digital fluency Indonesia kedua terendah dari 31 negara di survei
sambil menunggu perjalanan dari merak ke bakauning membaca femina edisi lama tetapi menjadi baru karena belum terbaca. sumber liputan khas hal 32 s.d 44. Geeting to Equal : How Digital is Helping Close the Gender Gap at work. adapun hal- hal yang menarik sbb.:
Paradok 68 % wanita Indonesia mengakui internet memegang peranan penting dalam kehidupan mereka. dan sejak lama Indonesia disebut Ibukota media sosial ternyata kefasihan digitalnya kita rendah sekali . Apakah baru sebatas membuat bising?
Alat ukur penelitian yang digunakan terhadap 49.000 wanita dan pria di 31 negara. mereka mewakili generasi millennial, gen X dan baby boomers di semua tingkat tenaga kerja dan berbagai ukuran perusahaan,
tingkat kefasihan digital masyarakat negara berkembang umumnya memang masih rendah karena belum ada upaya terstruktur dari pemerintah pebisnis atau korporasi untuk membangun budaya dan etika yang menyertai teknologi.
Padahal dunia kerja saat ini sudah berubah . Perkembangan teknologi pada era global mendorong perusahaan untuk memandang sumber daya manusia aset terbesar. Para penyedia kerja juga memiliki profil tenaga kerja idaman baru: mampu multitasking, memahami pasar internasional, memiliki kemampuan berkomunikasi dan berkolaborasi yang baik dan fasih digital.
Hasil riset menunjukkan negara dengan penduduk wanita yang meraih skor kefasihan digital tinggi cenderung memiliki kesenjangan gender lebih sempit.
Dengan kebiasan learning by doing dalam menggunakan teknologi digital dilakukan sehari-hari termasuk saat bekerja.
Hal yang dibahas di atas bagian dari tulisan majalah femina. Pertanyaan yang sering ditemukan dan di dengar , gratis tidak ? bagaimana sih?, Gimana cara pakainya ? pencet tombol yang mana? dan seterusnya harus sabar menjelaskan secara berkali-kali .
Saat ini dimana posisi kita? yang mau tidak mau harus masuk grup dari berbagai fitur yang ada pada aplikasi media sosial, sekarang bagaimana menyikapi hal tersebut?