Yuuk…, nulis yuukkk….
Mau nulis apa sih? Gak ada ide deh. Hadeuhh…., stuck nie. Sering banget ya kita denger kata-kata itu. Apalagi kalau sudah ada kewajiban yang ada hubungannya dengan tulis menulis. Wah bisa mati kutu ya. Apalagi klo nulisnya kudu yang serius. Yang pake referensi panjang, butuh semedi dulu buat memahami, baru kemudian menuangkannya dalam tulisan.
Susah gak sih nulis itu. Jawabnya gampang-gampang susah. Dibilang gampang juga enggak. Tapi mo dibilang susah harusnya sih enggak ya. Pengalaman pribadi nie, sebenarnya sejak sekolah sudah sering banget nulis. Beberapa kali pernah mewakili Kecamatan Cepu untuk lomba mengarang sampai tingkat Karesidenan Pati. Lumayan kan hihihi…. Tapi ya gitu deh suka kumat malesnya.
Belajar dari Prof. Eko, bahwa menulis itu dapat diawali dengan yang paling sederhana. Misal nulis status di media sosial, yang awalnya mungkin hanya sekian karakter. Kemudian bisa nambah lebih banyak, micro blog, blog atau apalah itu. Trus Prof. Eko juga bilang, jangan pusing-pusing dengan ide, tulis aja. Tulislah sesuatu yang kamu suka. Yang gak pake baca buku pun sudah akan mengalir berkata-kata. Yang dekat dengan keseharian kita. Nah, suatu saat mungkin bisa meningkat. Ditambah dengan beberapa referensi, maka kualitas tulisan akan meningkat. Awalnya dari kebiasaan, ngomongin dulu masalah kuantitas, baru selanjutnya meningkat dari sisi kualitas.
Nah, itu yang sekarang sedang saya praktekkan. Berhubung saya suka jalan-jalan, maka saya coba menuangkan pengalaman jalan-jalan ini dalam tulisan. Bahasanya pun saya sesuaikan dengan bahasa ala-ala jalan-jalan. Simpel dan mudah dipahami. Niat awalnya cuma mau menuliskan pengalaman selama perjalanan, mumpung masih fresh, kejadian-keadian yang mungkin tidak tergambarkan dalam foto, bisa dituangkan dalam tulisan. Mungkin suatu saat dapat dibaca kembali, klo lagi kangen ngetrip (tapi gak punya ongkos). Biasanya tulisan pengalaman perjalanan ini juga saya tautkan ke link media sosial saya. Siapa tahu ada yang butuh referensi perjalanan yang pernah saya lakukan.
Menulis ini juga berbanding lurus dengan membaca. Karena kebiasaan membaca ini akan membuat kita punya banyak referensi untuk menulis. Saya memang lebih suka baca majalah karena isinya lebih bervariasi. Sekarang lagi belajar menulis artikel-artikel traveling yang biasanya dimuat di majalah. Siapa tahu suatu saat nanti pengalaman perjalanan saya dapat dimuat di majalah (ngarep :D). Sumber bacaan sekarang juga luar biasa banyak loh, baik yang hardcopy atau softcopy. Dengan modal jempol aja kita bisa menjelajahi dunia maya, yang sarat dengan info bermanfaat.
Selanjutnya adalah konsisten. Kebiasaan menulis sebaiknya memang dilakukan secara terus menerus. Itu sebabnya saya mencoba untuk terus menulis di blog dosen Perbanas ini. Temanya pun beragam, dari yang sesuai dengan background saya, sampai dengan tulisan santai ala perjalanan saya. Tiap bulan saya targetkan ada 1 ato 2 tulisan. Yang bener-bener tulisan ya, bukan sekedar copas link dari internet, trus dimasukkin ke blog. Karena disinilah sebenarnya konsistensi kita diuji. Dan saya nulis juga buka ngarep dapat reward (tapi kalo dapat ya alhamdulillah, bisa buat nambah ongkos jalan-jalan saya hahahhaha…). Reward nomor sekian lah, karena selama ini saya melihat tidak pernah ada yang rugi dalam menulis.
Jadi, yuukkk nulis yukk.., gak usah yang susah-susah dulu, yang belum-belum sudah bikin parno. Mulai dari sekarang, mulai dari tulisan yang paling sederhana, makin tambah referensi suatu saat kualitas tulisan kita pun akan bertambah. Peer besar saya sekarang adalah nulis yang bener-bener serius, yang memang menjadi tuntutan akan profesi saya sebagai dosen. Memang butuh usaha yang besar, selain harus mengumpulkan referensi yang berkualitas, juga membutuhkan waktu untuk memahaminya. Entah kenapa ya klo baca majalah dan novel itu bisa tahan berjam-jam. Coba deh baca jurnal, baru 5 menit mata langsung berasa 5 watt hahhaha…. Tapi tetep kudu cemunguuuttt….
Kamis, 21 Desember 2013
Nulisnya sambil nyemil combro dari mba Nani.