Kapuk kembange randu.., yen ra pethuk ati merindu.., sepenggal cerita dari Lasem & Rembang
Postingan saya kali ini masih seputar travelling, sepertinya saya dedikasikan bulan Maret ini sebagai Bulan Travelling, sehingga tulisan saya akan berseri mengenai berbagai tempat yang sudah saya singgahi selama ini. Dan sekarang giliran Rembang dan Lasem, dua kota yang pasti Bapak Ibu sudah sangat familiar.
Kapuk kembange randu..
Yen ra pethuk ati merindu….
Pantun asal-asalan ini saya buat begitu memasuki gerbang makam Ibu Kartini, di Desa Bulu dengan jarak tempuh sekitar 17,5 kilometer dari kota Rembang ke selatan jurusan Blora, yah sekitar kampung saya juga di Cepu. Seingat saya terakhir kesana waktu sekolah…, sudah sangat berbeda sekali. Tempat parkir dan area makam sudah direnovasi, sudah nyaman, terbayang setiap tanggal 21 April lokasi ini akan banyak dikunjungi penziarah dari penjuru kota.
Dari makam perjalanan lanjut ke kota Rembang, dan mengunjungi rumah yang pernah ditinggali oleh Kartini, yang sekarang sudah dijadikan musium. Rumah ini terletak di komplek kantor Bupati Rembang. Rumah jaman Belanda dengan atap tinggi ini berasa adem banget, dan tentunya seru buat background foto-foto (teuteup) :D.
Perut sudah mulai keroncongan, saya & rombongan pun mulai bergeser ke arah timur, tujuan selanjutnya adalah makan siang, dengan menu lontong tuyuhan di Desa Tuyuhan. Menurut teman saya yang asli Rembang, kalau berkunjung kesini jangan lupa mampir ke lontong tuyuhan, seperti opor dengan versi lebih encer, lauknya bisa pilih ayam, telor, atau jeroan. Pokoknya joss.., sayang gak ada fotonya, keburu laper hihihihi….
Setelah kenyang mulailah kita menyusuri kota Lasem. Budaya Tionghoa sangat kental di kota ini. Salah satunya yang kami kunjungi adalah Klenteng Cu An Kiong. Kletheng ini terbuka untuk umum, tapi ada area khusus yang hanya boleh digunakan untuk berdoa. Kereeennn deh…., biar usianya sudah ratusan tahun tapi klentheng ini terawat dengan baik, dan penjaganya pun ramah banget. Mereka tidak menerima uang/tiket…, tapi kita bisa membeli beberapa makanan kecil yang dijual disana.
Nah, bicara Lasem oleh-olehnya sudah jelas Batik Lasem. Batik Lasem memiliki warna dan motif yang sangat khas. Warna merahnya yang dikenal dengan warna “abang getih pithik” diambil dari akar pohon mengkudu. Konon warna ini hanya ada di Lasem, karena sangat terpengaruh dengan kandungan mineral air di daerah Lasem. Ada beberapa rumah batik besar di Lasem, seperti Katrin Bee, Maranata, dan tentunya maestro batik Lasem pak Sigit Wicaksono, yang terkenal dengan motif Sinografi. Batik Lasem Sinografi ini memiliki motif beberapa kiasan dalam bahasa Cina, seperti pada foto yang saya unggah disini. “Bila dua hati sedang membara saling menempel maka cinta kasih akan kekal dan abadi……., ciee…”
Selamat berkunjung ke Rembang dan Lasem, boleh juga kontak-kontak saya, kali pas lagi mudik jadi traveling bisa lanjut ke Blora dan Cepu, dijamin wisata kulinernya endessss……………
About Mardiana Sukardi
I have several middle names, including: shopping and travelling 😀