B U R N O U T OLEH IGNATIUS SEPTO PRAMESWORO

Definisi
• Pines dan Aronson (dalam Enzman & Schaufeli, 1998) mendefinisikan burnout sebagai bagian dari kelelahan fisik, emosional dan mental sebagai akibat dari keterlibatan diri dalam jangka waktu yang panjang terhadap situasi.
• Cherniss (1987) mengatakan bahwa burnout adalah penarikan diri (secara psikologis) dari pekerjaan yang dilakukan sebagai reaksi atas stress dan ketidakpuasan (terhadap situasi kerja) yang berlebihan dan berkepanjangan yang penuh dengan tuntutan emosional.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa burnout adalah suatu reaksi penarikan diri secara psikologis dari pekerjaan dimana seorang pekerja menjadi tidak menjalankan tugasnya dengan baik, sebagai akibat dari tuntutan emosional atau stress kerja yang dialaminya.

Teori Burnout Inventori

Christina Maslach yang dikenal dengan teori Burnout Inventori, menentukan tiga faktor dalam mengukur ‘burnout’ terhadap individu.

Faktor-faktor tersebut :
Segi keletihan emosi (emotion exhaustion)
Gangguan keperibadian sendiri (depersonalization)
Pencapaian pribadi (personal accomplishment)

Di samping itu, Maslach dan Pines percaya bahwa kriteria kerja/job description/tugas dalam sebuah organisasi adalah faktor penyebab utama lahirnya burnout.

Segi Keletihan Emosi (Emotion Exhaustion)
yaitu perasaan lelah karena terkurasnya energi yang dimiliki sebagai akibat dari banyaknya tuntutan kerja yang besar.

Gangguan Keperibadian Sendiri (Depersonalization)
yaitu perkembangan negatif, tidak memiliki perasaan, dan sikap sinis terhadap penerima pelayanan.

Pencapaian Pribadi (Personal Accomplishment)
yaitu kecenderungan untuk memberi evaluasi negatif terhadap diri sendiri, terutama berkaitan dengan pekerjaan.

• Korban burnout merasa terjepit, kehabisan tenaga dan kosong. Dia merasa kecewa, sinis, mudah tersinggung dan tegang. Kepada orang lain dia terlihat marah atau depresi dan menarik diri. Setiap masalah kecil dapat menyulut reaksi kemarahan atau kehinaan.
• Korban burnout merasa bahwa kehidupan dan pekerjaannya telah kehilangan arti. Apa yang dahulunya menggairahkan dan menantang sekarang menjadi membosankan.
• Banyak orang yang menjadi korban burnout menjadi pengawas jam yang kronis, dan “santai”. Menghindari tanggung jawab atau orang yang sering mangkir atau mereka pergi kerja dengan cara seperti robot.

CARA MENGATASI BURNOUT
• Mencari dukungan social; baik dari rekan sekerja maupun dari supervisor. Umumnya wanita lebih terbantu dengan dukungan social dalam mengatasi.

• Pendekatan ini lebih bersifat individual. Program ini biasanya menggunakan teknik-teknik seperti relaksasi, restrukturisasi kognitif untuk meningkatkan kewaspadaan maupun program fitness.