Smart Tourism

Oleh Mardiana Sukardi
Sepertinya kata “smart” ini sedang tren ya. Yang pasti setelah istilah smartphone yang menuntut penggunanya menjadi smart user, kemudian yang cukup terkenal lainnya adalah “smart city”. Menyusul smart city maka kata “smart” ini sekarang ini digabungkan dengan “tourism”. Lalu seperti apakah Smart Tourism ini. Pada prinsipnya kata “smart” ini mengandung kemampuan dalam mengambil keputusan yang diujungnya adalah untuk peningkatan kualitas hidup. Nah, tourism ini pun sedang laris diperbincangkan. Karena Negara Indonesia ini bak gadis seksi yang tak bosan untuk dibahas. Nah, sebagai orang yang suka jalan-jalan, plus punya background di bidang IT, tentulah kombinasi Smart Tourism ini menarik untuk dibahas.

Disimpulkan dari beberapa referensi yang dikumpulkan, maka salah satu kemampuan dari Smart Tourism adalah memberikan beberapa pilihan kepada user berdasarkan profile atau data yang sudah dikumpulkan, atau preferensi yang diinginkan oleh user. Dengan bantuan TI, maka profile dan data yang sudah ada, akan membantu para traveler untuk memilih kegiatan atau alternatif kegiatan lain, apabila itinerary yang sudah disusun tidak dapat terlaksana karena suatu hal, misal karena kendala cuaca. Kita ambil contoh, pariwisata di Indonesia ini salah satu yang sangat diminati adalah wisata budaya. Misalnya, seorang traveler berencana untuk mendatangi suatu pentas tari yang diselenggarakan di panggung terbuka. Tentunya acara ini tidak jadi dilaksanakan apabila turun hujan. Lalu apa yang bisa dilakukan oleh traveler? Dengan adanya aplikasi yang berbasis smart tourism ini, maka traveler akan diberikan beberapa alternatif tempat lainnya yang sesuai dengan profilnya, atau peminatannya di bidang budaya ini.

Contoh lain, selain wisata budaya, maka wisata alam bawah laut (under water) juga merupakan salah satu wisata andalan di Indonesia. Pengalaman yang pernah penulis rasakan adalah ketemu dengan salah seorang turis dari Australia yang datang ke Labuan Bajo untuk menyelam. Sambil berbincang, penulis sampaikan bahwa di NTT ada juga Pulau Alor yang justru lebih terkenal dengan keindahan bawah lautnya. Dan turis tersebut merasa belum pernah mendengar Pulau Alor tersebut. Sangat disayangkan, dengan posisinya yang ada di Labuan Bajo, dan hanya dengan penerbangan lokal saja sebenarnya sudah dapat mencapai Alor. Hal ini disebabkan karena integrasi data yang belum optimal. Diharapkan dengan smart tourism ini, maka para penyelam yang berada di Labuan Bajo, dapat mengakses informasi spot diving terdekat dan bagaimana akses menuju kesana.

Mungkin inilah sekilas tulisan mengenai Smart Tourism, yang tentunya sangat tepat diaplikasikan untuk peningkatan pariwisata di Indonesia. Akan tetapi kemudahan untuk mendapatkan info tentunya tetap disertai dengan perbaikan fasilitas, infrastruktur, dan keramahan warga. Hal ini yang akan membuat turis atau traveler tidak segan meneruskannya ke orang terdekat. Itung-itung untuk memperlancar usaha marketing. Salam piknik :D.




Peluang dan Tantangan Pemasaran Wisata di Indonesia

Perkembangan pariwisata di Indonesia sangatlah pesat saat ini, terutama semenjak acara wisata di beberapa televisi swasta ditayangkan. Pada acara televisi tersebut ditayangkan tempat-tempat wisata yang sudah dikenal bahkan yang masih belum banyak dikenal mulai diekspos dan dikenal banyak orang. Dari wisata pegunungan, laut, taman wisata hingga wisata kuliner diulas dalam acara tersebut, secara tidak langsung kepopuleran acara tersebut kemudian mempengaruhi berbagai pihak baik masyarakat bahkan juga pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Sebagai contoh pemerintah kemudian membuat program Pesona Indonesia atau yang lebih dikenal dengan “WONDERFULL INDONESIA” kemudian makin memperkuat citra Indonesia sebagai salah satu negara tujuan wisata yang menarik untuk dijadikan destinasi wisata bagi turis dalam dan luar negeri.

