“We are like islands in the sea, separate on the surface but connected in the deep.”

“We are like islands in the sea, separate on the surface but connected in the deep.” William James

Tanggal 12-14 November 2015 kemarin saya bersama 14 teman lainnya ikut trip Sailing Komodo. Dari awal sudah ngebayang tinggal selama 3 hari 2 malam di kapal, lengkap dengan segala aktivitasnya seperti makan dan tidur. Dan pertanyaannya adalah goyang-goyang gak sih? Hihihi…. dan ternyata asli goyang-goyang. Karena tanggal 12 itu jam 9 pagi sudah harus nyampe di Bandara Komodo, Labuan Bajo, maka saya memutuskan untuk berangkat satu hari sebelumnya dan menginap di Denpasar. Agak cemas juga sih karena beberapa penerbangan dari Bandara Ngurah Rai ini dibatalkan karena erupsi dari anak gunung Rinjani. Tapi alhamdulillah jam 6 pagi pesawat siap take off menuju Bandara Komodo di Labuhan Bajo. Ini untuk kedua kalinya saya menggunakan pesawat baling-baling, setelah sebelumnya menggunakan pesawat jenis yang sama penerbangan dari Ambon ke Sorong. Pesawat terbang rendah, dalam perjalanan menuju Bandara Komodo, landscape yang dapat dilihat dari atas pesawat sangat indah. Perjalanan dari Denpasar ditempuh dengan waktu sekitar 1 jam dan 35 menit. Sehingga pukul 7.45 sampailah kita di terminal kedatangan Bandara Komodo. And the journey start here…. 😀

Jam 9 kurang kami dijemput mas Irfan yang menjadi guide perjalanan kita mengelilingi pulau-pulau cantik yang tersebar di Taman Nasional Komodo. Kami diantar ke pelabuhan, disana sudah menunggu beberapa teman yang sudah datang terlebih dahulu, dan disambut mba Detri, guide yang juga akan bersama kita selama trip. Kapal yang akan menemani perjalanan kita sudah siap di pelabuhan. Lumayan lah, ada 4 kamar tidur (1 di atas dan 3 di bawah), 2 kamar mandi, dan bersih juga kondisinya. Apabila pintu masuk kamar di bawah ditutup, maka akan bisa digunakan sebagai geladak untuk duduk-duduk santai selama perjalanan. Jam 10 waktu NTT setelah semua peserta lengkap, mulailah kapal bergerak, menyusuri selat-selat di Laut Flores yang kala itu cukup tenang airnya. Sepanjang perjalanan kami menyaksikan puluhan kapal yang juga berlayar di sekitar kapal yang kami tumpangi. Beberapa kali melihat kapal pinisi cantik, hmm…. semoga suatu saat dapat kesempatan bisa berlayar pake pinisi yang kece badai ini, aamiin….:D

Pulau pertama yang kami kunjungi adalah Pulau Kanawa. Panas dari musim kemarau yang cukup panjang di tahun ini tidak menyurutkan kami untuk menikmati pemandangan di pulau ini. Untuk dapat melihat lanscape keseluruhan pulau maka kita harus trekking ke atas bukit. Kebayang lah ya, tanjakan terjal dan panas menyengat, tapi maju terus pantang mundur. Sampai di atas kita bisa melihat beberapa pondok penginapan yang memang disediakan di Pulau Kanawa. Pulau ini dikelola oleh perorangan. Tapi pengunjung boleh berfoto dan menikmati pemandangan di pulau tersebut.

Puas berfoto di atas, biarpun panas tetap menyengat, kami pun turun, dan mampir di satu-satunya kafe yang ada di pulau tersebut untuk melepas lelah. Saya pun memesan es teh manis, harganya? 35 ribu sajah hahhahha……, ya sutra kita nikmati ajalah.

Setelah haus hilang, kami kembali ke kapal untuk lanjut snorkeling. Mba Detri menemani saya snorkeling dan menunjukkan arah dimana tempat terumbu karang yang bagus. Jujur aja deh, saya tuh buta arah, dari dulu memang rada bego klo urusan yang beginian. Sehingga klo snorkeling pasti ngajakin bareng, soalnya klo sudah di air kagak tahu lagi tuh arahnya kemana, kudu belok mana klo mau kembali ke kapal, so takutnya begitu nongol udah di tengah laut aja, konyol kan hihihi….

