Khusnuzon kepada Allah SWT

image_print

Akhir-akhir ini saya sedang gemar membaca buku Notes from Qatar yang ditulis oleh Muhammad Assad seorang Enterpreneur muda yang lulusan S2 Qatar dengan bidang ilmu Islamic Finance. Tulisan-tulisan yang dituangkan dalam bukunya berisi tentang perjalanan beliau mendapat beasiswa dan selama belajar di Qatar. Berbagai kejadian yang dialaminya dalam mendapatkan beasiswa baik S1nya di Malaysia maupun S2nya di Qatar serta berbagai pengalaman selama menempuh pendidikannya di negeri orang selalu disikapi dan dituangkan dalam sudut pandang yang positif. Yang lebih mengagumkan, apapun kejadian dalam hidupnya selalu disyukuri dan dikaitkan dengan falsafah hidupnya yang bersandarkan pada Al-Qurán dan hadist.

Salah satu yang dipesankan dalam tulisannya adalah tentang sikaf positive thinking atau khusnudzon kepada Allah SWT. Hal tersebut mengingatkanku pada suatu kejadian di bulan syawal atau pasca iedul fitri 2015. Pada suatu hari di masa liburan iedul fitri tersebut ada Whats App (WA) dari seorang teman dosen dari Universitas Airlangga (Unair) bernama ibu Nisfu Laila yang kebetulan saat itu sebagai Kaprodi Ekonomi Syariah di Universitas Airlangga. Isi WA beliau adalah mengajak saya untuk mengikuti acara call for Paper yang diadakan Unair di Lombok, NTB. Saya awalnya keberatan mengikuti ajakan beliau karena disamping harus mempersiapkan paper dalam waktu singkat juga karena terkendala oleh biaya. Kampus saya bekerja sudah tidak memberikan fasilitas bagi dosen yang ingin menjadi peserta atau presenter/pemateri acara call for paper, yang berarti segala biaya yang ditimbulkan dari acara tersebut menjadi tanggung jawab pribadi saya sebagai dosen.

Namun, karena teman saya tersebut agak memaksa saya agar ikut acaranya, maka saya mulai berfikir untuk mengikuti acara tersebut. Saya mulai meringkas skripsi mahasiswi saya yang temanya agak menarik dan mengkomunikasikan kepada mahasiswi tersebut jika skripsinya akan saya jadikan paper dan sepakat untuk memperbaharui data yang dipakai dengan menambahkan periode penelitian. Alhasil dalam tempo sekitar tiga hari paper yang dibutuhkan siap dikirim melalui email panitia call for paper, tentunya dengan terlebih dahulu membayar biaya untuk menjadi peserta call for paper dan seminar. Selanjutnya saya memesan tiket pesawat PP Jakarta-Lombok-Jakarta dan  saya komunikasikan pada teman dari Unair bahwa saya sudah membayar biaya pendaftaran seminar dan call for paper dan sudah memesan tiket Jakarta-Lombok-Jakarta. Tentunya semua biaya itu saya keluarkan dengan memakai uang pribadi, saya fikir tidak apalah toh hasil positif mengikuti acara tersebut juga saya yang akan menikmati, dan yang terpenting saya dapat bersilaturahim dengan teman-teman di lingkungan ekonomi syariah dan terutama bisa berjumpa dengan kawan baik saya yang mengajak saya mengikuti acara tersebut. Namun demikian, saya tetap agak berat harus mengeluarkan biaya untuk penginapan sekitar tiga malam disana plus biaya makan setelah acara usai, mengingat dana yang saya miliki terbatas karena baru usai Iedul Fitri. Tapi entah mengapa saya punya keyakinan bahwa Allah SWT akan menolong saya, bagaimanapun caranya.

Saya kemudian mengontak ibu Nisfu Laila atau lebih tepatnya sahabat saya yang menjadi organizing committee dan mengajak saya untuk hadir di acara tersebut. Kami pun mengobrol berbagai hal sampai kemudian saya mengutarakan jika saya belum mencari penginapan untuk acara disana. Jawaban yang diberikan teman saya sungguh membuat saya terkejut tetapi sekaligus membuat hati saya plong. Beliau menganjurkan agar saya tidak usah mencari penginapan dan menawarkan untuk menginap di kamarnya. Awalnya saya menolak secara halus namun pada akhirnya saya setuju setelah beliau menyampaikan jika beliau memang sendirian di kamarnya (tidak ada panitia lain yang sekamar dengannya). Satu masalah selesai, dan saya bersyukur item biaya yang harus saya keluarkan sudah berkurang satu. Sungguh Allah Maha Kaya dan Maha Pemurah.

