Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan konon dibagi tiga: “Ranah Kognitif (logika), Ranah Afektif (rasa), Ranah Psiko Motorik. Untuk ranah kognitif mungkin kita bisa melihat dari meningkatnya kemampuan mahasiswa dalam memahami dan mengevaluasi atas suatu kasus yang kita berikan di kelas. Ranah psiko motorik dapat kita cermati dari meningkatnya kemahiran mahasiswa dalam menggunakan beragam program statistik (misal, SPSS). Tapi bagaimana dengan ranah afektif? Bisakah kita lihat secara gamblang perihal perubahan sikap mahasiswa ke arah yang lebih baik?
Dewasa ini sudah harus menjadi panggilan kita semua bahwa di saat setiap ngajar, menyisihkan 8 menit untuk selalu menyampaikan pesan moral yang baik dan benar untuk mahasiswa. Spirit tsb (moral)sebenarnya merupakan salah satu manifestasi roh kompetensi, yakni attitude. Sayang Jakarta ini betul-betul metropolitan, yang membuat saya di saat sejauh mata memandang terkadang senyum sendirian…Kenapa? Pasalnya, di kelas terucap kata-kata baik nan bijak, namun begitu di saat mengemudi mobil kala mudik or berangkat ke Perbanas, ada saja umpatan otomatis yang keluar dari bibir dekil saya. Berdasarkan databased saya, paling sering umpatan yang mencuat kutujukan pada sopir metromini,,dan tadi pagi kuarahkan ke MM 72 (Blok M – Lebakbulus). “Sialan luu, miskinlah seumur hidup !” anakku (SMA kelas 3) sontak nyelethuk, “nggak usah sampe gitu ngumpatnya paa”. Sarannya cukup bilang “Dasar…”. Kita harus memaklumi sopir paa, mereka memang bego, kalo pintar kan tentu mereka nggak jadi sopir!”
Dalam hatiku: “sialan anakku ini, pagi-pagi sok ngasih santapan rohani!” Tapi jika kuhayati sungguhan, ternyata betul banget saran sulungku itu. Saya harus konsisten dengan pekerjaan saya, kalau menghendaki mampu merubah tutur kata or budi pekerti anak didik supaya jadi luhur nan mulia, maka sayapun harus bisa merubah kebiasaan diri yang tidak terpuji. Jangan hanya gara-gara ngumpat itu bebas pajak, maka umpatan itu diobral begitu saja, tentu kita semua ingat bahwa yang sifatnya obral itu terkesan murahan. Padahal sejatinya, umpatan itu selain murahan juga kampungan.