itu bisa terjadi karena dua hal :

  • Location history pada smartphone di non-aktifkan
  • Smartphone dimatikan

Sebagai contoh dapat dilihat pada gambar berikut ini.

Pada gambar tersebut tampak terdapat tiga lokasi yang terhubung, tetapi jika dilihat dari kronologi waktunya, maka setelah sampai pada satu titik (stasiun manggarai) tidak pernah ada lagi informasi mengenai titik lokasi selanjutnya.

Dari informasi tersebut dapat diketahui dimana lokasi terakhir smartphone kita berada atau masih diaktifkan.

Demikian serangkaian (10 seri) bahasan terkait dengan penelusuran smartphone berbasis android yang dapat diuraikan, semoga bermanfaat.




Menelusuri Android Smartphone bagian 9

Pada bagian 9 ini dibahas mengenai informasi lain yang penting yang dapat diperoleh untuk melakukan penelusuran smartphone jika terlupa atau hilang dengan melihat personal info & security.

Setelah melakukan log in, dari pilihan akun saya (My Account) terdapat pilihan Personal info & privacy. Pada pilihan tersebut, terdapat banyak sekali aturan yang dapat kita tentukan sesuai dengan kebutuhan. Aturan-aturan tersebut terdiri dari :

  • Decide which privacy settings are right for you
  • Your personal info
  • Manage your Google activity
  • Ads Settings
  • Control your content

Yang berkaitan dengan penelusuran smartphone yang kita miliki terletak pada bagian “Manage your Google activity”.

Terdapat dua sub bagian, yaitu Activity controls dan Review activity, geser pada bagian Review activity kemudian  pilih timeline in Google Maps.

Dari gambar tersebut dapat kita lihat, dalam kurun waktu terakhir ada berapa tempat yang paling sering kita kunjungi dan tempat dimana kita pernah berada (berhenti dalam waktu tertentu) berdasarkan location history. Sebagai contoh pada gambar di atas, terdapat 14 tempat yang sering dikunjungi dalam kurun waktu terakhir.

Jika pada bagian kiri bawah (14 places) kita pilih, maka terdapat tiga informasi terkait dengan lokasi yang pernah kita kunjungi yang terdiri dari :

  • Most visited
  • Visited
  • Unconfirmed

Semua informasi di atas bisa kita telusuri dengan catatan location history diaktifkan (on). Masing-masing lokasi yang ada dapat dilihat lebih detil dengan memperbesar gambar peta atau dengan memilih salah satu lokasi yang ada di daftar pada bagian bawah.

Untuk pembahasan berikutnya akan diuraikan pada tulisan yang berjudul “Menelusuri Android Smartphone bagian 10” .




Menelusuri Android Smartphone bagian 8

Pada bagian 8 ini dibahas mengenai penelusuran smartphone jika terlupa atau hilang dengan melihat pada bagian pertama, dimana pembahasan mengenai Ring dan Locate sudah selesai dibahas pada bgian sebelumnya. Terdapat beberapa pilihan lain yang bisa dilakukan selain Ring dan Locate yang terdiri dari :

  1. Lock your phone
  2. Try calling your phone
  3. Sign out on your phone
  4. Reach out to your carrier
  5. Consider erasing your device

Pilihan keempat adalah Consider erasing yout device. Pada pilihan ini kita diminta untuk mempertimbangkan penghapusan data yang ada pada perangkat yang hilang. Menghapus data pada perangkat yang kita miliki akan mencegah orang lain untuk melihat atau menggunakan isi perangkat kita dengan cara yang tidak bertanggungjawab.

Perlu diperhatikan juga, jika menghapus data pada perangkat kita, maka akan ada beberapa hal yang harus diketahui, yaitu :

  • Google mungkin tidak dapat menghapus semua yang ada di dalam kartu memori kita, karena berbagai alasan
  • Google tidak dapat lagi mencari lokasi, membunyikan nada sambung, atau mengunci perangkat yang gilang.
  • Kita akan kehilangan secara permanen akses terhadap informasi yang ada di dalam perangkat yang belum tersimpan atau di backup di Google. Jika perangkat dalam kondisi tidak aktif, maka proses penghapusan akan dilakukan ketika perangkat tersebut aktif. Jika perangkat tidak pernah aktif lagi, maka proses penghapusa tidak akan pernah bisa dilakukan.