Singkat kata satu malam sebelum acara dimulai saya sudah sampai di hotel tempat nanti acara berlangsung. Saya pun akhirnya banyak bertemu dengan teman-teman Unair yang saya kenal, otomatis kami langsung saling menyampaikan selamat hari raya Iedul Fitri dan saling maaf memaafkan, karena memang masih terasa suasana Iedul Fitri. Keesokan harinya kami mengikuti acara pembukaan dan seminar seharian. Saat acara seminar berlangsung saya bertemu dengan kawan lama dari STEI Tazkia bernama ibu Murniati Muchlisin yang baru lulus Ph.D dari University of GlasGow – Inggris dan sedang menemani promotor disertasinya bernama Dr. Muhammad Hudaib yang menjadi salah satu narasumber di acara tersebut. Beliau sangat antusias saat melihat saya karena beliau tahu saya paling gemar mengabadikan moment apapun dalam suatu acara dengan camera Hand Phone. Saya masih ingat saya pernah mengabadikan beliau saat presentasi di acara Forum Riset Ekonomi dan Keuangan Syariah (FREKS) yang diadakan Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) dan diselenggarakan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saat itu beliau menjadi pemenang pertama dalam acara tersebut dengan total hadiah sebesar Rp.15.000.000,00. Hasil dokumentasi HP tersebut saya kirim ke beliau via WA, dan tentunya beliau senang karena memiliki dokumentasi moment bersejarah dalam hidup beliau sebagai pemenang lomba pada acara FREKS tersebut.

Kembali ke acara call for paper, singkat kata di hari kedua kami yang mengirim paper harus presentasi yang dikelompokkan sesuai dengan bidang ilmu atau tema yang kami bahas, dan pelaksanaannya dilakukan di gedung pascasarjana Universitas Mataram (Unram). Kami menuju ke lokasi dari hotel kami menginap dengan bis yang telah disediakan oleh panitia, begitupun saat acara selesai kami kembali dengan bis tersebut. Saat akan kembali ke hotel dari Unram ternyata saya bertemu dengan ibu Murniati yang dari STEI Tazkia dan tempat duduk kami bersebelahan. Kami ngobrol berbagai hal dan diakhir pembicaraan beliau bertanya pada saya, apakah saya memiliki rencana khusus untuk malam itu? Saya jawab saya akan mencari makan saja diluar hotel karena fasilitas makan malam memang tidak disediakan oleh panitia. Tidak diduga karena jawaban saya tersebut ibu Murniati mengajak saya menemani dia makan malam di rumah salah satu mantan komisaris Bank BPD NTB yang merupakan relasi beliau dan memiliki hubungan yang sangat baik dengan STEI Tazkia. Saya pun tidak menolak ajakan beliau dan janjian bertemu di lobby hotel setelah melakukan ibadah sholat magrib. Singkat kata kami pun pergi ke rumah relasi beliau (sebut saja Bapak Zulham) dan disambut dengan sangat baik oleh keluarganya dengan hidangan makan malam khas Lombok. Kembali saya bersyukur dalam hati Allah Maha Pemurah.

Berdasarkan obrolan kami selama di rumah bapak Zulham akhirnya saya mengetahui jika STEI Tazkia memiliki program beasiswa dengan mengumpulkan siswa/siswi SMU terbaik di daerah Bapak Zulham tinggal dan bekerjasama dengan BPD Mataram dalam hal pendanaan beasiswanya dengan syarat setelah lulus kuliah para siswa/siswi penerima beasiswa tersebut harus siap bekerja di Bank BPD NTB. Disamping itu STEI Tazkia pun memiliki suatu program pengembangan Lembaga Keuangan Mikro Syariah yang disebut Baitul maal wat tamqin yang ruang lingkup usahanya memberikan pembiayaan kepada usaha-usaha home industry yang kebanyakan dikelola oleh para wanita dan proses pemberian pembiayaan tersebut dilakukan secara tanggung renteng oleh seluruh anggota. Kami pun merencanakan dengan salah satu alumni Tazkia yang pernah menerima program beasiswa akan berkunjung ke sentra kerajinan tanah liat pada suatu daerah di Lombok yang merupakan binaan dari Baitul maal wat tamqin  Tazkia. Rencana tersebut akan dilakukan keesokan harinya dan di hari terakhir saya berada di Lombok.