Berbagai destinasi wisata merupakanbeberapa objek wisata yang ada di Indonesia, dimana masih terdapat lebih banyak objek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Keberadaan objek wisata tersebut merupakan “mutiara terpendam” yang jika dikenal dan diekspos dengan tepat maka dapat menjadi sumber penghasilan baik bagi masyarakat sekitar dan juga pemerintah daerah bahkan negara pada umumnya. Perkembangan perekonomian bagi masyarakat yang memiliki objek wisata  “unik” menjadi salah satu peluang yang akan membawa perubahan bagi masyarakat khususnya bagi perekenomian. Perkembangan perekonomian masyarakat akan membantu tumbuh kembang perekenomian suatu daerah terutama daerah yang mengandalkan pariwisata sebagai salah satu sumber pendapatan utama, sementara bagi negera pendapatan tersebut menjadi salah satu sumber devisa.

Keberadaan objek wisata tersebut tidak semata-mata memberikan peluang namun juga dapat menjadi tantangan bagi seluruh elemen yang terlibat didalamnya, seperti pemerintah pusat dan daerah, masyarakat dan komponen lainnya. Isu mengenai pengelolaan pariwisata yang belum maksimal dilakukan memberikan dampak pada pengelolaan tempat wisata (objek dan fasilitas pendukung) dimana jika dapat dikelola dengan baik maka dapat menjadi salah satu sumber pendapatan yang berkesinambungan bagi pemerintah yang pada gilirannya dapat membantu promosi daerah serta peningkatan perekonomian. Dalam hal ini tidak hanya peran pemerintah dan masyarakat namun media juga memberikan peran yang besar terhadap perkembangan pariwisata daerah. Tanggung jawab untuk melakukan pengelolaan objek wisata secara baik dan profesional memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk turut terlibat sehingga secara tidak langsung mereka merasa memiliki tanggung jawab dalam pelestarian wisata dan budaya setempat bukan hanya memanfaatkan objek wisata sebagai sumber penghasilan. Pemahaman mengenai masalah tersebut penting untuk dibangun oleh seluruh stakeholder pariwisata di Indonesia.

Peran media juga saat ini terlihat dari berbagai publikasi yang sudah dilakukan untuk menunjang keberhasilan program wisata yang dicanangkan pemerintah. Melalui jargon hingga promosi melalui video pun mulai dilakukan oleh pemerintah demi meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Namun dari berbagai promosi yang dilakukan sudah tepatkah strategi pemasaran yang pergunakan oleh pemerintah untuk menjangkau sasaran pasar yang dituju? Mari kita ulas pada bahasan selanjutnya .




Indonesia Negara Terindah No 1 di Asia dan No 6 di Dunia….Hebat ..!!!

Indonesia menduduki ranking ke-6 sebagai negeri paling indah sedunia menurut penilaian situs pariwisata Rough Guides yang berbasis di London. Selain itu, Indonesia menempati posisi nomor satu di seluruh Asia soal keindahan tempat wisata.

Karena memiliki pemandangan alam yang indah dan budaya yang beragam, Indonesia berada di peringkat ke-6 sebagai negara paling indah di dunia, versi Rough Guides.
Rough Guides merupakan perusahaan penyedia buku panduan perjalanan dan inspirasi, merilis daftar 20 negara yang dinilai paling indah di sunia. Dalam daftar Most Beautiful Country in the World, Indonesia berada di urutan ke-6.

Indonesia dinilai memiliki pemandangan alam yang mengagumkan dan budaya yang beragam, sehingga menarik bagi para turis untuk berkunjung. Beberapa pemilik akun twitter menuliskan bahwa Indonesia memang terkenal dengan pulau-pulau yang indah serta pegunungan dan kaya akan warisan budayanya.

 

Suasana sunset atau saat matahari terbenam di salah satu resort kepulauan Raja Ampat, Papua Barat. FOTO: BeritaSatu Photo/Danung Arifin

 




Desa terindah di dunia juga ada di Indonesia….Wow..

Satu daerah di Sumatera Barat dinobatkan jadi desa terindah di dunia lho.

Gelar itu diberikan oleh suatu media dari Amerika Serikat yang bernama Travel Budget.

Desa ini bernama Pariangan atau Nagari Pariangan.

Lokasinya tepat di lereng Gunung Marapi atau sekitar tiga jam perjalanan dari Padang.

Dilansir dari berbagai sumber, Nagari Pariangan tertulis sebagai nagari tertua di Minang .

Semua rumah dibuat dari kayu atau bambu dengan aksesoris ala Minang yang khas.

