Informal Learning

Informal Learning

Dalam belajar, sebagian orang menginginkan kesempatan belajar yang natural, yang terintegrasi dengan kehidupan sehari-hari, tanpa terikat oleh penjadwalan dan metode yang spesifik. Cara belajar seperti ini dinamakan Informal Learning atau pembelajaran informal. Setting informal learning diantaranya seperti museum, pendidikan tinggi, kerjasama, dan semua dalam conteks Web 2.0. Web 2.0 adalah seperangkat tool dan proses yang memungkinkan setiap orang dengan mudah membuat konten digital dan berkolaborasi dengan orang lain tanpa keterampilan programming khusus.

Bentuk informal learning dapat berupa individu-individu yang berbicara melalui dinding cubic, pencarian informasi berbasis pengetahuan, bekerja sama secara online untuk meningkatkan kemampuan berbicara, berbagi opini dengan pembimbing, dan pendekatan perbandingan untuk dilema etika.

Pendidikan informal menjadi bernilai karena popularitas dari pendidikan informal itu sendiri. Popularitas ini disebabkan karena beberapa hal, pertama metode pendidikan informal sering ditemukan di lingkungan kerja. Pendidikan informal dilihat sebagai teknik dimana seorang pelajar dapat memanfaatkan cara yang benar dan dengan sumber daya yang berhubungan dengan pekerjaannya. Kedua, umumnya peserta didik tidak memiliki waktu atau anggaran untuk mengikuti belajar formal. Bahkan kedekatan e-learning dipandang sebagai sesuatu yang akan mengambil terlalu banyak waktu yang berharga. Ketiga, pendidikan informal dapat memberikan informasi yang ditargetkan kepada karyawan pada saat yang paling kritis sekalipun.

Sebab lain pendidikan informal menjadi bernilai adalah adanya pergeseran di sekolah-sekolah, pemerintah, dan bisnis dalam dua hal, yaitu adanya fenomena konvergensi belajar dan bekerja melalui teknologi yang disampaikan di titik kebutuhan, dan pendekatan pendidikan informal yang dipandang lebih otentik. Sebagai contoh, di San Diego anak-anak sekolah menghabiskan waktu seminggu tinggal di suatu desa, belajar tentang satu sama lain dan lingkungan alam.

 

Faktor-Faktor Pendidikan Informal

Pendidikan Informal memiliki 6 faktor :

  1. Nature of the Outcomes

Sebagian besar pembelajaran informal memiliki alasan untuk tetap up-to-date.

2.Nature of the experience

pembelajaran informal cenderung hidup, emosional, tak terduga dan istimewa. Individu rela membenamkan diri dalam pengalaman yang nyata.

    3.Origin

Belajar Informal terjadi karena mahasiswa atau karyawan mewujudkannya sendiri.

     4.Role of the student or employee

Informal Learning tergantung pada kemauan dan keaktifan individu

    5.Role of the instructor

Informal Learning biasanya tidak melibatkan instruktur yang dirancang. Sebaliknya, instruktur berfungsi sebagai ahli dan pelatih, memfasilitasi, menghubungkan orang-orang dengan sumber daya dan rekan-rekan.

    6.Role of the instructional designer

Belajar Informal mungkin muncul dengan caranya, begitu saja dan alami. Namun, cara itu yang tampak dari luar, bukan berarti pembelajaran itu tidak direncanakan

 

Informal Corporate Experience

Motorolla adalah sebuah perusahaan peralatan telekomunikasi, khususnya handphone. Marguerite Foxon menggambarkan proses GOLD, Program Motorola untuk mempersiapkan manajer yang berpotensi tinggi untuk sukses di beragam organisasi global. Mereka menggunakan tindakan belajar, yang merupakan jembatan antara pelatihan formal dan kehidupan sehari-hari di tempat kerja. Tindakan belajar melibatkan kelompok-kelompok kecil dalam menggunakan apa yang dipelajari untuk memecahkan masalah dunia nyata, sementara secara bersamaan merefleksikan proses pembelajaran itu sendiri.

