Pendidikan Tinggi Bisnis Menghadapi Era IR 4.0

Era revolusi industri 4.0 (IR 4.0) telah mengubah lanskap
bisnis. teknologi fisik dan digital dikombinasi sehingga menghasilan banyak peluang,
barang-barang dan jasa-jasa, layanan, pekerjaan dan model bisnis baru. Misalnya
Facebook, Google, Airbnb, Grab, Go-Jek, dan Traveloka.

Kata CEO HSBC John Flint: teknologi baru telah membuat
kita mampu melayani komunitas yang sebelumnya tak tersentuh, menurunkan biaya
pengiriman, meningkatkan penyebaran lembaga keuangan mikro dan  perbankan ritel skala kecil. Survei
Deloitte’s (2019) menyebutkan bahwa 87% eksekutif yakin bahwa Industry 4.0 akan
memebuat keadilan sosial-ekonomi, karena berbagai kelompok sosial di berbagai
lokasi akan mudah mengakses pekerjaan, pendidikan dan keuangan. Dalam hal ini
Indonesia dengan jaringan infrastruktur serta kepemilikan gawai yang masif,
maka peluang bisnisnya besar. Di sisi lain,  diperlukan sumber daya manusia yang
mampu bekerja pada Industry 4.0. Sehingga lembaga pendidikan perlu untuk
menyesuaikan kurikulumnya.

Sistem Industry 4.0

Industry 4.0 awalnya diperkenalkan pada 2011 saat Hanover
Fair di Jerman sebagai strategi teknologi tinggi dalam memajukan digitalisasi industri
manufaktur. Ini merupakan kelanjutan dari tahapan sebelumnya.

Tahap 1:   Revolusi industri dengan temuan mesin uap
pada abad 18 melalui mekanisasi.

Tahap 2:   Pada awal abad 20 diterapkan teknologi
produsi assal dengan tenaga listrik.

Tahap 3:   Sekitar 1970an penerapan produksi otomatis
dengan teknologi internet dan elektronik.

Tahap 4: Revolusi industri berupa jejaring sistem intelijen manusia, mesin, peralatan dan produk yang digunakan untuk menjalankan proses produksi, manajemen data, serta hubungan pelanggan.

Keterampilan yang diperlukan

Technical skill adalah kemampuan menjalankan kegiatan spesifik dengan menggunakan alat, teknik, metodem prosedur dan proses yang spesifik. pada umunmnya, awalnya perusahaan menerima pegawai karena keterampilan ini. Kemudian bersamaan dengan waktu, pegawai makin mahir dan akan dipromosikan keposisi manajerial. Maka diperlukan kemampuan mengawasim melatih, mengarahkan dan mengevaluasi bawahan. Dalam kaitannya dengan kurikulum pendidikan, mahasiswa bukan saja memliki basic skill (membaca, menulis dan matematika) tetapi juga memahami/melek teknologi dan data (technology literacy and data literacy). Technology literacy diperlukan untuk memahami bagaimana mesin bekerja, dan data literacy diperlukan untuk menanagani arus data yang besar.

Pada setiap tingkatan manajemen, kemampuan kerjasama amatlah penting. Untuk kesuksesan karir maka SDM harus mengembangkan human skills seperti komunikasi, motivasi, negosiasi,  menyelesaikan konflik, mengawasi, delegasi wewenang dan pengambilan keputusan. Tanpa keterampilan tersebut manajer tidak akan mampu secara efektif menjalankan fungsi-fungsi manajemen: Merencanakan, mengorganisasi, mengarahkan dan mengendalikan. Konsekuensinya, dalam kurikulum pendidikan perlu human literacy. Kewirausahaan juga diperlukan agar mahasiswa kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan peluang.

Jika human skills berkenaan dengan manusia, technical skill berkenaan dengan barang, maka conceptual skills berkenaan dengan gagasan. Makin tingi posisi, conceptual skills semakin diperlukan. Ini adalah kemampuan manajer memandang masa depan, memindai lingkungan dan kemampuan organisasi, merumuskan tujuan dan sasaran, membangun rencana jangka panjang dan tahunan. Kemudian menerjemahkannya ke dalam program dan kebijakan isnis, Sebagai konsekuensinya, manajer harus memiliki kemampuan analisis gejala, berpikir kreatif secara sistematik menentukan isyu utama dari persoalan bisnis yang dihadapi, berpikir kreatif memecahkan masalah dan sigap mengambil peluang. Untuk itu mahasiswa perlu ditanamkan kelincahan (agility), sehingga lincah bergerak pada berbagai keadaan dan konteks budaya.

Metode Pembelajaran

Kebutuhan keterampilan tersebut diterjemahkan ke dalam
kurikulum pembelajaran manajemen. Contoh:

Conceptual skill   : Manajemen strategi, pengantar bisnis.

Human skill          : Manajemen SDM, perilaku organisasi, kewirausahaan.

Technical skill      : Akuntansi, manajemen keuangan, mata kuliah IT.

Mengingat sekarang bahan pembelajaran ad dimana-mana dan mahasiswa mudah mendapatkannya di internet, maka metode pembelajarannnya pun berbeda. Pengajar bukan hanya menyapaikan pengetahuan tapi juga bekerjasama dengan mahasiswa menciptakan pengetahuan dan membantu mahasiswa dalam strategi pembelajaran. Maka dosen berperan sebagai motivator, mediator dan fasilitator.

Selengkapnya:

Jahja, A. S. (2019). Equipping our students in welcoming IR 4.0 era. Dalam “Mengasah emas Indonesia cerdas: Reborn 4.0 Perbanas Institute” (pp. 383–389). Depok: PT. Tosca Jaya Indonesia.