Agar daftar pustaka sesuai dengan APA 6

apajournal

Bagaimana caranya agar daftar pustaka kita sesuai dengan format APA 6?
1. Baca buku Publication Manual of the American Psychological Association, Sixth Edition.
2. Lebih mudah, boleh gunakan Academic Referencing Tool.
3. Perhatikan gaya selingkung perguruan tinggi. Ini contoh gaya selingkung yang berpedoman pada APA 6.
4. Bandingkan dengan thesis/disertasi dari program studi yang sama. Namun jika berbeda, agar merujuk ke no. 1-3.
Adapun untuk penggunaan Mendeley, tetap saja datanya harus diisi sesuai format APA, baru bisa berfungsi dengan benar.
Jika bermanfaat, bolehlah beri komentar 🙂
Salam,




Riset Eksplanatori

Riset eksplanatori bermaksud menjawab pertanyaan tentang “mengapa”. Misalnya untuk menerangkan tingkat kriminalitas di suatu negara, menganalisa kcenderungan suatu indeks, atau membandingkan suatu indeks antar negara.
Cara mengembangkan desain riset amat dipengaruhi oleh apakah pertanyaan riset bersifat deskriptif atau ekspalanatori. Misalnya, bila hendak menjelaskan mengapa ada orang yang tertangkap berbuat kriminal, maka kita perlu mengembangkan dugaan tentang ini. Mungkin saja dugaan kita itu keliru, sehingga perlu dikumpulkan informasi yang membuat kita melihat dugaan mana yang secara empiris paling mendekati.
Untuk menjawab pertanyaan “mengapa”, diperlukan pejelasan kausal. Penjelsan kausal menerangkan tentang bagaimana gejala Y (misalnya tingkat pendapatan) dipengaruhhi oleh fakto X (misalnya gender). Ada penjelasan kausal yang sederhana, ada yang kompleks.

Vaus, D. de. (2002). Research Design in Social Research. Sage Publications Ltd.




Myopia metode riset pemasaran

Kalau dulu dikenal istilah marketing myopia, sekarang ada istilah methods myopia. Simak tulisannya:

Pemasaran merupakan disiplin ilmu yang kompleks dan senantiasa berkembang, sehingga berbagai fenomena menarik serta penggunaan metode yang beragam amat bermanfaat dalam pengayaan konsep. Tanpa diragukan lagi, riset pemasaran telah mengalami kemajuan pesat yang awal mulanya berupa riset deskriptif, lalu digunakan berbagai metode riset yang canggih dalam pengembangan teori pemasaran. Para pakar pemasaran dengan penuh semangat dalam rancangan risetnya menggunakan berbagai alat analisis serta data yang melimpah karena perkembangan teknologi informasi tahun 1990an.
Namun sayang, penggunaan metode kuantitatif yang canggih-canggih itu memainkan peran dalam menurunkan penggunaan beragam metode penelitian. Padahal keragaman metode dapat meningkatkan kemajuan disiplin pemasaran dan dapat mengembangkan pengetahuan lebih jauh dibandingkan dengan penggunaan metode kuantitatif semata. Keragaman metode akan memberikan hasil yang lebih kuat, kontribusi yang lebih besar, dan dampak yang lebih hebat.
Barangkali temuan pada penelitian ini dapat merangsang diskusi diantara pakar mengenai bahaya methods myopia (rabun metode) serta manfaat keragaman metode bagi disiplin ilu pemasaran.

Davis, D. F., Golicic, S. L., Boerstler, C. N., Choi, S., & Oh, H. (2013). Does marketing research suffer from methods myopia? Journal of Business Research, 66(9), 1245–1250. http://doi.org/10.1016/j.jbusres.2012.02.020

 




Proses Riset (Crotty, 1998)

Menurut Crotty (1998) dalam setiap proses penelitian ada empat unsur dasar.

  1. Epistemologi
  2. Perspektif teoritis
  3. Metodologi
  4. Metode

crotty-1

Gambar ini dijelaskan oleh tabel berikut.

crotty-2

Namun Crotty tidak memasukkan ontology, dengan alasan:

“Ontological issues and epistemological issues tend to emerge together (….) to talk of the construction of meaning is to talk of the construction of meaningful reality (…) because of this confluence, writers in the research literature have trouble keeping ontology and epistemology apart conceptually” (p. 11).

Sementara Porta & Keating (2008) menjelaskan keterkaitan antara unsur-unsur dalam proses penelitian sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut.

porta1

porta2

Referensi

Crotty, M. (1998). The Foundations of Social Research: Meaning and perspective in the research process. London: SAGE Publications Ltd.

Porta, D. della, & Keating, M. (2008). Approaches and Methodologies in the Social Sciences. (D. della Porta & M. Keating, Eds.). Cambridge: Cambridge University Press.




Subyek, Responden, Informan dan Partisipan

Subyek biasanya digunakan dalam riset eksperimental atau kuasi-eksperimental, individu ditempatkan pada suatu keadaan tertentu dan bereaksi terhadap adanya intervensi. Ini merupakan istilah yang pasif, diasosiasikan sebagai “real” science.

Responden adalah istilah yang sering digunakan dalam ilmu sosial dalam survey, individu diminta menjawab pertanyaan terstruktur dan semi terstruktur. Biasanya responden menyampaikan kepada peneliti jawaban sesuai dengan pertanyaannya; tidak lebih dan tidak kurang.