Keramahan penduduk sekitar juga jadi daya tarik lain di desa yang sekarang sudah jadi tempat wisata.

Nagari Pariangan - Wow, Desa Terindah di Dunia Ternyata Ada di Indonesia




Hotel Terbaik di dunia ada di Indonesia ???

NIHIWATU  RESORST didapuk sebagai hotel terbaik di dunia tahun 2016 oleh majalah wisata , Travel+Leisure. Apa istimewanya hotel yang terletak di Sumba Barat tersebut?

Tiap tahun, majalah berbasis di Amerika Serikat yakni Travel+Leisure mengadakan survei untuk berbagai kategori di bidang pariwisata. Baru-baru ini, Nihiwatu yang terletak di Sumba didaulat sebagai hotel terbaik nomor 1 dari ajang “World’s Best Travel Awards 2016”. Nihiwatu mengalahkan deretan hotel bergengsi di AS, Selandia Baru, Australia, serta Ekuador dan Cile.

Nihiwatu terletak di Desa Hobawawi, Wanukaka, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. Mengutip rilis yang diterima KompasTravel, Sabtu (9/7/2016), hotel ini menggabungkan kemewahan dengan unsur budaya lokal.

Satu hal yang paling membedakan Nihiwatu dengan hotel-hotel lainnya adalah kegiatan social responsibility yang dilakukan pihak hotel bersama para tamunya.

Sebagian dari keuntungan Nihiwatu disumbangkan ke Yayasan Sumba (Sumba Foundation) yang dipelopori oleh pendiri Nihiwatu, Claude Graves dan Sean Downs pada 2001. Di Nihiwatu, 90 persen pekerjanya adalah warga lokal Sumba.

Mengenal Nihiwatu Resorts, Hotel Terbaik Dunia 2016 di Sumba




Situs Bersejarah ‘Choeung Ek’ di Phnom Penh Kamboja

Teman teman, saya ingin bercerita sedikit tentang pelajaran yang bisa diambil dari berkunjungnya saya suatu waktu di masa lalu ke Phnom Penh, Kamboja. Phnom Penh adalah ibukota negara Kamboja, salah satu kota paling terkenal di sana, tapi jangan bayangkan saat teman teman ke sana situasinya akan seperti di Jakarta. Yes, mungkin seperti di Jakarta, tapi Jakarta tahun berapa. Mungkin sekarang kondisi di sana sudah lebih baik, namun waktu saya ke sana tahun 2012, Phnom Penh terlihat begitu ‘sederhana’ seperti Jakarta jaman dulu. Kondisi rakyatnya pun tak se’baik’ se’makmur’ di kota besar di Indonesia, dan ini adalah salah satu akibat dari kejahatan Khmer Merah di tahun 70an di mana rakyat sengaja dibuat bodoh oleh pemerintah yang berkuasa. Orang orang pintar di masa itu dihabisi, rakyat dibantai, dan tempat pembantaiannya yang bernama Killing Fields of Choeung Ek itu sekarang dijadikan situs bersejarah dan objek wisata bagi para pelancong. Yang teman teman lihat di gambar adalah sebuah gedung di area Killing Fields of Choeung Ek, di mana di sana diletakkan tengkorak dari korban pembantaian yang berhasil dikumpulkan. Yang menjadi pelajaran buat kita adalah berhati-hatilah dengan kondisi kita di masa sekarang, di mana mungkin berbagai macam hiburan yang ada dibuat agar kita, anak-anak kita, generasi muda kita terlena sehingga kita menjadi malas, malas belajar, malas mencari ilmu, dibodohi dengan hedonism, kita menjadi konsumtif (baca:boros), dsb. Kita harus pandai memanfaatkan fasilitas yang ada untuk maju, untuk memajukan bangsa ini, sama-sama terus saling mendorong, jangan egois, maunya pintar sendiri juga sebuah kesalahan. Bangsa ini perlu banyak orang pandai, orang baik, orang yang senang berbagi, sehingga kita bisa maju bersama sama. Jangan SOS, Senang Orang Susah, Susah Orang Senang. Jadi begitu ya teman teman. Mari saling mengingatkan, berbagi manfaat, dan terus saling mendoakan. Semoga tulisan pendek ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Salam semangat dari saya.




Rekomendasi Resto Jilid 2

Kali ini wisata kulinernya (wiskul) mencoba makanan daerah Lombok. Makanan yang dicoba pertama kali adalah ayam Taliwang di RM Haji Murad, Jl Pejanggik, Mataram.