Kelar snorkeling, acara makan siang pun digelar di geladak kapal. Koki yang juga merangkap ABK ternyata pinter masak. Bumbu pas, apalagi ditambah laper berat abis treking dan snorkeling. Setelah makan, kapal berjalan lagi menuju pulau kedua yaitu Gili Lawa atau Gili Laba. Sebelum berangkap trip saya sudah browsing sedikit mengenai medan trekking Gili Lawa ini. Sepertinya akan jadi medan terberat selama perjalanan. Agak menjelang sore kapal bersandar di tepi pulau Gili Lawa. Akhirnya satu persatu dari kami turun ke pantai dan terlihat jelaslah rute trekking yang aduhai itu. Awalnya sih rada ragu-ragu ya buat lanjut ke atas, tapi no way return lah. Hajar aja hihihi…, walaupun ngos-ngosan, dan beberapa kali berhenti istirahat. Rutenya memang aduhai, bahkan sering tidak menyisakan tempat landai untuk berdiri tegak, luar biasa deh. Pelan tapi pasti sampai juga di atas. Semangat yang dikobarkan pak Marco, sebutan kita buat nahkoda kapal, membuat semua tetep lanjut untuk sampai puncak. Dan, finally…., sampailah kita pada puncak Gili Lawa tersebut. Landscape yang terhampar bener-bener kece badai lah…, sepadan dengan perjuangannnya. Kita di atas sampai sunset tiba, pelan-pelan matahari turun, walaupun tidak sempurna karena tertutup awan. Tapi sensasinya luar biasa, warna orange, merah, dan biru membaur membuat lukisan yang luar biasa indah, hihihi…tiba-tiba jadi romantis ya.

Setelah puas foto dan menikmati alam yang sangat indah, akhirnya kami memutuskan untuk turun. Tapi rute yang kami lewati beda, lebih landai, dan lebih panjang. Karena sudah mulai gelap rute ini lebih tepat, karena risiko bisa jatuh kalau melalui rute awal. Malam benar-benar turun ketika kami tiba di kapal. Sampai kapal kami istirahat sambil menunggu makan malam disiapkan. Ada seekor rusa yang turun ke pantai untuk minum, ada hamparan bintang, lengkap deh cakepnya. Setelah makan satu persatu gantian mandi, bebersih, dan bersiap untuk tidur. Mabuk kah karena kapal goyang-goyang? Kayaknya udah gak sempat mikir mabuk deh, capek, jadi lanjut tidur aja.

Jam 4 pagi kita sudah dibangunkan, untuk menikmati sunrise sambil kapal terus berjalan. Hari ini tujuan kami adalah berjumpa dengan ikan pari manta. Dan kami pun beruntung karena dapat melihat ikan pari manta yang berenang naik ke permukaan. Gede banget lahh…, keren. Tapi saya gak turun snorkeling, karena arus cukup kuat, cukup menikmati dari atas kapal aja. Selain pari manta, kita juga ketemu dengan lumba-lumba dan penyu. Kapal berhenti dekat Pulau Pasir Timbul. Yang oleh ABK disebut sebagai Pulau Semtem. Saya pikir awalnya nama Semtem diambil dari bahasa lokal. Ternyata kata “semtem” plesetan dari “sometime”. Jadi itu pulau semtem timbul, semtem ilang klo laut pasang hahhahha…. Dengan menggunakan kapal kecil, 2 orang ABK mengantar saya ke Pulau Pasir Timbul. Pasirnya keren deh, gak terasa waktunya untuk kapal kembali bergerak.

Tujuan berikutnya adalah Pulau Komodo atau dikenal dengan nama Loh Liang. Pulau habitat binatang purba ini tinggal. Loh itu artinya Teluk dan Liang artinya anak Komodo. Jadi menurut cerita penduduk lokal, bahwa dulu sang raja memiliki dua anak, satu manusia, dan satunya komodo. Ditemani oleh 3 orang ranger, kami mengambil short trekking di Pulau Komodo. Panasnya oiiii luar biasa, hampir semua tanaman kering kerontang. Akhirnya kami ketemu dengan beberapa komodo selama perjalanan. Hihihi…..ngeri-ngeri sedap deh. Ranger pun mengatur posisi kita yang kepo juga mau berfoto sama binatang ini. Buat bukti, biar gak dikira hoax hahhaha….