Museum adalah salah satu tempat yang sangat tepat untuk dilaksanakannya pendidikan informal. Daya tarik obyek otentik dalam literatur yang dimiliki oleh museum. Daya tarik obyek ini memfasilitasi tipe umum dari pemikiran manusia yang menganggap pengetahuan berasal dari transfer kekuatan atau energi melalui kedekatan dengan orang-orang atau benda terkenal. Kekuatan benda yang membawa orang dewasa dan anak-anak ke museum untuk menyentuh dan memegang wujud yang ada di sana. Ada kesamaan penting antara museum dan pembelajaran informal di tempat kerja. Bila dilihat dari sudut pandang pengunjung tentu saja, waktu di museum yang tidak terstruktur. Tapi itu suasana informal adalah produk dari proses desain hati-hati oleh administrator museum, desainer pameran, dan pendidik.

Ditulis oleh : Pratiwi dan Dian Syafitri




Petunjuk Penulisan Artikel Riset

Sumber: Prosemantic

Petunjuk yang penulisan karya ilmiah menurut Elsevier: Elements of Style for Writing Scientific Journal Articles




Average Publication Times in Months by Discipline

Rata-rata waktu publikasi jurnal sesuai disiplin ilmu

Björk, B. C., & Solomon, D. (2013). The publishing delay in scholarly peer-reviewed journals. Journal of Informetrics, 7(4), 914–923.

 




Skala Likert

Rujukan berkenaan dengan skala Likert

likert-1

likert-2

Vagias, Wade M. (2006). Likert-type scale response anchors. Clemson International Institute for Tourism. Clemson University




MANAJEMEN KAS

I. Pengertian Kas
Kas merupakan bentuk aktiva yang paling likuid, yang bisa dipergunakan dengan segera untuk memenuhi kewajiban finansial perusahaan. Karena sifatnya yang likuid, kas memberikan keuntungan yang rendah. Maksudnya adalah jika perusahaan menyimpan kas dalam bentuk rekening giro di bank, jasa giro yang diterima perusahaan persentasenya lebih rendah daripada kas disimpan dalam bentuk deposito berjangka (yang tidak dapat setiap saat diuangkan). Oleh karena itu, pengelolaan (manajemen) kas merupakan hal yang penting, agar diusahakan jumlah kas yang memeadai, sehingga jumlahnya tidak terlalu banyak atau tidak terlalu sedikit.

II. Motif Memiliki Kas
Menurut John Maynard Keynes, ada tiga motif memiliki kas, yaitu:
1. Motif transaksi, yaitu saldo kas yang dipegang untuk membayar     berbagai transaksi bisnis
2. Motif berjaga-jaga, yaitu mempertahankan saldo kas sehingga       dapat memenuhi permintaan kas yang sifatnya tidak terduga
3. Motif spekulasi, yaitu memperoleh keuntungan dari memiliki         atau menginvestasikan kas dalam bentuk investasi yang sangat     likuid

III. Model Manajemen Kas (Model Persediaan)
Baumol menyatakan bahwa kebutuhan kas sama dengan kebutuhan persediaan. Apabila perusahaan mempunyai saldo kas yang tinggi, akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan karena kehilangan kesempatan untuk menginvestasikan dananya pada bentuk investasi lain yang lebih menguntungkan. Apabila saldo kas terlalu rendah, maka perusahaan akan mengalami kesulitan likuiditas. Oleh sebab itu, perlu adanya keseimbangan kas.

Asumsi: penggunaan kas per hari konstan

Q = √(2 x O x D)/i

Keterangan:

Q = jumlah sekuritas yang harus dijual setiap kali saldo kas         mencapai saldo minimal
O = biaya transaksi setiap kali menjual sekuritas
D = kebutuhan kas setahun
I = tingkat bunga sekuritas per tahun

• Frekuensi perubahan sekuritas menjadi kas setahun = D/Q
• Saldo rata-rata kas = Saldo minimal + (Q/2)
• Biaya kehilangan kesempatan = (Q/2) x i
• Biaya transaksi = (D/Q) x O
• Siklus kas = jumlah hari setahun / frekuensi
• Total biaya pengelolaan kas = [(Q/2) x i] + [(D/Q) x O]

Pada saat Q, biaya minimal, di mana:

biaya kehilangan kesempatan = biaya transaksi

Image result for RUPIAH BARU




Prospek Perekonomian tahun 2017

Prospek Perekonomian tahun 2017 oleh :

Ibu Sri Mulyani  Menteri Keuangan RI pada Kuliah Umum Hari Ulang Tahun ke 47 Harian Media Indonesia tanggal 19 Januari 2017 ….

