GWM BARU 2016 VS LOAN TO FUNDING RASIO (LF

Bank Indonesia sebagai bank sentral mempunyai peran selain untuk menstimulasi pertumbuhan ekonomi nasional dan juga menjaga stabilnya nilai tukar.  Untuk melaksanakan terjadinya kedua kondisi tersebut, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, pertama melalui kebijakan moneter dan kedua  menggunakan instumen open market operation. Dengan kebijakan moneter contohnya seperti penetapan besarnya Giro Wajib Minimum (GWM) yang semula 8% menjadi 6,5% ini untuk GWM Primer, sedangkan GWM sekunder semula 4,5% menjadi 5%.

Dalam perhitungan GWM LFR Bank Indonesia menetapkan besaran dan parameter yang digunakan (PBI No.18/14/PBI/2016) sebagai berikut:

  1. Batas bawah LFR  Target sebesar  80% .
  2. Batas atas LFR  Target sebesar  92%.
  3. KPMM Insentif sebesar 14%
  4. Parameter Disinsentif Bawah sebesar 0,1 (nol koma satu)
  5. Parameter Disinsentif Atas sebesar 0,2 (nol koma dua).

Selain itu juga insentif diberikan kepada Bank, jika rasio Kredit UMKM lebih cepat dari waktu tahapan yang telah ditetapkan, maka baras atas LFR menjadi 94%.

 Contoh perhitungan GWM LFR dalam Rupiah (LFR diatas 80%):

Total DPK dalam Rupiah (rata-rata harian) dalam masa laporan sejak tanggal  8  November sampai dengan  tanggal  15  November  2016  yang dimiliki Bank  ABFII sebesar Rp.100.000.000.000.000,00 dan LFR Bank posisi akhir masa laporan tanggal 8 November  sampai dengan  tanggal  15  November  2016 sebesar 90%.Berdasarkan data tersebut diatas maka besarnya GWM  dalam Rupiah harian untuk masa laporan sejak tanggal 24  November  sampai dengan  tanggal  30 November 2016 yang wajib dipenuhi Bank adalah:

a. GWM Primer sebesar 6,5% X Rp. 100.000.000.000.000,- = Rp.6.500.000.000.000,- dipenuhi dalam bentuk saldo Rekening       Giro Rupiah pada Bank Indonesia.

b. GWM Sekunder sebesar 4% X Rp. 100.000.000.000.000,- = Rp. 4.000.000.000.000,- dipenuhi dalam bentuk SBI, SDBI,             SBN, dan/atau Excess Reserve.

c. GWM LFR sebesar 0% X Rp. 100.000.000.000.000,- = Rp. 0,- (karena LFR pada kisaran batas bawah 80% dan batas atas             92%).

Contoh perhitungan GWM LFR dalam Rupiah (LFR dibawah 80%):

Total DPK rata-rata harian yang dimiliki Bank ABFII dalam Rupiah dalam masa laporan sejak tanggal 8  November sampai dengan  tanggal  15  November  2016  sebesar Rp.100.000.000.000.000,-  dan LFR Bank posisi akhir masa laporan tanggal 8  November  sampai dengan  tanggal  15  November  2016 sebesar 78%.

Berdasarkan pada data selama periode tersebut, maka besarnya GWM dalam Rupiah harian untuk masa laporan sejak tanggal 24  November  sampai dengan  tanggal  30 November 2016 yang wajib dipenuhi Bank adalah:

a. GWM Primer sebesar 6,5% X Rp. 100.000.000.000.000,- = Rp. 6.500.000.000.000,-  wajib dipenuhi dalam bentuk saldo              Rekening Giro Rupiah pada Bank Indonesia.

b. GWM Sekunder sebesar 4% X Rp. 100.000.000.000.000,- = Rp4.000.000.000.000,- dapat dipenuhi dalam bentuk SBI,               SDBI, SBN, dan/atau Excess Reserve.

c. GWM LFR sebesar 0,2% X Rp. 100.000.000.000.000,- = Rp.200.000.000.000,- harus dipenuhi dalam bentuk saldo Rekening     Giro Rupiah pada Bank Indonesia.

