Mengapa Tauhid Yang Benar Sangat Diperlukan Bagi SDM Syariah (Sumberdaya Insani).

Hal ini disebabkan karena Islam mengajarkan ummatnya kepada keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Gagah, Perkasa, Esa dan tidak lemah atau cengeng.

Konsep Tuhan yang diajarkan dalam Islam, adalah Tuhan yang tidak perlu bersekutu, karena dengan keberadaannya sendiri saja Dia sudah mampu untuk berbuat apa saja.

Allah Subhaanahu wataala dalam ajaran Islam adalah satu-satunya Penguasa (Penguasa Tunggal) dan tidak pernah berbagi kekuasaan dengan siapa pun.

Allah Subhaanahu Wataala dengan kesendiriannya tidak menunjukkan kelemahan sedikitpun.

Allah menjadikan yang selain dari dirinya adalah makhluk belaka.

Semua selain dari Allah adalah dibawah kekuasaannya.

Karena begitu berkuasanya Allah sehingga Dia tidak beranak apalagi diperanakkan. (Al Qur’an Surat Al Ikhlas ayat  3).

Allah Subhaanahu Wataala memiliki sifat absolute, distinct, unique. (Al Qur’an Surat Al Ikhlas ayat 4).

Oleh karena sifat-sifatNya yang sedemikian itulah Allah SWT juga menyukai hamba-hambanya yang memiliki sifat yang hanya bergantung kepadaNya saja (Al Qur’an Surat Al Ikhlas ayat 2).

Seorang yang beriman, memiliki sifat tidak berhajat kepada makhluk, yang juga merupakan sifat Allah. Akan tetapi yang membedakan dia dengan Kholiknya adalah dia tidak mau bergantung kepada makhluk tetapi dia masih bergantung kepada KholikNya, sedangkan kholik  sekali-kali tidak bergantung kepada siapa pun.

Jadi SDM yang ada di sebalik praktek ekonomi syariah adalah SDM yang dikehendaki oleh Allah dan RosulNya, yaitu SDM yang tidak bergantung kepada sesama makhluk Allah.

Hal ini yang ditunjukkan oleh manusia-manusia pilihan Allah yaitu para Nabi dan Rosul, dan juga para shahabat Rosulullah SAW.

Bagaimana coba kita lihat pada peristiwa yang sangat kritis yaitu peristiwa yang menentukan  ada atau tidaknya eksistensi ummat Islam di kemudian hari yaitu peristiwa perang Badar.

Nabi SAW, selama semalam-malaman mencurahkan harap dan pintanya hanya kepada Allah saja, tidak kepada sesiapa pun, bahkan sama sekali tak pernah terbetik dihatinya untuk minta bantuan kepada malaikat Jibril, yang sering menjumpainya.

Jadi ekonomi syariah hanya dapat ditegakkan jika elemen-elemen manusianya (SDMnya)  adalah orang-orang yang hanya bergantung dan berharap kepada Allah saja.

Disinilah maksud atau inti pembahasan buku ini, yaitu bagaimana kemakmuran ekonomi yang pernah dicapai ummat Islam di masa-masa permulaan kekhalifahan Islam karena ditopang oleh elemen-elemen manusianya yang bertauhid kuat, sehingga mengundang campur tangan Yang Kuasa dalam segala segi kehidupan khususnya di bidang ekonomi (syariah), karena waktu itu belum ada praktek ekonomi yang dinamakan dengan ekonomi kapitalis ataupun sosialis/komunis.