MENYIAPKAN TANGGA MERAIH SUKSES

image_print

MC. Oetami Prasadjaningsih*

Dosen FEB  ABFII Perbanas Jakarta, Psikolog interest Psikologi Positif.

 

 

Setiap orang selalu memimpikan hidup sukses. Ketika seseorang ditanyakan kepadanya perihal  suskes itu seperti apa? Beragam respon pasti keluar: kelak bisa berguna bagi orang lain, bisa membeli sebuah rumah, bisa punya keluarga yang sakinah, bisa menuntaskan anak-anak yang dititipkan, bisa jalan-jalan keliling negara,   dan pasti banyak ungkapan akan dipaparkan.

Ada banyak cara mengajarkan untuk berhasil, tapi tidak banyak cara mengajarkan untuk bahagia. Manakah yang akan dipilih menyiapkan tangga sukses kita dan keluarga ?

Sesungguhnya faktor apa yang bisa berkontribusi untuk mendapatkan arah kuat meraih mimpi kesuksesan kita?.  Sekolah dengan gigih dan usaha keras selalu ditanamkan sejak kecil, dan tak jemu-jemunya selalu diingatkan oleh orang tua dan guru atau lingkungan saat itu untuk tidak menyontek, belajar yang rajin, tekun, tidak mengakali teman. Kata jujur dan disiplin, selalu belajar keras, harus fokus, semangat,  aktif, perlu luwes, harus siap bersaing adalah kata yang akrab terdengar di telinga saat kita menempuh pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.  Jika kita flash back, apa yang didengungkan orang tua dan guru-guru zaman lima-enam puluhan ternyata masih up date dengan kekinian di era digital , sekalipun sudah silih berganti generasi. Sebuah penelitian yang dilakukan  yang dilakukan tahun 2012, Thomas J Stanley, di USA, secara kualitatif dimana awalnya mendapatkan 200 ribu milliorner sukses, lalu disaring lebih ketat kadar kebahagiaannya melalui beberapa parameter bisnis dan keluarganya  (: yakni yang kaya, bisnisnya luar biasa, menikmati hidup dan keluarganya beres), selanjutnya hanya terpilih dan dilakukan wawancara secara mendalam terhadap 200 millioner saja.  Mereka adalah  yang rata-rata telah berumur dan kaya bukan dari warisan tetapi dari modal zero,  diperoleh gambaran gaya hidupnya  sebagai berikut: ( ditulis dalam buku Millioner Mind)

  1. Bergaya hidup hemat
  2. Anti hutang
  3. Loyal terhadap pasangan
  4. Hidup dalam damai sejahtera Tuhan
  5. Berpikir man of production (mencari peluang)
  6. Berintegritas, disiplin
  7. Bisa membagi aktivitas untuk urusan profan dan Tuhan
  8. Percaya akan Tuhan, tekun ibadah
  9. Religius ( Belajar mendengarkan suara Tuhan, minta bimbingan Tuhan dalam berbisnis)
  10. Tuhan adalah mentornya.

Selanjutnya, Thomas J Stanley  menelaah lebih seksama di tahun 2016 meyampaikan urutan utama faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan orang ternyata kecerdasan intelektual menempati urutan ke 21, bersekolah di dekolah favorit urutan ke 23, dan IPK pada urutan ke 30. Sepuluh faktor utama sukses adalah:

  1. Kejujuran
  2. Disiplin
  3. Gaul, mempunyai good interpersonal skill
  4. Dukungan dari pasangan hidup
  5. Bekerja lebih keras dari yang lain
  6. Mencintai apa yang dikerjakan
  7. Good and strong leadership
  8. Semangat dan berkepribadian kompetitif
  9. Good life management
  10. Ability to sell idea & product

Disinilah kita diyakinkan bahwa konsep” pinter”/pandai bermakna luas, tidak cukup di kelas namun keluasan dan keluwesan berteman menjadi modal penting untuk survive. Tongkrongan dan ngobrol dengan kalangan beragam yang kadang dipandang sebelah mata dan sering dianggap  tidak berfaedah, pada suatu waktu  memberi sumbangan pada pandangan atau kemunculan  gagasan dalam berpikir, mematangkan cara memilih pasangan hidup, belajar memimpin dan dipimpin orang lain, mempunyai “mirror” dari banyak pengalaman teman-teman.

Makna belajar saat ini juga tak dapat diabaikan dari teknologi, belajar dapat diperoleh  dari dunia bumi dan maya. Perubahan yang amat cepat harus disikapi dengan pengelolaan diri yang semakin kuat, kapan harus tekun tugas, bersantai, dan kapan berselancar di alam maya yang bermakna. Kebiasaan mengelola diri tidak selalu tiba-tiba “menjadi” baik tetapi berproses, kadang harus terbentur dan jatuh bangun, butuh sahabat/orang lain yang kadang menjadi reminder kita, bahkan ada kalanya  terhimpit karena keadaan. Jadi jangan terlalu khawatir kalau kita tidak menjadi 10 besar di kelas, atau IPKnya tidak hebat bahkan tidak cum laude, tetaplah berjuang karena  anak tangga  sukses dapat dipilih.

Ubahlah Madesu: Masa Depan Susah menjadi Madesu: Masa Depan Sukses. Salam perjuangan, tetap optimis.

 

About M.C. Oetami P.
Dosen FEB di IKPIA Perbanas sejak 1987. Mengampu 3 mata kuliah konsentrasi MSDM, dan Teroi dan Perilaku Organisasi.Mengajar pada program S1 dan pascasarjana. Sebagai dosen dan psikolog/praktisi, menaruh rminat pada riset psikologi ekonomi, MSDM dan lansia. Studi S1 di Fakultas Psikologi UGM, melanjutkan pendidikan magister psikologi di Univeritas Indonesia. Program doktoral diselesaikan dari fakultas ilmu administrasi, keminatan administrasi bisnis.

M.C. Oetami P.

Dosen FEB di IKPIA Perbanas sejak 1987. Mengampu 3 mata kuliah konsentrasi MSDM, dan Teroi dan Perilaku Organisasi.Mengajar pada program S1 dan pascasarjana. Sebagai dosen dan psikolog/praktisi, menaruh rminat pada riset psikologi ekonomi, MSDM dan lansia. Studi S1 di Fakultas Psikologi UGM, melanjutkan pendidikan magister psikologi di Univeritas Indonesia. Program doktoral diselesaikan dari fakultas ilmu administrasi, keminatan administrasi bisnis.

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *