Edhi Juwono – Mistisisme dan Empirisme
Tidak semua orang menyadari bahwa kita hidup di dalam dunia yang dipenuhi oleh persepsi. Persepsi tentang dunia memengaruhi pola berpikir dan berperilaku. Paling kurang ada dua madzab yang mempengaruhi persepsi kita yang pada gilirannya membentuk pola berpikir dan berperilaku, yaitu madzab mistisisme (mysticism) dan empirisme (empiricism).
Mistisisme berkeyakinan bahwa dunia ini dipengaruhi oleh kekuatan di luar entitasnya. Dengan kata lain dunia bukan bersifat independen, melainkan dependen. Lebih jauh, diyakini bahwa kehidupan atau keberadaan sebuah entitias bergantung pada kekuatan lain atau entitas lain yang berada di luar jangkauan sebuah entitas. Contohnya, dunia bergantung pada sebuah bimasakti (galaxy), dan bimasakti bergantung pada alam semesta (universe). Keyakinan ini yang melahiran agama-agama yang mempercayai bahwa kehidupan manusia bergantung dan ditentukan oleh kekuatan lain (outer power), terutama, oleh Yang Ilahi. Dipercayai bahwa manusia adalah citra dari Yang Ilahi sehingga keberhasilan dan kebahagiaan seseorang ditentukan oleh kerahiman Yang Ilahi.
Empirisme berkeyakinan bahwa dunia adalah sebuah entitias yang berdiri sendiri (independen), berbeda dari entitas lain. Hal itu menjelaskan mengapa sebagai sebuah planet, bumi ini memiliki makhluk hidup, sedangkan planet lain tidak memiliki makhluk hidup. Empirisme meyakini bahwa kehidupan manusia ditentukan oleh manusia itu sendiri atau keuatannya sendiri (inner power). Dipercayai bahwa setiap manusia akan membangun atau membentuk citranya masing-masing (self-image) sehingga keberhasilan dan kebahagiaan seseorang dipengaruhi oleh dirinya sendiri.
Di samping tesis dan antitesis itu, muncullah konvergensi yang mencoba untuk menyelaraskan kedua madzab itu. Aliran ini mempercayai bahwa pada kebanyakan entitas yang dependen terdapat ruang “kebebasan” sehingga keberhasilan dan kebahagiaannya ditentukan juga oleh kemampuan memaknai “kebebasan” yang diberikan sebagai bagian dari kerahiman Yang Ilahi.
About Edhi Juwono
Mestinya empirisisme ya
Seharusnya begitu Pak Adi, tetapi kita sudah terlanjur menyerapnya dari kata di dalam bahasa Prancis (lewat literatur Belanda) “empirisme”.