Untuk pembahasan berikutnya akan diuraikan pada tulisan yang berjudul “Menelusuri Android Smartphone bagian 9” .




Menelusuri Android Smartphone bagian 7

Pada bagian 7 ini dibahas mengenai penelusuran smartphone jika terlupa atau hilang dengan melihat pada bagian pertama, dimana pembahasan mengenai Ring dan Locate sudah selesai dibahas pada bgian sebelumnya. Terdapat beberapa pilihan lain yang bisa dilakukan selain Ring dan Locate yang terdiri dari :

  1. Lock your phone
  2. Try calling your phone
  3. Sign out on your phone
  4. Reach out to your carrier
  5. Consider erasing your device

Pilihan keempat adalah reach out to your carrier. Pada pilihan ini kita diharuskan untuk segera menghubungi operator yang kita gunakan.

Jika smartphone memang hilang, maka sesegera mungkin menghubungi operator untuk menonaktifkan sim card yang hilang dan menggantikannya dengan sim card yang baru dengan nomor yang sama. Dengan demikian, jika nomor lama yang hilang diaktifkan, maka tidak akan dapat dipergunakan kembali.

Proses tersebut perlu dilakukan untuk menghindari berbagai hal buruk yang bisa dilakukan oleh orang yang tidak bertanggungjawab yang menemukan atau sengaja mengambil smartphone yang kita miliki.

Untuk pembahasan berikutnya akan diuraikan pada tulisan yang berjudul “Menelusuri Android Smartphone bagian 8” .




10 Mitos IT Security di benak Pelaku IT Enterprise, Mitos #3

Oleh : *IGN Mantra

IT Security tepatnya sebagai keamanan teknologi informasi saat ini didengungkan oleh semua kalangan, baik pemerintahan, swasta dan dunia akademis, 3 aspek ini seperti segitiga emas keterkaitan antara pemerintah-swasta-akademis. Saat ini semua aspek kehidupan menggunakan IT sebagai infrastruktur baik prasarana dan sarana untuk menunjang bisnis, selain itu proteksi terhadap IT (IT security) digunakan juga oleh beberapa pelaku industri, ada yang serius ada yang sekedarnya saja, sebagai pelengkap di permukaan saja.

Berikut ini Penulis akan mengungkapkan 10 Mitos tentang IT Security di benak para pelaku IT di perusahaan. Kita akan melihat benar tidaknya mitos tersebut, bisa jadi ada beberapa mitos masih ada di kepala kita masing-masing, karena sudah bertahun-tahun kita lakukan tanpa sadar seperti gerakan reflek di dalam olahraga. Begitu juga dengan mitos, ada yang telah kita kerjakan bertahun-tahun bahkan mungkin belasan tahun. Seyogyanya kita akan benahi pelan-pelan mana yang benar dan mana yang salah. Kecenderungan user/karyawan kita masih perlu diawasi oleh atasan agar tidak melenceng dari berbagai hal dalam penerapan IT Security policy di dalam pekerjaannya, berikut 10 mitos IT security tersebut.

Mitos #3 : Tenang, kita aman-aman saja kok di dalam Enterprise ini.

Banyak user dan karyawan di sebuah enterprise bergantung sepenuhnya kepada system keamanan perusahaan, sehingga ada anggapan kita aman-aman saja kok dan lakukan pekerjaaan hari ini. Fenomena ini sangat berbahaya karena user dininabobokan dengan anggapan keamanan di perusahaan ini aman-aman saja, sehingga menjadi teledor dan tidak tahu bahwa perusahaan sedang dilubangi oleh pihak lain.

Fakta #3  : Kompetitor dan cracker berusaha keras mencari celah keamanan (vulnerability) untuk melubangi system keamanan, tidak hari ini, akan mengulangi esok hari, tidak dapat esok hari maka akan berlanjut minggu depan dan seterusnya, sehingga fenomena aman akan membuat senang dan gigih para competitor untuk menembus system, diperlukan upgrade terus menerus untuk aware terhadap system keamanan secara keseluruhan, tidak ada kata aman 100%, harus ada monitoring, evaluasi dan update sehingga user akan selalu aware terhadap kondisi keamanan enterprise terkini.

 

Reference:

The Basics of Information Security,
Second Edition: Understanding the Fundamentals of InfoSec in Theory and Practice
2nd Edition by Jason Andress  (Author)