Tingkah Polah Manusia di Jalan

Sepanjang waktu hidup kita, terutama kita sebagai warga Jabodetabek sudah dapat dipastikan banyak menghabiskan waktu kita di jalan. Kondisi jalan yang macet dan padat terutama di hari kerja bukanlah hal yang aneh lagi. Bahkan di hari Sabtu atau libur lainnya pun tidak jarang jalan macet karena meningkatnya jumlah pasar atau pusat perbelanjaan yang muncul dan pembangunan jalan layang atau jalan bawah tanah alias underpass. Kondisi jalan yang sangat padat pada akhirnya sering kali membuat kita lelah dan merasa kesal sehingga bisa membuat kita melakukan hal-hal yang sebenarnya tidak sepatutnya kita lakukan. Mudah mudahan sih teman teman yang membaca tulisan ini sadar diri juga sehingga terhindar dari perbuatan yang tak septutnya dan kebanyakan sia sia itu. Saya akan bercerita sedikit pengalaman saya tentang apa yang saya lihat di jalan, di antaranya tentang kesabaran menunggu lampu merah, kemurahan hati memberi jalan, kebiasaan membunyikan klakson, kegalauan penyeberang jalan atau pengendara yang maunya serba instant.

Akhir akhir ini semakin sering saya perhatikan banyak pengendara motor yang semakin tidak sabar menunggu lampu merah, sehingga mereka seringkali mencuri-curi, saat dilihatnya kendaraan dari arah yang berlawanan yang lampunya masih hijau, mereka kerap melaju melanggar lampu merah yang ada. Sungguh perbuatan ini berbahaya sekali. Saya sebagai pengguna ojek online sering juga mengalamin kondisi ini bersama ojke saya dan saya selalu menegur para pengendara itu untuk bersabar, bahkan jika mereka tidak mau mendengar, saya bisa sampai memarahinya. Yaa, semua kan demi keselamatan bersama.

Hal kedua yang kurang menyenangkan hati saat di jalan adalah sifat kikir, iyaa kikir… Pengguna jalan di tempat kita ini saya lihat sering kali kurang murah hatinya. Sudah lihat orang kasih lampu tanda mau belok, tapi kendaraan tak ada yang berhenti mau memberi. Sudah kelihatan ada orang mau menyeberang, bahkan di garis putih tanda menyeberang pun pengendara malah melaju lebih cepat seakan penyeberang jalan memamng pantas menunggu berlama lama sementara dia tidak. Entahlah, kenapa bangsa kita seperti ini, hiks… saya sedih.

Selanjutnya, hmmm kebiasaaan mengelakson. Lampu masih kuning belum hijau saja sudah mengelakson menyuruh pengendara di depannya melaju, atau bersiap siap melaju, mobil di depannya terlambat melaju sedikit saja sudah mengelakson, belum lagi bunyi kelakson tak penting lainnya. Seorang kawan yang baru saja pulang dari Belgia bercerita, di Belgia sana kalau kita ketahuan membunyikan kelakson karena hal sepele, kita bisa kena denda loh… Nah kan, memang membunyikan kelakson itu pun ada etikanya, Kawan…

Hal terakhir yang sangat mengganggu pun adalah kebiasaan penyeberang jalan yang malas menggunakan jembatan penyeberangan dan kebiasaan buruk pengendara motor berjalan melawan arus. Mereka sama sama malas untuk berupaya berjalan menaiki tangga penyeberangan dan malas putar balik, dianggapnya membuang waktu, tenaga, dan maunya instant saja sehingga hal yang salah pun mereka anggap bisa dan biasa dilakukan. Semakin sedih rasanya…

Pada akhirnya memang kita semua harus kembali introspeksi diri, lebih bersabar, dan tdak bosan untuk saling mengingatkan agar segala sesuatunya berjalan lebih baik. Sebuah surat di dalam Al Quran mengatakan, “Sesungguhnya semua manusia itu berada dalam keadaan merugi kecuali mereka yang selalu beramal saleh, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran”. Semoga kita semua termasuk ke dalam mereka yang beruntung.

Hati hati selalu di jalan ya, Kawan.

Jakarta, April 2017

Adelina