Ayam taliwang yang digoreng mau pun dibakar, semua menggunakan minyak kelapa. Wangi minyak kelapanya begitu khas, menambah selera. Makan bersama nasi hangat plus plecing kangkung dan beberuk yang pedas. Dijamin memuaskan rasa kelaparan Anda.

Bagi yang tak suka pedas, dapat meminta plecing kangkung kepada pelayan agar diturunkan tingkat pedasnya ke level paling rendah. Plecing kangkung ini terdiri dari kangkung, kacang panjang, tauge yang direbus dan kacang goreng dengan bumbu sambal tomat dan bumbu urap kelapa.

Untuk beberuk, hidangan ini berupa terung hijau segar yang diiris-iris dengan sambal yang sama  seperti plecing, hanya bedanya bawang merah diiris halus. Hidangan ini sama lezatnya seperti plecing kangkung. Hanya saja bagi Anda yang tidak suka pedas, siapkan minuman di dekat Anda. Karena Anda dijamin akan merasakan pedas sekalipun sudah meminta agar hidangan tersebut tidak pedas 😀

Plecing kangkung

Plecing kangkung

Ki-ka: beberuk, plecing kangkung Belakang: ayam taliwang bakar

Ki-ka: beberuk, plecing kangkung
Belakang: ayam taliwang bakar dan tahu goreng yang disajikan dengan bumbu minyak kelapa




Panorama Ngarai Sianok Bukittinggi

Indahnya ciptaan Tuhan….ngarai-sianok-bukittinggi




Apakah Anda “Kurang Piknik”? Mari kita lihat

Kita sering kali mendengar istilah “Kurang Piknik” ini. Nah menurut saya, istilah ini bisa mempunyai 2 arti. Apa itu, yuuuk kita simak.

1. Kurang Piknik, dalam arti yang sebenarnya, alias jarang banget ato malah gak pernah piknik/jalan-jalan. Dari suatu artikel yang pernah saya baca orang yang sering jalan-jalan itu biasanya lebih bahagia. Rada subyektif sih ya, tapi bisa jadi karena ada jeda antara kesibukan yang kadang menuntut waktu lebih dari 24 jam. Ada waktu buat tarik nafas lebih panjang, lurusin kaki, sekaligus tebar mata untuk menikmati betapa Allah telah menciptakan berbagai keindahan di muka bumi ini. Siapa sih yang gak bahagia?
Tapi piknik gak selalu diartikan jalan ato travelling jauh, mahal, dan perlu persiapan yang super ribet. Buat saya pribadi piknik suah jadi kebutuhan primer, klo lama gak piknik bawaannya bisa makan orang wkwkkkw… Cuma apakah piknik menurut saya itu harus selalu jauh? Enggak juga, mudik buat saya adalah piknik, jjs ke Tanah Abang, Thamcit, ato bahkan mengunjungi pameran di JCC, walau pulang gak nenteng apapun buat saya itu piknik. Plesir ke Kota Tua, masuk musium, ketemu komunitas kain, dan hunting kuliner, lain sebagainya, itu pun masuk kategori piknik. Pokoknya sesuatu yang menyenangkan, keluar dari rutinitas pekerjaan harian. Ketemu teman, foto-foto, plus suguhan udang gorengnya bu Parjo pun berasa nikmat pikniknya. Otot sudah kendor, nafas sudah lega, dan setiap Senin siap buat ngamen lagi :D.

2. Kurang Piknik yang lain artinya kurang wawasan, kurang baca, kurang mau cari tahu info yang sesungguhnya, atau bahkan kurang gaul. Biasanya orang kurang piknik dalam artian ini punya kecepatan jempol di atas rata-rata kecepatan otaknya. Share dulu, urusan bener apa enggak itu urusan belakangan, kadang malah lupa udah share apa aja (saking banyaknya yang di-share dan gak tau isinya). Kecanggihan gadget yang ditenteng kemana-mana pun tidak meningkatkan keinginannya untuk sedikit capek mencari tahu kebenaran berita sebelum diteruskan. Orang kurang piknik semacam ini biasanya sumbunya pendek, gampang meledak untuk hal-hal yang kadang gak penting cuma gegara judul suatu tulisan (baca: judul doang gak mau baca isinya). Sebenarnya dibanding dengan orang yang kurang piknik dalam artian sebenarnya, kurang piknik yang ini lebih bahaya. Kenapa? Sering kali setiap share berita yang akhirnya terbukti gak bener atau Hoax, si orang kurang piknik seperti ini jarang banget mau menarik atau merevisi apa yang sudah terlanjur diworo-woro itu, apalagi boro-boro minta maaf. Nah, loo….

