Pasca Inggris keluar dari Uni Eropa (Domino Effect of Brexit)
Pasca hasil pemungutan suara yang memenangkan keinginan sebagian besar rakyat Inggris, melalui mass media baik cetak maupun elektronik kita ketahui hasilnya bahwa akhirnya Inggris keluar dari Uni Eropa. Uni Eropa (UE) yang terbentuk pada tahun 1992 dirasakan oleh sebagian masyarakat Inggris menjadi beban bagi negaranya. Sebuah kenyataan bahwa terdapat selisih hampir 1,4 juta yang menginginkan Inggris keluar dari UE karena menganggap bahwa UE tidak membawa sesuatu yang bermanfaat secara signifikan. Data yang paling menakjubkan adalah bahwa ternyata mayoritas pemilih Brexit berusia diatas 35 tahun.
Seperti kita ketahui sebagai akibat keluarnya Inggris tersebut, pasar modal global mengalami turbulensi. Beberapa komoditi seperti harganya anjlok minyak dan tembaga hampir 4%, kecuali logam mulia yang harganya meningkat. Peningkatan juga terjadi pada mata uang US $ serta Yen Jepang yang meningkat secara signifikan sedangkan Poundsterling anjok secara signifikan sekitar 30%. Belum pernah kondisi ini terjadi selama beberapa dekade belakangan ini. Rupiah pun terdepresiasi terhadap US $. IHSG mengalami terkoreksi sekitar 2%
Tenaga kerja asing yang selama ini bekerja di Inggris mulai merasa cemas, sebab banyak tenaga kerja dari UE yang memenuhi lapangan kerja di Inggris. Tak terkecuali pencinta sepakbola liga Inggris, bahwa nantinya liga Inggris tidak dengan mudah dimasuki oleh pemain asing lagi. Mereka akan mengutamakan pemain binaan klub.
Bagi Indonesia, suka tidak suka akan ada reaksi pasar. Pertanyaan yang paling perlu untuk dicermati adalah, bagaimana dengan kebe rlangsungan proyek/janji proyek yang sudah ada atau yang akan ada antara pemerintah RI dengan Inggris. (Salam PPAk)