Jumlah Referensi dalam Sebuah Artikel

Referensi atau Daftar Pustaka

Ismail Suardi Wekke (STAIN Sorong, Papua Barat)

Sebuah pertanyaan mengawali pagi ini di hari Maulid (12/12 2016). “berapa referensi yang patut digunakan dalam sebuah artikel?”. Tidak ada batasan yang baku. saya menjawabnya dengan satu kalimat komprehensif. Kondisi yang kedua adalah dimana artikel tersebut akan dipublikasikan?. jikalau sebuah artikel dipublikasikan dalam jurnal nasional terakreditasi, maka artikel harus menggunakan referensi dengan wawasan internasional. walaupun sebuah artikel mempublikasikan hasil penelitian yang dilaksanakan secara lokal, tetapi referensi dalam bagian state of the art adalah referensi yang diterbitkan dan dibaca secara internasional. demikian pula referensi pembanding dalam bagian pembahasan juga adalah artikel yang sudah dipublikasikan di tingkat internasional.

Senada dengan jawaban singkat saya tentang jumlah, Lovaglia (1991) mengemukakan jawaban terkait pertanyaan “The ideal number of references”, jawabannya adalah adequacy (kecukupan). seorang penulis memiliki pandangan tersendiri, jumlah referensi yang mencukupi untuk sebuah artikel. Lovaglia juga memberikan jumlah, seperti dalam kajian sosilogi, minimal sarannya sebanyak 65 artikel. namun, menurut saya bukan hanya tentang jumlah referensi tetapi terkait dengan kelengkapan. Jika sebuah artikel dalam pendidikan Islam tetapi tidak merujuk kepada karya monumental seperti Mastuhu, Zamaksyari Dhofier, Azyumardi Azra, Samsul Nizar, Abdurrahman Mas’ud, Imam Suprayogo, maka tidaklah lengkap. Nama-nama yang saya ketikkan tersebut merupakan para sarjana yang menggeluti kajian pendidikan Islam.

Untuk artikel review, idealnya sebuah artikel merujuk tidak kurang dari 100 artikel. Aturan ini tidak tertulis, saya hanya mendengarnya dari Pak Istadi (Universitas Diponegoro). ini merupakan kelaziman dalam bidang ilmu teknik kimia. Sementara dalam kajian keislaman saya belum mendapatkan informasi terkait dengan jumlah.

Sekarang ini dengan adanya aplikasi seperti Zotero dan Mendeley memudahkan penulis untuk mengecek keseluruhan artikel yang dirujuk dalam batang tubuh artikel terdapat dalam daftar pustaka. Di masa lalu, ada kesulitan bagi penulis dalam memastikan semua artikel yang dirujuknya terdapat dalam pustaka. Kajian Eichorn & Yankauer (1987) menunjukkan bahwa penulis kadang lalai untuk mengecek kembali apa yang dirujuknya kemudian menempatkannya dalam daftar pustaka. 31% dari 150 artikel yang diteliti terdapat kesalahan sitasi. Sementara 1 dari 10 artikel, menempatkan rujukan yang tidak akurat. Begitu pula 31% artikel bahkan menyajikan referensi yang tidak akurat.

Sekadar sebuah contoh saja, tiga artikel berikut dipublikasikan di media yang berbeda. Pertama, artikel diterbitkan di jurnal nasional terakreditasi: https://www.academia.edu/…/MUSLIM_MINORITY_ON_LEARNING_AND_…. Artikel kedua, diterbitkan di prosiding seminar nasional: https://www.academia.edu/…/TANTANGAN_PENGEMBANGAN_PEMBELAJA…. Terakhir, artikel diterbitkan di jurnal regional: http://www.academia.edu/…/RITUAL_SASI_LAUT_AKULTURASI_AGAMA…. Ketiga artikel tersebut memiliki jumlah referensi yang berbeda-beda. Maka jawaban kedua dalam pertanyaan “jumlah referensi” adalah sasaran penerbitan. Jikalau itu untuk publikasi awal, maka referensi cukup dengan angka 10-an. Sementara kalau untuk kepentingan prosiding diperlukan angka 20-30. Adapun untuk artikel di jurnal nasional 30-40.

Rujukan:
Eichorn, P., & Yankauer, A. (1987). Do authors check their references? A survey of accuracy of references in three public health journals. American Journal of Public Health, 77(8), 1011-1012.
Lovaglia, M. J. (1991). Predicting citations to journal articles: The ideal number of references. The American Sociologist, 22(1), 49-64.
Webster, J., & Watson, R. (2002). Analyzing the Past to Prepare for the Future: Writing a Literature Review. MIS Quarterly, 26(2), Xiii-Xxiii.