Nah, sekarang sudah Kamis, besok Jumat, besoknya lagi weekend dong (klo saya mah blum, masih ada ngamen sampe sabtu buat nambah-nambah biaya piknik hahhaha….). Silakan buat rencana buat piknik. Inget ya, gak perlu jauh-jauh juga, coba deh siapa tau ternyata 200 meter dari rumah kita ada taman bagus buat cuci mata, yang selama ini gak kliatan karena saking sibuknya kita.

Selamat menjelang weekend, jangan lupa bahagia ya 😀




Lenggang Jakarta – Menyusuri Jejak Kemashyuran Masa Lalu

Diantara jeda waktu yang sangat ketat, karena deadline laporan penelitian, saya pikir perlu sejenak mengambil waktu untuk menuliskan sesuatu yang menyegarkan. Mumpung belum begitu lama, terpikir untuk menuliskan hasil jelajah di seputar Glodok dan Petak Sembilan, Jakarta Barat.

Jakarta sebagai Ibu Kota Indonesia, menyimpan banyak tempat cantik dan eksotik untuk dikunjungi. Jadi kalau waktu terbatas, dana terbatas, jangan kuatir, ada beberapa alternatif murah meriah untuk menyegarkan pikiran dari kepenatan pekerjaan sehari-hari. Saya mulai dari Glodok dulu. Aksesnya mudah, bisa naik bis Trans Jakarta jurusan Kota, turun halte Glodok. Atau naik CL turun Stasiun Kota, kemudian naik angkot sebentar menuju Glodok. Saya janjian dengan beberapa teman dengan meeting point Pantjoran Tea House, sala satu gedung tua di kawasan Glodok yang dijadikan restoran ala minum teh jaman dulu. Kemudian kita jalan menuju belakang, masuk ke salah satu gang kecil yang dulu bernama Gang Gloria. Ada salah satu resto jadul yang mashyur nian sejak tahun 1927, Tak Kie namanya. Terkenal dengan es kopi dan nasi timnya. Datanglah sejak pagi kalau ingin mencicipi nasi tim yang terkenal itu. Sambil menunggu beberapa teman lain bergabung, kami pun mencoba mie ayam dan beberapa jajanan jadul seperti, kue bulan “Sin Hap Hoat” rasa kedjoe, kue so pia (bakpia) “Sin Yen”, dan lo poh phiang isi jeruk kietna, plus permen susu. Acaranya makin seru karena pemilik Tak Kie ikut bergabung, dan bercerita sejarah resto ini.

Selanjutnya kami bergerak menuju resto yang gak kalah jadul “Wong Fu Kie”, dengan menu yang hot yaitu ayam jahe. Peer banget menemukan resto yang terletak di Gang Perniagaan Timur II ini. Menyusuri pertokoan sepanjang Petak Sembilan, yang penuh dengan apotik tradisional, jajanan, peralatan jadul, dan bersaing dengan segala macam jenis kendaran lalu lalang plus bongkat muat barang. Finally ketemu…., di gang kecil, eksotik, dan penampakannya gak kliatan banget kayak restoran. Mana dapurnya di depan boo…, lucu ya. Langsung pemilik menawarkan beberapa menu spesial yang menjadi andalan resto ini, akhirnya terpilih gurame, mie pangsit, lindung (belut), pokcay, dan ayam rebus. Nama versi Cina-nya susah ya, enggak apal….. Kalau mau pilih yang non halal pun ada :D. Begitu makanan lengkap disajikan, langsung diserbu abis akibat laper banget, lanjut foto-foto dengan pemilik resto yang mengatakan bahwa resto ini sudah berdiri sejak 60 tahun lalu.

Dari Wong Fu Kie, kami bergerak ke Pempek 99 nan mashyur di belakang pertokoan Asemka. Karena perut sudah kenyang, maka pempek cukup dibungkus, lagian restonya penuh sekali, tidak menyisakan tempat satupun yang kosong. Langsung pulang? Belum waktunya…, mampir dulu ke warung mie kangkung, yang ternyata sudah tutup karena abis dan kesorean. belum rejeki deh… Akhirnya setelah beli beberapa jajanan dan sovenir lucu-lucu, kami berpisah dan merencanakan kemana next trip buat Geng Ayam Jahe berikutnya.

Tunggu episode berikutnya pada Edisi Lenggang Jakarta yaaa…., selamat piknik.