Informan adalah istilah yang diturunkan dari antropologi, dan istilah ini digunakan karena peneliti dianggap naif dan harus diberi penjelasan atau arahan tentang apa yang terjadi, tentang aturan budaya, dan sebagainya. Budaya sebagai fenomena yang kompleks harus ditafsirkan dan informan adalah orang yang terpilih sebagai penghubung antara antropolog dengan kelompok budaya yang dipelajari.

Partisipan menunjukkan bahwa peran yang paling ktif adalah pada individu yang diteliti. Istilah ini biasa digunakan dalam riset kualitatif. Hubungan antara partisipan dengan peneliti dapat bersifat setara atau tidak setara (misalnya dokter dengan pasien).

(Morse, 1991)

 

Dalam riset survey, partisipan sering merujuk pada responden/interviewee.

Responden/interviewee menyampaikan informasi tentang diri mereka (seperti opini, preferensi, nilai-nilai, gagasan2, perilaku, pengalaman) dengan menjawab survey atau wawancara.

Untuk penelitian eksperimen, istilah yang tepat untuk partisipan adalah subyek. Subyek biasanya dipelajari dalam rangka mendapatkan data untuk penelitian.

Kemudian istilah informan digunakan untuk partisipan dalam penelitian tentang fenomena sosial, dan mereka  diminta menjawab pertanyaan-pertanyaan mengenai pegetahuan dan pengalaman mereka.

Responden  dan informan penting untuk dibedakan karena responden berbicara mengenai diri mereka, namun, tak semua responden dapat menjadi informan yang baik.

(Salkind, 2010)

 

Istilah-istilah yang digunakan dalam melakukan wawancara adalah subyek, responden, informan, interviewee dan partisipan, yang urutannya menunjukkan pergerakan dari pasif hingga aktif.

Subyek adalah wawancara yang terstruktur dengan pertanyaan tertutup, sejalan dengan harapan pewawancara agar tak ada bias dalam riset dan data. Data obyektif yang ingin diperoleh, dan subyektivitas benar-benar diminimalisir.

(Edwards & Holland, 2013)

 

Subyek, responden, informan dan partisipan merujuk pada manusia atau individu yang setuju menjadi bagian dari riset. Istilah-istilah tersebut mencerminkan perbedaan cara berpartisipasi serta perbedaan hubungan antara individu dengan peneliti.

Dalam riset eksperimental individu merujuk pada subyek yang peranannya pasif dan peneliti berusaha menjaga hubungan yang bersifat obyektif.

Dalam riset survey individu dipandang sebagai responden krena mereka diminta merespon pertanyaan-pertanyaan tertentu.

Dalam penelitian naturalistik individu disebut informan, istilah yang mencerminkan peran aktif mereka membagi informasi kepada peneliti mengenai budaya dan konteks dimana informan berada.

Partisipan merujuk pada individu-individu yang menjalin hubungan kerjasama dengan peneliti, berkontribusi dalam pengambilan keputusan pada riset, serta menyampaikan kepada peniliti mengenai hal-hal yang mereka ketahui atau alami. Hal ini biasanya digunakan pada riset aksi.

(DePoy & Gitlin, 2015)

 

Referensi

DePoy, E., & Gitlin, L. N. (2015). Introduction to research: Understanding and applying multiple strategies. Elsevier Health Sciences.

Edwards, R., & Holland, J. (2013). What is qualitative interviewing. In G. Crow (Ed.), “What is?” Research Methods series. London & New York: Bloomsbury Academic.

Morse, J. M. (1991). Subjects, Respondents, Informants, and Participants? Qualitative Health Research, 1(4), 403–406.

Salkind, N. J. (2010). Encyclopedia of research design. Sage Publications.

 




Hirarki Riset

Riset pada berbagai strata: S1, S2 & S3

Knox, K. (2004). A Researcher ’ s Dilemma – Philosophical and Methodological Pluralism. Electronic Journal of Business Research Methods, 2(2), 119–128. http://doi.org/10.1080/03085140500465899




PROSPEK PEREKONOMIAN INDONESIA 2017

PROSPEK PEREKONOMIAN INDONESIA 2017
Sri Mulyani Indrawati
Menteri Keuangan Republik Indonesia
Kuliah Umum
Hari Ulang Tahun ke-47 Harian Media Indonesia
Jakarta, 19 Januari 2017

 

MEMBANGUN FONDASI UNTUK PERTUMBUHAN YANG BERKELANJUTAN
Sri Mulyani Indrawati
Menteri Keuangan Republik Indonesia
Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia
Kuliah Umum
Universitas Syiah Kuala
Banda Aceh, 5 Januari 2017




Ontologi, Epistemologi dan Metodologi

Dalam tulisan ini Twinning memposisikan istilah kualitatif dan kuantitatif merujuk pada metodologi, sedangkan istilah numerik dan non-numerik mengacu pada data.

Twining, Peter, Rachelle S. Heller, Miguel Nussbaum, and Chin-Chung Tsai. “Some Guidance on Conducting and Reporting Qualitative Studies.” Computers & Education 106 (2017): A1–9. doi:10.1016/j.compedu.2016.12.002.




Mengutip Tanpa Membaca?

Buku Freeman banyak dirujuk orang, tetapi yang merujuknya tidak membaca bukunya. Sebagai bukti, buku tersebut hanya dicetak 2.500, tapi dikutip sebanyak  4.000 kali.

Freeman, R. Edward, Jeffrey S. Harrison, Andrew C. Hicks, Bidhan L. Parmar, and Simone De Colle. Stakeholder Theory: The State of the Art, 2010.




Desain riset dan metode riset

Vaus, D. de. (2002). Research Design in Social Research. Sage Publications Ltd.