Dari Pulau Komodo, kami mampir ke Pink Beach. Pantainya warna merah muda, karena ada serpihan karang warna merah yang terhampar sepanjang pantai. Sehingga dari jauh kliatan warna pink. Pasir pantainya halus, airnya bening. Snorkeling disini juga cakep, mba Detri yang menemani saya buat keliling, dan menunjukkan ada beberapa ikan yang perlu dihindari klo lagi snorkeling karena beracun. Visibility-nya juga bagus, air jernih, sehingga sesi foto underwater pun cakep disini.

Dari Pink Beach, kapal lanjut dan bersandar ke Pulau Padar, karena kita akan trekking ke atas untuk menikmati sunrise. Setelah makan malam dan bebersih, saya siap masuk kamar untuk tidur. Beberapa teman memutuskan untuk tidur di geladak, tapi saya memutuskan untuk tidur di kamar saja. Angin sepoi-sepoi di luar, karena perjalanan juga masih panjang, maka saya harus jaga kondisi, jangan sampai masuk angin.

Hari ketiga, jam 4 pagi kita sudah siap untuk berburu sunrise ke Pulau Padar. Kapal bersandar agak jauh dari pantai, sehingga kita bergantian diantar ke pantai dengan perahu kecil. Rute trekking Pulau Padar tidak securam di Gili Lawa, relatif lebih landai. Ada beberapa tempat yang berpasir sehingga harus tetap hati-hati. Begitu sampai atas, subhanallah cantiknya. 3 teluk yang membentuk lekukan cantik ini bener-bener membuat capeknya ilang deh. Keren bangeett…..

Balik ke kapal, bersih-bersih, sarapan, kita lanjut ke Pulau Rinca yang dikenal dengan nama Loh Buaya, yang artinya Teluk Buaya. Dilihat dari jejeran hutan mangrove sepanjang pantai dapatlah kita tebak ini adalah tempat bersemanyamnya buaya. Dan ternyata rute yang diambil di Pulau Rinca ini pun pake naik-naik ke puncak gunung lagi. Tapi trekking di Pulau Rinca juga harus ditemani ranger. Biarpun panas, ngos-ngosan tetep harus waspada karena bisa sewaktu-waktu ketemu komodo di jalan. Hihihi..keyen ya. Kita ketemu dengan 6 komodo yang lagi boci-boci di bawah dapur.

Dari Loh Buaya, kapal bergerak ke Pulau Kelor. Tapi sebelumnya mampir dulu ke salah satu perkampungan di Pulau Rinca untuk menambah persediaan air bersih. Saya gak turun ke pulau, asli panasnya kayak tepat di atas kepala. Sayup-sayup dari kapal sebelah terdengar lagu “malam-malam dingin enaknya ngapain ai..ai..ai….ai…ai..ai” padahal ini hari sedang panas-panasnya ya, kurang cocok sih lagunya. Tapi sutralah kita nikmati saja. Lirik lagu ini sangat fenomenal, sekarang justru menjadi nama group wa kami, dan bikin penasaran krn sudah dicoba browsing pun gak ketemu judul lagunya wkkwkkw….. .

Saya skip deh trekking ke pulau Kelor.. Pulaunya kecil, seperti segitiga sama kaki dengan rute trekking dengan kemiringan 45 derajat. Jalur berpasir sehingga sudah pasti ngesot-ngesot deh jalannya. Saya snorkeling aja, tapi sayang airnya agak keruh, sehingga tidak terlalu jelas keindahan terumbu karangnya. Walaupun setelah lihat hasil foto dari atas Pulau Kelor di salah satu kamera teman ternyata cakep banget. Seperti lidah yang menjulur begitu. Dan beberapa dari kami pun cukup puas mantai dan snorkeling saja.

Dari Pulau Kelor ini kami pun kembali ke Labuhan Bajo. Trip Sailing Komodo pun selesai. Ucapan terima kasih yang dalam buat nahkoda dan ABK nya yang luar biasa selama trip. Makanan yang enak, dan suasana yang akrab selama perjalanan. Malam hari setelah menikmati seafood di tepian pelabuhan Labuan Bajo, kami pun mengucapkan sayonara. Sebagian rombongan akan kembali ke kota masing-masing, dan kami berenam akan lanjut Overland Flores besok pagi. Dan komunikasi pun berlanjut melalui group wa, saling tukar foto dan itinerary perjalanan selanjutnya, how fun is it :D.

Jakarta, 3 Desember 2015
Mardiana Sukardi