Contoh perhitungan GWM LFR dalam Rupiah (LFR diatas 92% ):

Total DPK rata-rata harian yang dimiliki Bank ABFII dalam Rupiah dalam masa laporan sejak tanggal 8  Novembersampai dengan  tanggal  15  November  2016  sebesar Rp100.000.000.000.000,-  sementara LFR Bank posisi akhir masa laporan tanggal 8 November  sampai dengan  tanggal  15  November  2016 sebesar 97%  dan KPMM Bank posisi akhir bulan  Juni  2016  sebesar 12%.

Berdasarkan data diatas, maka parameter disinsentif atas dapat dihitung sebagai berikut :

Parameter Disinsentif Atas x (LFR Bank  –  batas atas LFR Target) x DPK dalam Rupiah

= 0,2 x (97% – 92%) x DPK dalam Rupiah

= 0,2 x 5% x DPK dalam Rupiah

= 1% x DPK dalam Rupiah

Dengan demikian besarnya GWM dalam Rupiah harian untuk masa laporan sejak tanggal 24  November  sampai dengan  tanggal  30 November 2016 yang wajib dipenuhi Bank adalah:

a. GWM Primer sebesar 6,5% X Rp. 100.000.000.000.000,- = Rp.6.500.000.000.000,-  wajib dipenuhi dalam bentuk saldo             Rekening Giro Rupiah pada Bank Indonesia.

b. GWM Sekunder sebesar 4% X Rp. 100.000.000.000.000,- = Rp.4.000.000.000.000- dapat dipenuhi dalam bentuk SBI,               SDBI, SBN, dan/atau Excess Reserve.

c. GWM LFR sebesar 1% X Rp. 100.000.000.000.000,- =  Rp.1.000.000.000.000,-  harus dipenuhi dalam bentuk saldo                     Rekening Giro Rupiah pada Bank Indonesia.

Contoh perhitungan GWM LFR dalam Rupiah (LFR100% dan KPMM 15%) ::  

Total DPK rata-rata harian yang dimiliki Bank ABFII dalam Rupiah dalam masa laporan sejak tanggal 8  November sampai dengan  tanggal  15  November  2016  sebesar Rp.100.000.000.000.000,-  dan LFR Bank posisi akhir masa laporan tanggal 8 November  sampai dengan  tanggal  15  November  2016 sebesar 100%  dan KPMM Bank posisi  akhir bulan  Juni  2016  sebesar 15%.

KPMM Insentif ditetapkan sebesar 14% (empat belas persen). LFR Bank lebih besar dari batas atas LFR Target dan KPMM Bank lebih besar dari KPMM Insentif, sehingga GWM LFR dalam Rupiah harian Bank ABFII  untuk masa laporan sejak  tanggal 24  November  sampai dengan tanggal  30  November  2016  adalah sebesar 0%  dari DPK dalam Rupiah

Berdasarkan data tersebut  maka perhitungan GWM dalam Rupiah harian untuk masa laporan sejak tanggal 24  November  sampai dengan  tanggal  30 November 2016 yang wajib dipenuhi adalah :

a. GWM Primer sebesar 6,5% X Rp. 100.000.000.000.000,- = Rp.6.500.000.000.000,-  wajib dipenuhi dalam bentuksaldo               Rekening Giro Rupiah pada Bank Indonesia.

b. GWM Sekunder sebesar 4% X Rp. 100.000.000.000.000,- = Rp4.000.000.000.000,00 dapat dipenuhi dalam bentuk SBI,           SDBI, SBN, dan/atau Excess Reserve.

c. GWM LFR sebesar 0% X Rp. 100.000.000.000.000,- Rp. 0,-

Referensi :

  1. PBI No.15/15/PBI/2013 Tentang GWM Bank Umum Dalam IDR Dan VA Bagi Bank Umum Konvensional
  2. PBI No.18/14/PBI/2016 Tentang Perubahan Keempat Atas PBI No.15/15/PBI/2013 Tentang GWM Bank Umum
  3. Riyadi, Selamet. (2006). Banking Assets And Liability Management, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia