SDM berkarakter syariah

Ada tiga dimensi didalam islam yaitu aqidah, syariah dan akhlak. Ketiga dimensi ini tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lainnya bagi seorang muslim agar dapat dikatakan sebagai muslim yang “Kaffah”. Inspirasi dari ketiga dimensi tersebut berasal dari Firman Allah didalam QS 14:24 yang menunjukkan bahwa aqidah dapat diisyaratkan sebagai akar sebuah pohon yang menghujam jauh kedalam bumi sehingga bangunan pohon akan kuat tegak berdiri, sedangkan batang pohon yang menjulang tinggi kelangit adalah syariah serta daun dan buah dari pohon yang begitu lebat adalah akhlak yang mulia.

Berangkat dari pemikiran tersebut maka jika bicara mengenai kriteria SDM (sumber daya manusia) didalam islam maka itu berarti menggambarkan kriteria manusia yang kaffah dan diibaratkan seperti sebuah pohon yang kokoh sebagaimana digambarkan diatas.

Persoalan SDM ini penting dikedepankan mengingat pertumbuhan bisnis syariah yang cukup pesat dan melebar dengan berbagai aspek bisnis sehingga sangat wajar jika kebutuhan akan jumlah tenaga kerja dalam bisnis syariah-pun terus meningkat, namun disadari bahwa kebutuhan akan tenaga kerja yang ‘Kaffah” tentu tidak mudah dapat terpenuhi sebagaimana percepatan pertumbuhan bisnis syariah.

Hal ini menjadi persoalan bagi pemangku kepentingan yang bergerak dalam bisnis syariah karena disadari bahwa sumber daya manusia yang ada belum tentu kaffah, apalagi SDM yang selama ini bergerak dalam bidang bisnis syariah banyak yang berasal dari SDM yang beraktivitas dalam bisnis non syariah dan kemudian “dibajak” untuk hijrah ke bisnis syariah hanya untuk memenuhi kebutuhan akan tenaga kerja. Persoalan tentang pengetahuan/ketrampilan dalam pekerjaan tentu akan sangat mudah dipelajari misalnya dalam bentuk mengikuti berbagai pelatihan, namun melahirkan seorang pekerja yang kaffah tentu tidaklah mudah.

Oleh karena itu, perlu penekanan dalam aspek tertentu untuk melahirkan pekerja yang memiliki ruh islam kaffah (jika belum mampu kaffah), untuk itulah diperlukan perioritas pembangunan karakter islami (menurut istilah Riawan Amin adalah berkarakter yang berkepribadian syariah).

Jika pembentukan karakter dilakukan dengan melakukan penekanan tertentu terlebih dahulu maka pilihannya adalah yang diutamakan dan didahulukan selayaknya penekanan dan penguatan dalam bidang aqidah yaitu untuk memperkuat Aqidah. Kenapa aqidah? Sebagaimana diuraikan diatas bahwa aqidah diibaratkan seperti akar pohon yang mestinya terhujam jauh kedalam bumi. Semakin kuat dan mengakar aqidahnya maka seorang pekerja akan semakin mudah batangnya (syariahnya) menjulang kelangit dan semakin besar kemungkinannya akhlaknya mulia dan memberi manfaat bagi semesta.

Bicara aqidah maka hal tersebut adalah persoalan tauhid (baik tauhid rububiyah/meyakini bahwa Allah adalah sang pencipta, tauhid uluhiyah/meyakini bahwa hanya Allah yang patut disembah dan asma wa sifat), kekuatan dalam masalah aqidah ini akan melahirkan misalnya rasa takut berbuat curang, rasa takut untuk berbuat dzolim terhadap apapun, rasa selalu diawasi oleh Allah dan lain-lain karakter yang positif dan merupakan nilai-nilai mulia yang diakui secara universal). Namun diatas segalanya yang penting adalah, dari aqidah yang lurus akan lahir pribadi-pribadi yang berkarakter mulia dan mencontoh karakter manusia teladan yaitu Nabi Muhammad SAW sebagaimana diisyaratkan didalam Al Quran Surat Ali Imran ayat 31 yang terjemahannya berbunyi : jika engkau mencintai Allah maka ikutilah aku (Muhammad SAW). Wallahu a’lam