 

Prospek Perekonomian Indonesia 2017

 




Panduan Cara Akses Jurnal Internasional terindex — Part 2

Info tentang panduan cara akses jurnal Internasional terindex DOAJ, Scopus dan Thomson,dll  yang dibuat :

Yoris Adi Maretta — Associate Editor DOAJ

Semoga Bermanfaat….

Panduan-Akses-Jurnal-Internasional-Terindex-SCOPUS-THOMSON 4 Panduan-

Akses-Jurnal-Internasional-Terindex-SCOPUS-THOMSON 5 (2).doc Panduan-Akses-

Jurnal-Internasional-Terindex-SCOPUS-THOMSON 6 Panduan-Akses-Jurnal-

Internasional-Terindex-SCOPUS-THOMSON 7 (2)

 

 




Panduan Cara Akses Jurnal Internasional terindex – Part 1

Info tentang panduan cara akses jurnal Internasional terindex DOAJ, Scopus dan Thomson  yang dibuat :

Yoris Adi Maretta — Associate Editor DOAJ

Semoga Bermanfaat….

 

Panduan-Akses-Jurnal-Internasional-Terindex-SCOPUS-THOMSON 1

Panduan-Akses-Jurnal-Internasional-Terindex-SCOPUS-THOMSON 2

Panduan-Akses-Jurnal-Internasional-Terindex-SCOPUS-THOMSON 3

 

 

 




Perpanjangan Batas Usia Pensiun Guru Besar/Profesor

Dalam Permendiknas No. 9 Tahun 2008 mengenai batas usia pensiun PNS GB dan GB Emeritus pasal 3 dikatakan bahwa Guru Besar/Profesor yang telah mengakhiri masa jabatannya karena pensiun pada universitas, institut, atau sekolah tinggi dapat diangkat kembali menjadi Guru Besar/Profesor Emeritus di lingkungan perguruan tinggi asal, paling lama 5 tahun. Namun Menteri berwenang menolak permohonan perpanjangan masa pensiunnya (pasal 4).

Apabila usulan GB Emeritus ditolak Kemristekdikti, masih bisa ajukan perubahan nidn ke NIDK sampai berusia 78 tahun, sebagaimana diatur dalam Permenristekdikti no. 2 tahun 2016 pasal 6 butir 8.
“NIDK bagi dosen purna tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan dalam rentang usia:
a. 70 (tujuh puluh) – 78 (tujuh puluh delapan) tahun bagi dosen purna tugas dengan jabatan akademik terakhir profesor”

Dalam ayat (9) dikatakan “NIDK bagi Dosen purna tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (8) berlaku sampai dengan usia:
a. 79 (tujuh puluh sembilan) tahun bagi dosen dengan jabatan akademik terakhir profesor”

 

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG PERPANJANGAN BATAS USIA PENSIUN PEGAWAI NEGERI SIPIL YANG MENDUDUKI JABATAN GURU BESAR/PROFESOR DAN PENGANGKATAN GURU BESAR/PROFESOR EMERITUS

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG REGISTRASI PENDIDIK PADA PERGURUAN TINGGI

Holy Chaniago




Agar daftar pustaka sesuai dengan APA 6

apajournal

Bagaimana caranya agar daftar pustaka kita sesuai dengan format APA 6?
1. Baca buku Publication Manual of the American Psychological Association, Sixth Edition.
2. Lebih mudah, boleh gunakan Academic Referencing Tool.
3. Perhatikan gaya selingkung perguruan tinggi. Ini contoh gaya selingkung yang berpedoman pada APA 6.
4. Bandingkan dengan thesis/disertasi dari program studi yang sama. Namun jika berbeda, agar merujuk ke no. 1-3.
Adapun untuk penggunaan Mendeley, tetap saja datanya harus diisi sesuai format APA, baru bisa berfungsi dengan benar.
Jika bermanfaat, bolehlah beri komentar 🙂
Salam,