Social Commerce
FACEBOOK SEBAGAI SOCIAL COMMERCE
Dengan adanya perkembangan teknologi media sosial dan web 2.0, memberikan kesempatan yang besar untuk mengubah bisnis model e-commerce dari product-oriented environment menjadi social and customer-oriented (Wigand et.al., 2008). Dan kondisinya saat ini konsumen menjadi semakin menuntut adanya layanan berbasis aplikasi online pada situs komersial untuk dapat berinteraksi lebih secara sosial dan interaktif (Huang & Benyoucef, 2013). Perkembangan teknologi inilah yang kemudian mendorong munculnya suatu inisiatif baru yang dikenal sebagai social commerce. S-commerce dapat didefinisikan sebagai sebuah aplikasi online berbasis web 2.0 yang mendukung interaksi dan komunikasi kolaboratif, sehingga dapat membantu konsumen dalam proses pengambilan keputusan untuk membeli barang dan jasa secara online. Secara umum, perbedaan antara e-commerce dan social commerce terletak pada tujuan bisnis, hubungan antar konsumen, dan sistem interaksi (Huang & Benyoucef, 2013).
Penelitian Celeste (2013) membuktikan adanya moderating effect dari budaya (culture) dan mediating role dari kepercayaan (trust) didalam sebuah komunitas online dalam hubungan antara interaksi sosial dan niat untuk membeli dalam lingkungan social commerce. Trust, berkaitan dengan keinginan untuk melakukan pembelian kembali terhadap suatu barang. Yang perlu digarisbawahi adalah bahwa komitmen tumbuh diawali dengan trust yang kuat terhadap seorang penjual. Kualitas hubungan yang terakhir dinilai berdasarkan kepuasan terhadap layanan, produk, atau harga yang ditawarkan oleh penjual. Pengaruh percakapan dalam sosial media bisa menjadikan sebuah produk bernilai baik atau bahkan buruk tergantung bagaimana proses berbagi pengalaman antar satu konsumen dengan konsumen lainnya secara online (electronic word of mouth). Informasi yang mengalir dengan cepat, tanpa dapat dibendung mengakibatkan informasi masuk begitu mudah. Sehingga, dapat dilihat bahwa dukungan sosial dapat mempengaruhi sisi emosional dan informasional konsumen dalam keputusan untuk membeli produk secara online.
Berdasarkan beberapa penelitian diatas, maka saya tertarik untuk melakukan pengujian terhadap masyarakat Indonesia, dimana Indonesia memiliki potensi yang besar dalam menerapkan 2 Faktor penting dalam konsep social-commerce guna memberikan kontribusi bagi para pemain social-commerce yang ada saat ini. Seperti kita ketahui bersama bahwa Indonesia saat ini dengan jumlah penduduk yang terbesar ke empat didunia, menempati posisi kedua negara dengan pengguna facebook terbesar di dunia yaitu sebanyak 41,777,240 pengguna dari 241.452.952 total. Sebanyak 41% berasal dari usia 18-24 tahun, sebanyak 21% berusia 25-34 tahun. Pengguna pria lebih banyak dari pada wanita, yaitu sebanyak 60%. Pengguna internet di Indonesia mencapai 45 juta jiwa, 48% mengakses internet dari ponsel. Dari data demografis yang dimiliki, Indonesia memiliki peluang yang besar dalam mengembangkan market social-commerce. Dari hasil penelitian Rahayu et al. (2015), diketahi bahwa dukungan sosial (social support) yang dirasakan di Facebook tidak memiliki pengaruh secara langsung terhadap social commerce intention, namun memiliki pengaruh langsung terhadap kualitas hubungan (relationship quality) yang meliputi kepercayaan, komitmen, dan kepuasan pengguna Facebook di Indonesia untuk melakukan jual beli melalui Facebook sebagai media s-commerce. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa meskipun dukungan sosial pada sebuah media sosial tidak memiliki dampak secara langsung, namun dukungan social memiliki pengaruh dalam membangun kualitas hubungan para pengguna Facebook sebagai media s-commerce yang pada akhirnya mempengaruhi niat pembeli untuk membeli produk secara online melalui situs Facebook sebagai salah satu media social commerce.