Keesokan harinya saya sempat makan pagi di hotel dengan ibu Nisfu Laila Unair dan berfoto bersama untuk kenang-kenangan. Saat makan pagi tersebut saya menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada beliau karena sudah mempermudah saya dengan memberikan kesempatan menginap berdua di kamarnya.  Saya katakan saya belum tentu dapat membalas kebaikan beliau dan hanya Allah SWT adalah sebaik baik pemberi balasan.

Jawaban beliau sangat mengejutkan saya dan membuat saya terharu mendengarnya. Ibu santai saja, saya berbuat baik pada ibu bukan untuk ibu koq, tapi untuk diri saya sendiri, karena hakekatnya saat saya berbuat baik pada siapapun sebetulnya sedang berbuat baik untuk diri saya sendiri. Selain itu jika kita ingin mendapat kemudahan untuk diri kita, maka permudahlah urusan orang lain. Masyaa Allah sambal berkaca-kaca saya memeluk beliau dari samping karena saat kita makan tersebut duduknya bersebelahan. Sungguh saya kehilangan kata-kata saat itu dan kalimat itu sampai saat ini tersimpan dalam lubuk hati yang paling dalam. Kembali lagi saya bersyukur dan berucap dalam hati Allah Maha Baik dan Maha Mencukupkan kebutuhan hambanya.

Tidak lama HP saya berdering dan ternyata dari ibu Murniati Tazkia yang mengabarkan jika beliau sudah menunggu di lobby hotel dan siap berangkat ke sentra kerajinan tanah liat di daerah Lombok Barat (jika tidak salah). Saya pun pamit kepada ibu Nisfu Laila dan sekali lagi mengucapkan terima kasih atas kebaikan beliau. Setelah berpelukan dan cipika cipiki saya pun meninggalkan beliau tentu dengan harapan akan bertemu kembali di lain waktu dan kesempatan.

Saat berjalan sambil menggerek koper menuju lobby saya bergumam dalam hati saya sendiri, sungguh luas rezeki Allah di dunia ini, dan tidak harus dalam bentuk materi atau uang yang kita terima, tetapi bisa dalam bentuk apapun. Dalam hal ini, rezeki yang saya terima adalah kemudahan berupa fasilitas penginapan gratis yang diberikan Allah SWT melalui teman saya ibu Nifu Laila yang saat itu bertindak sebagai ketua panitia di acara tersebut. Sungguh syukur yang tidak terhingga saya panjatkan dalam hati kepadaMu ya Rabb. Semoga saja rasa syukur yang saya panjatkan akan menambah keimanan saya, menambah keyakinan bahwa apa yang Kau gariskan dalam hidup saya juga merupakan takdir yang harus saya jalani dan selalu berbaik sangka (khusnudzon) kepadaMu. Sebab sesuai dengan firman-Mu dalam hadist Qudsi sebagai berikut “Aku adalah apa yang hamba-Ku sangkakan kepada-Ku. Jika dia berfikir baik tentang-Ku maka itu yang dia dapat, dan jika dia berfikir buruk tentang-Ku maka itu yang dia dapat.” (Muttafaq ‘alaih). Seperti cerita yang saya alami, saya berkeyakinan Allah SWT akan menolong saya terkait dana yang terbatas sedangkan saya harus memiliki dana lebih untuk membayar penginapan dan makan setelah acara usai. Ternyata terbukti Allah memang manolong saya dengan caraNya.

Semoga semua kejadian yang saya alami akan menambah keinginan dalam diri saya untuk lebih mendekatkan diri kepadaMu. Hal ini sesuai dengan hadist Qudsi lainnya yang berbunyi “Barang siapa mendekat pada-Ku sejengkal, maka Aku mendekat padanya sehasta. Barangsiapa mendekat pada-Ku sehasta, maka Aku mendekat padanya sedepa. Jika hamba-Ku itu mendatangani Aku dengan berjalan, maka Aku mendatanginya dengan berlari.” (Muttafaq’alaih). Melalui tulisan ini saya berharap akan tetap mengingatkan diri saya bahwa janji Allah SWT itu pasti dan kita akan merasakannya melalui kejadian-kejadian sehari hari jika sungguh-sungguh meyakininya dan berusaha selalu berhusnudzon dan lebih mendekatkan diri padaNya. Insyaa Allah.

Jakarta, 12 Oktober 2016

About Puji Hadiyati

You may also like...

1 Response

  1. atika says:

    Terima Kasih atas sharing pengalamannya bu, yang sangat menginspirasi bagi saya dan yang membaca artikel ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *