JANGKAU, SINERGI, GUIDELINE = PROGRAM “JARING”
Kemarin tanggal 3 Novemper 2015, kami menghadiri undangan OJK di Hotel Borodubudur jam 09.00-16.30 WIB dalam kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang diselenggarakan oleh OJK bekerjasama dengan Kemterian Kelautan dan Perikanan, yang dihadiri oleh Ketua-Ketua Perhimpunan Industri hasil laut, mulai dari Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HSNI), Ketua Asosiasi Pelelangan Ikan, Ketua Koperasi Pasar Pelelangan Ikan dan banyak lagi yang terkait dengan kegiatan yang berhubungnan dengan hasil laut Indonesia ini. Selain itu juga di hadiri oleh kalangan Praktisi Perbankan yaitu 14 Bank yang tergabung dalam penyaluran KUR untuk UMKM sektor Kelautan dan Perikanan, dari lembaga Penjaminan seperti Askrindro/ Jamkrindo, Jamkrida, Asuransi dan juga oleh kalangan akademisi dari berbagai Peruguran Tinggi di Indonesia. Yang menjadi topik pembahasan adalah “Pembahasan Sekema dan Solusi Bisnis Pembiayaan Sektor Kelautan dan Perikanan”.
Tentu saja pada peserta sangat antusia dengan adanya FGD ini, terutama kalangan industri kelautan yang selama ini terabaikan atau tidak diperhitungkan dalam hal pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh kalangan perbankan karena berbagai sebab, diantara banyakl nelayan yang tidak bankable, risiko tinggi, lebih mudah proses pinjam ke rentenir daripada ke bank walalaupu harus membayar dengan bunga yang sangat tinggi. Dari Pembahasan memang tampak terjadinya mis informasi/ mis komunikasi, dari sisi pelaku industri kelautan bahwa potensi hasil laut Indonesia tahun 2015 mencatat Nilai Ekspor USD.5,86 milyar yang merupakan sebagian hasil produksi perikanan sebesar 24,14 juta ton. Sementara realisasi kredit perikanan per Desember 2014 baru mencapai 2% lebij sedikit dibandingkan dengan total kredit yang ada. Sementara NPL pada periode yang sama hanya sebesar 2,54% masih berada dibawah rata-rata NPL nasional yang berkisar 2,7% (statistik perbankan OJK 2014). Ini berarti membuktikan bahwa sektor perikanan nukanlah sektor yang berisiko tinggi seperti yang selama ini dipersepsikan. Terdapat 5 komoditas ekspor yaitu : Udang 46%, Tongkol 15%, Kepiting 9%, Rumput Laut 6%, Mutiara1% dan Ikan lainnya 23%. Jadi porsi ekspor untuk Udang dan TTC (Tuna, Caklang dan Tongkol) mencapai 61%. Berdasarkan data yang disampaikan oleh Direktur Pengembangan Investasi Kementerian Kelautan menunjukkan bahwa Nilai Industri Perikanan Tangkap sebesar Rp. 70 triliun (26,9%), Nilai ekonomi Indsutri Perikanan Budidaya sebesar Rp. 75 triliun dan Nilai Ekonomi Industri Pengolahan dan Distribusi Rp.115 triliun, ini berarti banyak potensi pembiayaan hasil laut yang belum terinformasi dengan baik kepada sektor industri perbankan/ pembiayaan.
Terkait dengan peran OJK sebagai penggagas acara tersebut sehingga melibatkan pihak perbankan, asuransi dan lembaga penjaminan serta akademisi, bahkan PLN pun turut diundang adalah dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh industri sektor kelautan, sehingga kedepannya industri kelautan kita dapat lebih berkembang, maju dan meningkatkan hasil ekspor nasional dengan dukungan pembaiayaan dari bank, lembaga pembiayaan, asuransi, lembaga penjaminan dan OJK sendiri selaku otoritas moneter di negeri ini.
Sumber : Bahan FGD dan Buku “JARING” yang diterbitkan oleh OJK